[3] Gelang Merah Muda

75 21 3
                                    

Jaga omongan dan ketikan jarimu, jangan sampai melukai hati orang yang bahkan tidak pernah menyakitimu.
-Sania-

.

.

.

Tetes air mulai turun menyapa bumi beserta seluruh penghuninya, meninggalkan bekas di tanah yang tadi kering. Angin pun turut menambah kesejukan pagi ini. Angin perlahan menyapu lembut wajah Keyra membuat rambutnya sedikit bergerak ke kanan dan kiri.

Keyra yang masih sibuk dengan kertasnya tidak terlalu mempedulikan suasana langit saat ini. Tangannya dengan lihai menggaris di kertas panjang berwarna coklat itu.

"Semoga perkiraan ukuran ini gak salah." Keyra mengelap keringatnya dengan tangan sebelum lanjut menggaris pola lagi.

Keyra sangat fokus membuat gaun kali ini, dan semua sudah dipersiapkan dari jauh hari, mulai dari bahan apa yang akan dipakai, perkiraan ukuran tubuh, desain gaun, dan yang lainnya.

Sesekali Keyra istirahat sejenak sambil menyeruput teh manis hangat beserta roti yang diambilnya sebelum memulai aktivitas di dalam kamar.

Keyra menarik napas dalam dalam ketika merasa mencium aroma kesukaannya. Ya, itu wangi khas tanah basah. Keyra bersyukur masih diberikan penglihatan dan penciuman yang berfungsi baik, sehingga dia masih dapat merasakan nikmat pagi ini.

Hujan telah berhenti lalu meninggalkan lengkungan warna warni indah di langit biru. Hangatnya cahaya mentari kembali mengambil alih dan melakukan tugasnya.

Untuk menghilangkan rasa bosannya dia mengambil ponsel dan menyambungkannya ke-earphone lalu disumpal ke telinga. Lantai kamar Keyra kelihatan berantakan, ada kertas yang di mana mana, pena dan pensil yang juga tidak pada tempatnya, serta penggaris yang berserakan.

Setelah lama berkutat pada pola pola di kertas, Keyra menyudahi aktivitasnya hari ini dan besok akan dilanjut lagi.

"Key, mau mama bantuin?" tawar Rika saat melihat Keyra sedang beres beres dari depan pintu kamar.

"Boleh, Ma. Nanti kertasnya dilipat trus taruh di atas kasur aja," ucap Keyra masih sibuk merapikan alat tulisnya yang berserakan di lantai.

"Key, baju yang kemarin kamu buat udah terjual loh," ujar Rika disela kegiatan melipat kertasnya.

"Wah, cepet banget ya, Ma. Oh iya, Keyra dengar Mama mau buka cabang butik lagi ya?" tanya Keyra dibalas anggukan oleh Rika.

"Rencananya gitu, doain semoga lancar."

"Amin, pasti semua bakal lancar. Keyra mau bilang makasih, Ma. Berkat Mama, Keyra bisa kayak sekarang walau apa yang Keyra buat gak sebagus punya Mama. Keyra sayang Mama." Keyra memeluk Rika dari belakang.

"Apapun yang Keyra mau, Mama bakal usaha buat mewujudkannya. Keyra punya cita cita jadi desainer baju, ya pasti Mama support, sayang." Rika membalas pelukan anaknya dengan mengusap pelan punggung tangan Keyra yang melingkar di pinggangnya.

"Udah udah, kita rapiin ini trus turun ke bawah. Mama habis beli ikan bakar dari rumah makan Tante Ruri tadi, hayuk cepat ntar gak enak lagi loh," goda Rika seolah mendesak Keyra agar segera menuntaskan acara beres beres ini.

***

"Umm, selalu enak," puji Keyra saat sesuap daging ikan sudah masuk ke dalam mulutnya.

"Pedas gak, Key?"

Keyra menggeleng dan berucap tidak jelas karena mulutnya penuh.

"Kunyah habis dulu baru ngomong, Nak."

SERENDIPITY [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang