Part 2

582 58 6
                                    

Hyewon mengeratkan dasinya sebelum kembali mematut dirinya di cermin. Pria itu sudah rapi dengan setelan kantor. Tak lupa jam tangan casio hitam miliknya.

Hyewon meraih tas kerja dan melangkah keluar kamar menuju meja makan.

"Pagi sayang" sapa Sakura yang sedang menata makanan di meja.

"Pagi" balas Hyewon sembari duduk. "Maaf semalam aku ketiduran di sofa" sesalnya.

Sakura tersenyum menggeleng. "Nggak apa. Aku ngeliat kamu saat ke kamar mandi dini hari. Tapi takut ngebangunin kamu. Tidurmu nyenyak banget."

"Terima kasih" Hyewon menyuap nasi goreng ke mulutnya.

"Kamu rapi banget. Mau kemana jam segini?" tanya Sakura.

"Kok nanyanya gitu? Aku kan harus kerja. Sebagai manajer keuangan nggak mungkin kan aku datang telat. Aku harus jadi contoh yang baik buat karyawan."

"Kerja? Bukannya kamu kemaren ngajuan cuti selama 2 hari ke depan?"

"Nggak kok. Aku nggak ngajuin cuti."

"Kan kamu yang bilang kemaren. Kamu ngajuin cuti karena besok mau ngerayain tahun pertama hari pernikahan kita."

Bagai disambar petir, perkataan Sakura membuat Hyewon tersedak. Untung saja makanannya tidak tersembur.

Apa lagi ini? Baru saja Hyewon menerima kenyataan, sebenarnya sedikit menerima bahwa Sakura adalah istrinya. Sekarang bertambah lagi satu hal kalau rumah tangga mereka sudah berjalan satu tahun.

Sudah berapa lama Hyewon bermimpi sampai-sampai ia melupakan pernikahannya dengan Sakura?

"Ha- hari pernikahan? Yang pertama?" cicit Hyewon.

"Iya, kemaren kamu juga bilang kalau hari ini kita mau belanja. Soalnya kamu udah ngundang sahabat kamu buat berbeque-an besok."

"Masa sih? Aku nggak ingat sama sekali."

"Ya mungkin karena kamu terlalu capek, makanya kamu lupa. Sekarang bapak manajer keuangan kita ganti dulu bajunya. Masa belanja pake setelan kantor" Sakura berniat meraih lengan Hyewon, namun Hyewon lebih dulu reflek menepis tangan Sakura.

"Ah maaf, aku nggak maksud-"

"Nggak apa sayang."

"Kalau gitu aku ganti baju dulu."

Sakura tersenyum kecut menatap punggung Hyewon yang sudah menghilang di balik pintu.

"Sampai kapan kayak gini terus?"






"Sayang, dagingnya mau berapa banyak?" Sakura menghampiri Hyewon yang sedang asik memilih buah.

Hyewon menoleh. "Kamu tau kan kalau kami udah ngumpul gimana? Jadi dagingnya stok banyak-banyak aja. Sekalian cemilan juga ya."

Kami yang dimaksud Hyewon adalah ia dan sahabatnya, yaitu Yujin, Yena dan Chaeyeon. Mereka kalau sudah berkumpul pasti stok makanannya segunung. Karena mereka tidak akan kenyang jika makan sedikit.

Heran, itu cacingan atau doyan.

Yang lebih mengherankan, tubuh mereka tak pernah over. Gendut tidak, sixpack iya. Semacam body goals tepatnya.

"Jangan lupa beli pringles. Ah ya, stok ramyeon sekalian. Kacang juga, buat temen nonton bola."

Sakura berlalu, sedangkan Hyewon masih sibuk dengan buah-buahan. Tak lama wanita itu balik dengan troli yang terisi setengah.

"Aku udah milih buah kesukaan kamu" Hyewon menyodorkan buah stroberi pada Sakura. Belum sempat Sakura mengambilnya, pria itu sudah meletakkannya di troli.

"Eskrim juga. Wony paling suka dengan eskrim" Hyewon berbalik dengan dua kotak eskrim ditangannya.

Saat itu Hyewon baru menyadari mimik Sakura berubah masam karena menyebut nama Wonyoung.

"Buah kesukaan aku bukan stroberi, tapi anggur" gerutu Sakura sambil mendorong troli ke kasir.

"Astaga, apa yang kulakukan" sesal Hyewon mengikuti langkah Sakura. Namun tetap membawa eskrim yang sudah diambilnya tadi.






Hyewon baru saja memakirkan mobilnya di garasi. Sedangkan Sakura sudah keluar duluan dengan kantong belanjaan di tangannya. Wanita itu menunggu Hyewon di teras.

Hyewon sampai di teras bertepatan dengan sebuah mobil memasuki halaman depan. Ternyata Yujin dan Wonyoung. Terlihat Yujin menenteng plastik besar. Wonyoung juga, hanya saja lebih kecil.

Hyewon bergegas menghampiri Wonyoung dan mengambil plastik di tangan Wonyoung. "Lo ngebiarin Wony nenteng belanjaan" marahnya.

"Lo aja ngebiarin istri lo nenteng belanjaan sendiri. Bahkan lebih besar dari punya Wony" balas Yujin.

Tercekat, Hyewon menghampiri Sakura. "Ya- ya maksudnya Wony kan lagi hamil."

Hyewon mengambil semua kantong belanjaan di tangan Sakura, juga belanjaan Yujin, kemudian bergegas masuk.

"Selalu saja Wony" gumam Sakura. "Ayo masuk" ajaknya.

Yujin menggeleng. "Nggak mbak, kita langsung pulang. Kita cuma mau nganterin belanjaan itu aja kok. Mbak tau kan porsi makan kita gimana? Takutnya besok nggak cukup."

"Ya udah, kalian hati-hati. Jagain Wony baik-baik, kasihan itu lagi hamil besar dibawa juga."

"Mau gimana lagi mbak, Wony nya maksa ikut. Bawaan anak kali mbak, nggak mau pisah sama bapaknya."

"Wony baik-baik aja mbak" Wonyoung senyum natap Sakura.

"Ya udah mbak, kita balik dulu ya" pamit Yujin.

"Iya, hati-hati" Sakura ngelambain tangannya.

"Yang sabar ya" pesan Yujin sebelum mobilnya melesat meninggalkan kediaman Hyewon.






"Loh mereka mana? Kok nggak disuruh masuk" tanya Hyewon sembari menyusun belanjaan di kulkas.

"Mereka bilang langsung pulang. Yujin baru pulang kerja, Wony juga nggak boleh terlalu capek. Kasihan kandungannya."

Kegiatan Hyewon terhenti, kemudian menatap Sakura. "Tapi Wony nggak apa-apa kan?"

Sakura menghela napas. Sakura bisa melihat raut kekhawatiran di wajah Hyewon. "Baik-baik aja kok. Aku mau istirahat dulu, capek. Kalau mau makan, kamu bikin ramyeon aja ya."

"Iya" Hyewon melanjutkan kegiatannya. Tanpa menyadari perubahan raut wajah dan mood Sakura.


Fact or FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang