Setelah kejadian lima hari yang lalu, Mingyu menghabiskan waktunya dengan berdiam diri didalam kamarnya. Tak banyak bicara hanya termenung disudut kamarnya. Bahkan belakang ini ia tak datang ketempat pelatihan. Baginya sudah tak berguna lagi, sekeras apapun dia berusaha semua sama sekali tak menghasilkan apapun. Dia sudah gagal dari awal, dia tak mendapat kesempatan, sudah tak ada harapan lagi. Lalu untuk apa dia berusaha lagi?
Seharusnya dia memang tetap diam ditempat yang ada, tak perlu banyak meminta lebih. Untuk seseorang seperti dirinya memiliki impian itu terlalu mahal harga yang harus dibayarnya. Jadi lebih baik berhenti sampai disini saja kan?
"Mingyu, waktunya makan malam"
"Eommonim duluan saja" balasnya tanpa berniat untuk membuka pintu kamarnya.
Ditatapnya ponsel yang sejak tadi berdering. Panggilan dari sang pelatih dan beberapa rekan trainee menghubunginya. Namun, ia sama sekali tak menggubrisnya. Untuk apa lagi? Lagi pula dia akan berujung dengan gagal jadi untuk apa berjuang lagi? Ia benci dengan segala formalitas ini.
"Menyerah memang pilihan terbaik"
___
Sudah diputuskan, ia memilih menyerah. Memiliki impian memang terlalu mahal untuk seseorang seperti dirinya. Kini Mingyu telah berdiri didepan pintu orang nomer satu dikantor agensinya. Dengan langkah mantapnya ia memasuki ruangan tersebut. Dan disana ia telah disambut dengan senyuman ramah sang ayah.
"Mingyu -ah kenapa kemari? Bukankah hari ini ujian evaluasi, sebentar lagi akan dimulai'kan?"
"Ada hal yang ingin aku bicarakan daeppyonim "
"Eiy, kenapa harus formal seperti itu, kau putraku jadi santai saja bicaranya,Gyu" ujarnya sambil menepuk pelan bahu sang anak. Mingyu hanya tersenyum tipis namun jemarinya terkepal sangat kuat. Dadanya terasa sangat kebas, lidahnya terasa kelu.
"Daeppyonim, saya Kim Mingyu ingin memutuskan kontrak eksklusif dengan agensi ini, mohon maaf dan terima kasih atas bimbingan nya selama ini" ia merasakan segala beban ditubuhnya terasa semakin berat. Hatinya hancur seperti impiannya.
"Kenapa? Kenapa menyerah begitu cepat Gyu, bukankah sekarang ada evaluasi ini bisa saja menjadi peluang untukmu, kenapa tak dipikirkan lagi,eung?" Bujuk sang ayah namun, dimata Mingyu ia hanya melihat tatapan penuh kemenangan dari sang ayah. Seseorang yang ia pikir bisa menjadi pendorong agar ia dapat menggapai impiannya. Akan tetapi, yang ia lihat sekarang hanyalah sebaliknya. Ia dihancurkan ditangan ayahnya sendiri.
"Hahaha, kalimat itukah yang ingin kau dengar Gyu? Astaga lihatlah ekspresi wajahmu sangat menggemaskan sekali dan membuatku semakin ingin menghancurkannya saja
Kau, sudah sepantasnya berhenti. Menjadi idol itu sangatlah tidak mungkin. Kau tidak berbakat, wajahmu sangat membosankan dan akan mudah dilupakan. Membawamu kedalam keluargaku saja sudah membuatku repot apalagi ketempat dimana aku bekerja itu hanya menghancurkan karir yang telah kubangun. Harusnya kau sadar akan tempatmu.
Cukup diam ditempatmu menjadi anak anjing yang manis dan penurut saja sudah cukup tak perlu bermimpi sangat tinggi. Hentikan saja" ujar tuan Kim sambil menoyor -noyorkan kepala Mingyu yang hanya dapat terdiam mendengar segala penyataan dari orang yang paling ia percaya didunia ini.
"Sadari tempatmu Kim Mingyu, seharusnya kau tak lahir kedunia ini. Harusnya ibumu membunuhmu saja jika hanya menyulitkan hidupku seperti ini" lagi kepalanya ditoyorkan dan kian disudutkan. Mingyu sudah cukup hancur. Tujuh belas tahun hidupnya, seorang Kim Mingyu benar-benar dihempaskan kedasar neraka, dihancurkan bahkan tak berbekas. Ia tak memiliki pijakan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Call My Name || Jaegyu
Fanfic[𝒮𝒽𝑜𝓇𝓉 𝓈𝑒𝓇𝒾𝑒𝓈] Jjh x Kmg Hari-hariku dipenuhi perjuangan, Bahkan mimpiku pun terasa menyakitkan. Mereka berkata, kau akan bahagia saat kau jatuh cinta. Siapa bilang? Karena yang kuketahui adalah sebuah cinta yang hanya melihatmu dari bela...