0.2 To My Puberty

1K 157 21
                                    

Setelah hari terburuk itu. Tak ada apapun yang terjadi. Semua tetap berjalan seperti biasanya, tak ada pertanyaan atau perlakuan khusus untuk Mingyu. Semua terasa sangat normal, seolah tak pernah terjadi apapun. Dan semuanya berlalu begitu saja. Yang berbeda hanyalah aktifitas yang dilewati oleh Mingyu, ia hanya pergi kesekolah dan les tambahan pada sore harinya. Hanya itu dan tak ada yang lain. Jika kalian menanyakan bagaimana keadaan hati Mingyu, itu akan sulit untuk dijelaskan.

Pria berkulit tan itu, sepanjang hari hanya menunjukan senyuman cerianya jika ditanyakan bagaimana aktifitasnya disekolah saat keluarganya menanyakan tentang kegiatan kesehariannya. Menunjukkan image keluarga pengertian dan perhatian seolah menjadi panutan untuk keluarga bahagia yang sesungguhnya diluar sana. Keluarga yang penuh kehangatan yang bagi siapapun melihatnya menjadi iri dan ingin bertukar tempat dengan Kim Mingyu, si pria manis yang begitu beruntung hidupnya.

"Gyu, appa dengar guru merekomendasikan mu untuk ikut olimpiade sains" gumam sang kepala keluarga saat ditengah makan malam.

"Eung,begitulah"

"Kau mengambilnya 'kan, sayang?" Kata terakhir itu sengaja ditekankan. Seolah bermakna 'kau pasti mengambilnya kan?!' Tatap sang nyonya Kim dengan senyuman manisnya.

"Eum, tentu saja. Gyu, tak mungkin melewatkannya" senyuman tipis terukir diwajahnya. Dan menunjukkan ekspresi wajah yang begitu berminat dengan pembicaraan ini.

"Anak eomma memang terbaik! Eomma bangga padamu, Gyu-ie" diusapnya penuh sayang pucuk kepala pria manis berkulit tan itu.

"Jika sudah selesai makan, kembalilah kekamar, lanjutkan belajarmu. Tengah malam nanti eommamu akan menyiapkan cemilan malam kesukaanmu, Gyu" tambah sang kepala keluarga dengan senyuman teduhnya. Dan lagi hanya ditanggapi dengan senyuman tipis oleh sang anak.

Demikianlah kegiatan yang terjadi didepan publik sana. Semuanya bermain peran yang telah dibagikan, menunjukkan betapa harmonisnya keluarga tuan besar Kim itu. Tetap tersenyum dan menunjukkan prestasi yang sempurna. Dan menjadikan diri mereka panutan untuk seluruh keluarga diluar sana.

Namun, setelah camera perekam dimatikan. Hanya ada atmospher yang begitu dingin dan menyekik disekitarnya. Senyuman bahagia nan harmonis itu luruh dan berganti dengan hujanan tatapan tajam nan dingin.

"Aku tak mau tahu, kau harus berada diposisi nomer satu dalam olimpiade ini. Jangan mengecewakan keluarga Kim. Ingat keluarga ini sedang menjadi sorotan publik" tegas nyonya Kim dengan dinginnya. Tak ingin mendapat bantahan sedikitpun.

"Kau harus tahu bagaimana caranya berbalas budi. Anjing penurut harus tahu caranya berterima kasih, bukan?" Tambah tuan Kim setelah menyelesaikan makan malam mereka.

"Iya abeonim, eommonim" ujar pria manis berkulit tan itu dengan patuhnya.




Masihkah kalian berpikir ingin bertukar tempat dengan pria yang katanya beruntung ini. Hidup menjadi anjing peliharaan tuan Kim, hidupnya berada digenggaman pasangan suami-istri itu. Masihkah kalian ingin bertukar tempat? Hidup dalam kepalsuan, kehidupan inikah yang ingin kalian tukar?

Jika kalian ingin, tolong segera hubungi Kim Mingyu, ia akan dengan bersenang hati untuk bertukar.








___




Dalam ruangan kamar yang remang tersebut. Dibawah sinar lampu belajarnya Mingyu menghabiskan waktunya untuk membaca tumpukan literatur yang tak terhitung banyaknya. Mengerjakan latihan soal atau essay yang diberikan oleh guru pembimbing serta guru les privatnya. Matanya lelah, tubuhnya lelah, dan tentu saja batinnya yang paling lelah.

[✔️] Call My Name || JaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang