[5] Bukan Pembawa Masalah

51 15 8
                                    


Keyra berdiri di depan lemari bajunya sambil memegang sebuah gaun yang telah ia buat untuk sahabatnya. Ia akan segera membungkusnya dengan kertas kado bercorakkan balon itu. Ingin sekali sebenarnya Keyra memberi langsung kado ini, tapi keadaan melarangnya, atau mungkin dia yang tidak ingin berusaha melawan ketakutannya.

Berhenti melamunkan akan seperti apa reaksi Sania nanti, ia segera menemui Rika yang berada di ruang tamu sedang membaca majalah.

“Ma … Anterin ini ke Sania, ya,” ucap Keyra langsung.

“Gaun kemarin? Bawa sini, biar Mama antar. Sekarang, ‘kan?”

“Iya, Ma. Sekarang.” Keyra menyerahkan kado itu ke Rika.

“Mama ganti baju dulu, ya.” Keyra mengangguk sebagai balasannya.


🌼🌼🌼


“Key … Beneran ini dari lo?” ujar Sania tak percaya.

Dia sangat manis mengenakan gaun itu. Ya, dia memakainya. Keyra dan Sania saat ini sedang melakukan video call.

“Iya bener lah, suka gak? Haha … Itu gaun yang kemarin gue tanya-tanya ke lo. Ingat, kan?” sahut Keyra.

“Ah, ingat gue. Pantes aja, kayak pernah liat. Makasih ya, Key. Bagus banget ini, suka….”

“Hehe, San lo gak ke si—” ucapan Keyra terpotong, sambungan terputus.

“Eh, kok mati.” Keyra mencoba menelpon lagi, tapi yang terdengar hanya suara orang operator.

Keyra hanya bisa positif thinking, mungkin ponsel Sania mati.

Di sisi lain, yang sebenarnya terjadi di tempat Sania.

“Keyra?” ucap seseorang dari balik punggung Sania hal itu sukses membuatnya terkejut.

Sania seketika jadi gelagapan, dengan cepat ia matikan sambungan telponnya.

“Bu-bukan.”

“Jangan bohong, gue dengar tadi,” ucap Rosa dengan sedikit ketus.

“Ya terus? Salahnya di mana?”

“Salah lah, kan gue udah bilang gak usah berhubungan sama dia lagi. Itu demi kebaikan lo juga,” ujarnya.

“Apa sih, Kak. Keyra bukan masalah, dia itu teman Sania.” Sania mencoba membela Keyra di hadapan kakak perempuannya itu.

“Semenjak lo temenan sama dia, lo sering dapat hate comments. Itu masalah buat gue, karna berimbas ke gue juga. Temen temen gue bilang, adek gue mainnya sama orang aneh,” jelas Rosa panjang penuh penekanan.

“Sania gak peduli sama hate comments dari mereka.” Sania beranjak dari sana.

“Woi, tunggu.” Rosa menarik tangan Sania.

“Dia itu pembawa masalah, lo aja yang gak sadar. Liat aja, satu persatu temen lo yang lain bakal ‘ninggalin lo.” Rosa kembali mencoba menjelaskannya.

“Kak, denger, ya. Sania bangga jadi teman Keyra, Sania senang bisa kenal sama Keyra. Dan camkan ini Keyra bukan pembawa masalah.” Sania memberi penekanan lebih pada kalimat akhir.

SERENDIPITY [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang