04. Ciri Distingtif

428 110 72
                                    

↪[ 04. Ciri Distingtif ]↩

 Ciri Distingtif ]↩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A l a s k a a

Dulu ketika masih berada di bangku putih abu, gue hanya ingin cepat-cepat memasuki babak baru menuju bangku perkuliahan.

Kalau boleh jujur, gue bahkan sudah membayangkan bisa memakai semua baju yang gue punya dalam lemari, tanpa terikat aturan sekolah yang ketat dan menyebalkan.

Gue bisa pakai make-up dan mungkin bisa ganti model rambut seperti model cantik di New York Fashion Week, tanpa perlu takut dipanggil tim disiplin keesokan harinya.

Namun nyatanya, perkuliahan semenyenangkan dan sesantai itu memang hanya ada di drama televisi siang yang entah kenapa soundtrack pengisi filmnya pasti selalu sama.

Cinta untukmu luar biasa ...

Setelah benar-benar masuk ke dunia perkuliahan yang sebenarnya, semua gambaran menyenangkan itu hilang tanpa sisa.

Bisa pakai semua baju tanpa takut kena tegur? Halah makan tuh imajinasi FTV.

Gue bahkan hanya bisa memakai kemeja sopan dan celana atau pun rok bahan setiap kali perkuliahan dimulai. Jika tidak, siap-siap saja mendapat lirikan tajam dari dosen mata kuliah.

Sumpah, gue mendadak membenci segala tayangan televisi yang meperlihatkan betapa menyenangkan dan bebasnya kehidupan mahasiswa.

Haha-hihi seperti tidak ada beban hidup.

Pakai make up dan model rambut seperti Model New York Fashion Week? Haha ya ampun, boro-boro bisa pakai make up, bisa mandi dan keramas aja udah sujud syukur.

Pakai Make up dulu? Halah, yang ada nama gue mungkin nggak akan ada di data absensi perkuliahan karena sudah terlambat lebih dari 15 menit.

"Aska, lihat bagan alat ucap punya lo dong."

Dan hal-hal sepele seperti ini justru semakin menguji emosi gue lebih jauh lagi.

Gue harus melaksanakan Ujian Akhir Semester—atau sering kali anak kelas sebut sebagai Ujian Agak Serius—itu di hari kedua tahun baru.

Iya. Hari kedua tahuh baru alias tanggal 2 Januari 2020.

2 Januari 2020. Bayangkan, malamnya gue bahkan baru saling bertukar ucapan selamat tahun baru dan besoknya harus terjebak di ruangan ujian.

Di saat teman-teman seangkatan gue di kampus lain sedang seru-serunya liburan, gue justru tersiksa dengan ujian.

"Nggak usah ngeluh, belajar yang bener kalau mau dapet A." Pemuda itu memukulkan bindernya di atas kepala gue tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Atlas memang manusia paling sialan, 'kan?

"Gue dari tadi diem ya, Tlas." Gue memutar bola mata jengah, nyaris memukul kepalanya juga jika tidak ingat harus menjaga kewarasan di kampus.

Where, Alaska? ✔ (On Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang