33. Mencoba Memahami

130 40 4
                                    

[ 33. Mencoba Memahami ]

A l a s k a a

"Mereka nggak akan ribut lagi, 'kan?"

Aku bertanya, pada pemuda jangkung yang sejak tadi sibuk menyedot Matcha Tea Latte ukuran Large di sampingku dengan wajah berseri-seri.

Si pahlawan kesiangan yang tadi mencoba melerai Atlas dan Nara yang adu jotos di lapangan parkir kampus.

Si pahlawan kesiangan yang bertingkah sebagai kakak overprotectif, karena tidak mengizinkan aku pulang bersama Atlas yang sedang emosi hari ini.

Aksa Bratadikara.

Tapi tolong dicatat, jika aku, Alaskaa Ayyuvi Assegaf, tidak akan mengeluh sedikit pun karena perbuatan Aksa Bratadikara yang menarik paksa aku dari parkiran. .

Aku justru cukup bersyukur saat itu.

"Menurut lo, mereka bakal tetep ribut nggak?" Aksa Bratadikara balas bertanya dengan sudut bibir terangkat. "Cara buat Atlas diem itu gampang. Cukup bawa nama lo, dia bakal diem. Tapi, gue nggak tau ini berlaku buat Nara kesayangan lo atau nggak."

Sebenarnya, aku sudah cukup lelah dengan tingkah Atlas dan Langit yang rasanya memang sulit disatukan.

Maksudku, oke mereka nggak perlu kok jadi sahabat. Mereka juga nggak perlu jadi teman deket. Tapi setidaknya, mungkin mereka bisa berhenti jadi Tom and Jerry.

Karena kalau seperti ini terus, aku juga bisa capek. Aku capek melihat mereka terus menerus ribut hanya untuk hal-hal kecil yang terlalu dibesar-besarkan. Seperti sekarang contohnya.

Aku tahu kok alasan kenapa Aldebaran Atlasi marah. Nggak akan jauh dari alasan karena Nara ninggalin aku tadi malam.

Jujur, aku memang. Benar-benar takut sampai rasanya, aku nggak bisa berhenti menangis sebelum melihat Atlas dateng untuk menjemput aku hari itu.

Namun di satu sisi, aku juga mengerti alasan kenapa Nara meninggalkanku tadi malam. Atlas mungkin tidak tahu, tapi tidak lama setelah aku sampai di rumah, Nara langsung menghubungiku. Memberitahu alasan kenapa dia meninggalakanku begitu saja di jalanan.


"Gianna tadi hang over di bar sendirian, jadi gue harus ke sana."



Tapi Nara, malam itu aku juga sendirian.


"Gianna nggak suka hujan juga, makanya gue agak panik pas dia hang over lagi hujan gini."


Tapi Nara, malam itu aku juga kehujanan. Bahkan ... aku yang begitu menyukai hujan saja sampai membenci rintik yang turun malam itu.


"Di bar suka ada cowok nakal, gue cuma takut dia kenapa-napa. Apa lagi, dia juga hampir sepenuhnya nggak sadar."


Tapi Nara, malam itu juga ternyata ada cowok nakal yang menggangu aku.

"Tapi lo udah sampai rumah dengan selamatkan?"



Tapi, aku bisa apa selain bilang sama kamu kalau aku baik-baik aja. Kalau kamu nggak perlu khawatir, karena aku sudah sampai di rumah dengan selamat. Kalau kamu, hanya cukup menjaga Gianna sampai sadar dan nggak usah mikirin aku.

Karena seperti kamu yang 'menyelamatkan' Gianna, aku juga diselamatkan oleh Atlas, Nara.

Karena itu, kamu hanya perlu tahu kalau  aku baik-baik aja. Hanya itu.

"Sekarang gara-gara apa?" tanya Aksa Bratadikara, menyodorkan minuman pesananku yang baru saja selesai dibuat.

Sebenarnya, aku agak ragu menceritakan kejadian tadi malam pada Aksa Bratadikara. Apa lagi, karena dia baru saja bertindak menjadi sosok kakak overprotectif untukku.

Where, Alaska? ✔ (On Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang