Jika diingat kembali, ternyata sudah satu tahun berlalu, kejadian penuh drama itu sudah lewat setahun yang lalu. Banyak hal yang telah terjadi rupanya. Hingga membuatku telah sampai di titik ini. Baru aku sadari, dahulu aku begitu kekanakan dan terlalu keras kepala untuk mempertahankan apa yang selalu kusebut sebagai impian. Mengorbankan banyak hal untuk mempertahankannya. Dan ternyata itu adalah keputusan egois yang berujung menyakiti banyak pihak.
Aku seharusnya lebih bersabar lagi, harus lebih berpikir terbuka saat itu, harusnya. Tapi keadaan membuatku buta dan keras kepala. Hingga aku mengabaikan diriku sendiri yang telah terluka terlalu banyak karena mempertahankan keegoisanku sendiri.
Aku tak menyalahkan siapapun disini. Saat itu, memang aku yang mengambil keputusan, aku sudah tahu konsekuensi apa yang akan aku dapatkan. Dan pada akhirnya, aku memilih mengikhlaskan semuanya. Karena aku yakin, jika dia memang ditakdirkan untuk menjadi sebuah rumah untuk bernaung, akan ada banyak cara untuk membuat kami kembali pulang.
Aku memilih berhenti menjadi egois dan keras kepala pada akhirnya. Bukan karena ingin menyerah, bukan! Aku hanya ingin menjadi seseorang yang memutuskan rantai lingkaran menyakitkan ini. Jika aku terus menunggu dan menerima segala pesakitan itu, semua tak akan ada akhirnya. Mengalah bukan berarti kalah. Mengalah dan mengikhlasnya berarti itu adalah tanda dari sebuah kedewasaan.
Jika ditanya apakah berat?
Tentu saja, semua awalnya terasa berat. Menyakitkan dan terasa tak adil. Tapi, setelah semuanya berlalu aku sama sekali tak menyesali keputusan yang aku pilih. Ini adalah pilihan yang terbaik untuk kami, tak akan ada lagi yang terluka setelah ini.Semakin dewasa kalian, akan banyak hal yang terjadi. Kalian akan berada dalam dua pilihan yang sangat sulit untuk dipilih. Akan tetapi, karena hal itu pula kita belajar lebih akan sebuah pengalaman hidup akhirnya, dari pilihan yang kalian pilih.
Tak masalah, semua ini bagian dari perjalanan hidup dan berujung menjadi pengalaman yang berharga. Walaupun pada akhirnya kami saling menatap punggung seseorang yang dicintai dari belakang, bukan berarti kita tak akan bisa meraihnya. Melihatnya dari kejauhan bukan berarti kita menyerah dan menjadi pengecut. Kita hanya berusaha memastikan dia sudah baik -baik saja dan tetap bahagia dengan jalan yang sudah dipilih masing -masing.
Karena akan ada waktunya untuk kami berada di sisi yang sama tanpa perlu memaksakan keadaan. Tanpa perlu ada yang terluka, semua masalah waktu.
CUT!
"Mingyu -ssi, seperti biasa aktingmu sangat memukau ya" puji sang sutradara saat telah menghampiri Mingyu yang kini tengah tersenyum ramah. Ya, hari ini Mingyu memiliki jadwal terakhir untuk pengambilan scene di drama yang akan ia bintangi. Banyak hal yang telah berlalu dan tentu saja Mingyu ingin terus menjadi sosok yang bersinar dalam dunia entertaiment ini. Mengibarkan sayapnya sejauh mungkin untuk menambah pengalamannya.
"Terima kasih, ini juga berkat bimbingan kalian semua. Jangan terlalu melebih -lebihkan, saya tidak pantas mendapat pujian ini"sahutnya dengan senyuman yang sungkan.
"Aiyo! Mingyu-ssi jangan terlalu merendah. Kita semua tahu, Mingyu -ssi yang paling berusaha keras disini. Oh ya! Selamat atas comeback Seventeen kemarin ya, kudengar kabar kalian mendapat thropy kemenangan lagi"
"Terima kasih, tuan Song." Mingyu memang terkenal menjadi aktor yang begitu ramah dan bersahabat. Banyak staff yang sangat suka bekerja sama dengan si manis Kim ini.
"Nanti malam akan ada pesta penutupan syuting kita, pastikan kau datang ya Mingyu -ssi" setelah mengatakan hal tersebut sang sutradara meninggalkan Mingyu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Call My Name || Jaegyu
Fanfic[𝒮𝒽𝑜𝓇𝓉 𝓈𝑒𝓇𝒾𝑒𝓈] Jjh x Kmg Hari-hariku dipenuhi perjuangan, Bahkan mimpiku pun terasa menyakitkan. Mereka berkata, kau akan bahagia saat kau jatuh cinta. Siapa bilang? Karena yang kuketahui adalah sebuah cinta yang hanya melihatmu dari bela...