Prolog

138 34 10
                                    

"Dek, bisa minta tolong gak?" Keyra mengangguk ragu.

"Minta tolong beliin rokok di kedai situ, nanti antar ke rumah yang di sana," ucap bapak itu sambil menunjuk kedai dan rumah yang dimaksud.

"Oh iya, ini uangnya."

Keyra berjalan menuju kedai dan membeli yang diminta. Ntah kenapa ada perasaan risau dalam hatinya.

Keyra sudah berdiri di depan pintu rumah yang ditunjuk bapak tadi, pintu rumahnya terbuka dan anehnya rumah itu kelihatan sepi ralat bukan hanya rumah yang sepi tapi lingkungan sekitar yang juga tampak sepi.

Keyra perlahan memasukan kakinya ke dalam rumah, mencari sosok bapak tadi dari ruang tamu.

"Permisi, ada orang?"

Keyra berencana akan meletakkan rokok dan kembalian uangnya di atas meja namun saat dia akan berbalik dilihatnya pintu rumah tiba tiba tertutup.

Keyra seketika merasa takut, apa lagi setelah mendengar ada suara orang seperti memanggilnya.

"Kemarilah, ayo ke sini adik manis."

Lutut Keyra melemas, untuk berlari dia tidak kuat. Terdengar suara derap langkah seseorang mendekat ke arahnya.

"Si... Siapa di sana?" Suara Keyra terdengar bergetar.

Tidak ada jawaban, Keyra tiba tiba ditarik dan dibawa ke ruang yang nyaris gelap.

Keyra memberontak saat merasakan ada tangan tangan yang menyentuhnya. Muncul penyesalan besar dalam hidupnya, mengapa? Mengapa dia harus masuk ke rumah itu, bukan, mengapa dia harus bertemu dengan pria bajingan ini, terlebih mengapa dia mau disuruh oleh orang yang tidak ia kenal. 

Bahkan untuk menangis saja Keyra tidak sanggup. Dia berusaha kabur, tubuhnya sudah terasa pedih akibat bekas cakaran dan memar biru.

"Ma... Keyra mau mati aja!" teriak Keyra dalam hati.

Semua kekuatan dikumpulkan Keyra untuk teriak sekencang mungkin.

"Tolong...! Tolong...!" Keyra berharap ada yang mendengar.

"Diam kamu, gak ada yang bakal dengar. Udah lah nikmati aja."

Semakin perih hati Keyra mendengar itu. Apa maksudnya, "Nikmati saja."
Apa dia pikir seenak itu?!
Tangan Keyra digenggam paksa hingga merah

Keyra membelalakkan matanya saat merasa bajunya robek. Ditutupi robekan itu dengan kedua tangan sebisa mungkin.

Keyra tidak menyangka bahwa ada dua pria di sini, dia sadar saat melihat seorang pria di belakang sedang memegang pundaknya dan yang satu lagi memaksanya membuka pakaian.

Ini kejam! Keyra gadis malang. Lihatlah seberapa buruk keadaannya.

Setelah sekian lama menahan, air matanya tumpah membasahi pipi. Ingin dia menyerah saja, kekuatannya sudah habis.

Keyra menutup matanya rapat rapat, tidak mau melihat kekejaman ini terjadi pada dirinya.

Brakk....
Suara pintu yang ditendang dari luar.

"Siapa di sana?!" teriak seseorang dari depan pintu.

"Kabur...." Keyra mendengar samar percakapan mereka sebelum akhirnya pergi ke arah belakang untuk melarikan diri.

"Hiks... ma, Keyra mau mati aja," gumamnya berulang kali sampai ada sekelompok warga datang membawanya ke rumah terdekat.

"Dek, buka matanya," pinta seorang ibu.

Perlahan Keyra membuka mata, dilihat tubuhnya sudah dibalut selendang.

"Kamu sudah aman," ucap ibu itu.

Beberapa saat kemudian ada seorang bapak yang masuk ke ruangan yang tampak seperti kamar ini sambil membawa segelas air putih.

Keyra sontak menutup matanya kembali dan menjerit.

"Usir dia, bu!" pekiknya.

Kedua orang itu saling bertatap mata, si bapak mengerti lalu dia keluar dan meninggalkan segelas air tadi di atas nakas.

"Sudah pergi," kata ibu itu.

Lama baru Keyra kembali membuka matanya.

"Bu, Keyra mau pulang! Atar Keyra pulang sekarang, bu!" rengek Keyra.

"Iya iya, ibu antarkan."

Setelah menanyai alamat, Keyra diantar ibu itu naik sepeda motor miliknya.

"Makasih ya, bu," ucap Keyra.

"Ini betul rumah kamu kan?" Keyra mengangguk.

"Iya, bu. Ibu boleh pulang kok, saya sudah merasa aman di sini," ujar Keyra.

Ibu itu hanya tersenyum lalu mengusap puncak kepala Keyra.

"Ibu pulang ya, hati hati."

Keyra langsung lari, lalu mengetuk pintu dengan cepat.

Tok tok tok tok tok tok tok

"Ma...," pekik Keyra dengan suara serak.
"Ma... Buka!" Keyra semakin brutal mengetuk pintu.

Ceklek

"Ma...." Keyra memeluk Rika, lalu menangis sejadi jadinya.

"I-ini kenapa?" Rika sangat terkejut melihat keadaannya.

"Ma...."

"Key, jawab Mama!" Bukannya menjawab, Keyra semakin kuat memeluk Rika.

"Key...." Rika menguncang bahu anaknya itu pelan.

"Hiks... Key mau mati aja, Ma."

———————

"Hiks... Hiks...." Keyra terbangun dari mimpinya dalam keadaan menangis.

"Ma...," teriaknya.

Dengan segera Rika muncul dari balik pintu kamarnya.

"Kenapa? Mimpi itu lagi?" tebak Rika sambil memeluk anaknya.

Keyra hanya mengangguk dalam dekapan ibunya.

"Key takut, Ma."

"Lupain itu, sayang. Mama bakal ada buat Keyra. Selalu!"








28 Januari 2020, Pekanbaru.

SERENDIPITY [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang