[1] Kenangan

108 31 11
                                    

Hanya pada saat susah kita akan tau
mana yang real friend,
mana yang fake friend.
-Keyra-

---------------


Semua orang punya masa lalu, baik yang indah mau pun yang buruk.

Kenangan buruk seseorang akan lebih lama tersimpan di otak dari pada kenangan indah. Percaya atau tidak, memang itu yang sebenarnya.

Keyra adalah korban dari kenangan buruk itu. Masa lalu telah jauh mengubah hidupnya. Menjadi orang yang dianggap aneh baginya itu sudah biasa, karna menurutnya sendiri ia memang aneh.

Namun, ada hal baik yang ia dapatkan. Dengan keadaan seperti ini, ia jadi tau mana yang real friend dan mana yang fake friend.

"Key, hari ini mau ngapain?"

"Rencananya gue mau coba masak resep baru yang diajari mama semalam."

"Wah, asik nih keknya. Ikutan ya."

Sania. Hanya dia yang menjadi sahabat Keyra sekarang. Bila diingat, dulu sangat banyak yang mengaku bahwa dirinya adalah teman Keyra, namun apa? Mereka semua menghilang.

Sania adalah orang kedua yang paling mengenal Keyra setelah Rika. Sania awalnya juga merasa aneh pada Keyra, namun bukan menjauhi Keyra dia malah berusaha lebih dekat untuk mencari tau yang terjadi pada Keyra.

Setelah Keyra jujur pada Sania hari itu soal yang dialaminya. Dugaan Keyra salah, karena buktinya Sania tetap bertahan dan tidak ikut meninggalkannya. Sania selalu ada untuk Keyra, contohnya saja seperti saat ini mereka sedang memasak bersama.

"Mau masak apa nih kita?" tanya Sania yang antusias.

"Gak tau namanya, lupa. Tapi gue catat bahan sama cara buatnya kok, hehe," jawab Keyra sambil menyiapkan bahan di atas meja.

Saat semua bahan sudah dirasa lengkap, barulah mereka mulai.

"Nih, ikat dulu rambut lo. Kan gak lucu kalau ada rambut di kuenya," ungkap Sania lalu terkekeh pelan.

Keyra menerima ikat rambut dari tangan Sania dan mengikat rambut panjang hitamnya ke atas dengan rapi.

"Makasih."

Dua puluh lima menit dihabiskan untuk memasak kue yang tidak diketahui namanya ini oleh sang pembuat. Kue itu akhirnya berhasil, setelah melakukan beberapa kali eksperimen.

"Huff...." Sania menghela napas kasar, tanda ia penat sekali.

"Wah... akhirnya jadi juga ya."

"Um, coba dulu ah," ucap Keyra, tangannya sudah melayang untuk mengambil kue yang sudah ditata rapi di atas piring cantik.

"Eit, tunggu dulu... belum difoto." Sania segera mengeluarkan smartphone putih miliknya dari saku celana.

"Udah? Boleh dimakan sekarang?" ledek Keyra dibalas tawa oleh Sania.

"Boleh dong." Bukannya mengambil yang ada di piring, Sania malah mencomot kue dari tangan Keyra.

Mereka terlihat bahagia sekali sore itu, gelak tawa memenuhi ruangan. Rika yang memperhatikan dari balik tembok juga ikut senang bahkan membuat matanya basah.

Setelah kegiatan melelahkan mereka, Sania kembali pulang ke rumahnya.

Malam ini, seperti biasa balkon kamar adalah destinasi tujuannya. Berharap bintang dan bulan ada dilangit, agar dia boleh bercerita sedikit tentang hari ini.

"Hanya bintang? Gak apalah, bulannya lagi sembunyi kali," kata Keyra dalam hati dan menoleh ke langit malam.

"Eh bintang, tau gak hari ini gue berhasil lagi buat resep makanan baru dari mama. Wah, senangnya hari ini. Setidaknya gue gak ada waktu buat ngingat kejadian itu." Inilah cara Keyra menghibur dirinya sendiri, berbicara pada benda langit malam serta menikmati setiap terpaan angin yang menyapa kulit mulusnya.

Lama dia memandang ke langit, karena semua masalah terasa ringan saat ia menatap ke atas. Ini metode menenangkan diri ala Keyra saat tiba tiba pikiran negatif mencoba masuk dan mengusik.

Sampai ia merasa sudah cukup larut berada di sini, ia harus pergi tidur walau berat melangkah meninggalkan tempat ini.

"Hari ini, esok, dan selamanya Keyra akan selalu bahagia!" Keyra mengucapkan mantra sebelum dia tidur, itu juga bagian dari kebiasaannya setelah hari di mana semua berubah.

Ya, Keyra memang patut bahagia!

Di waktu yang sama namun berbeda tempat, Rika sedang duduk di tepi kasurnya dan memegang sebuah bingkai foto.

"Mas, Keyra udah gak minta ke tempat kamu lagi. Aku senang, mas. Keyra udah mulai menikmati hidupnya lagi setelah hampir setahun dia kebanyakan murung. Mas, semoga anak kita bisa kembali lagi seperti dulu." Tak terasa sebutir air mata melintas begitu saja melewati pipinya.















30 Januari 2020, Pekanbaru.

Big love, Shella.

SERENDIPITY [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang