Yena menyesap americanonya yang tinggal sedikit hingga tandas. Pria bebek itu duduk menyisih di bangku santai dekat kolam renang.
Drrrrtttt ddrrrrrttt
Yena mengecek ponselnya. Ternyata pesan dari Hyewon.
Kwangbae
Dimana?
Kolam renang
Ngapain berenang malam-malam?
Kagak peak
Cari angin
Wait
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pelan bahunya. Yena meraih tangan itu dan mendudukkan sang pelaku disebelahnya. Kemudian merebahkan kepalanya di paha orang tersebut.
"Masih mikirin masalah tadi?" Jihyo beralih mengelus rambut pirang Yena.
Yena mendesah pelan. "Gimana nggak kepikiran ma? Harusnya Yena bisa ngelarang Yujin sama Chaeyeon ngelakuin hal ini. Tapi yang Yena lakuin cuma diam aja. Harusnya Yena nepatin janji Yena buat lindungin Hyewon. Tapi malah Yena sendiri yang mengingkarinya."
"Padahal mama sama papa udah baik banget sama Yena. Membesarkan dan mendidik Yena sampai seperti sekarang. Walaupun Yena bukan anak kandung kalian, tapi kalian memperlakukan Yena sama dengan Hyewon."
"Secara adil, nggak ada pilih kasih. Bahkan keluarga Yena sendiri aja nggak peduli. Tapi kalian? Sumpah Yena nggak tau lagi gimana mau balas kebaikan-"
"Hei hei kamu ngomong apa? Mama nggak suka. Omongan kamu bikin hati mama sakit."
Yena lantas bangkit dan memeluk Jihyo. Menyembunyikan wajahnya dibalik perpotongan bahu dan leher Jihyo.
"Maafin Yena ma. Yena nggak maksud ngomong gitu. Yena juga sakit kalo ngeliat mama sakit. Yena nggak akan bisa maafin diri sendiri kalau sampai mama kecewa. Apalagi karena Yena" ucap Yena tersedu-sedu.
Melihat anaknya menangis, tanpa sadar air mata sang ibu ikut jatuh. "Mama bersyukur kamu hadir di hidup mama, melengkapi kebahagiaan mama. Sampai kapanpun kamu akan selalu menjadi anak mama. Sekalipun dunia membenci kamu, atau keluarga yang membuang kamu mau mengambil kamu lagi."
Jihyo mengambil telapak tangan Yena dan menggenggamnya. "Nggak akan pernah mama lepasin tangan ini."
Yena mengeratkan genggamannya dan mencium tangan sang ibu.
"Seorang ibu itu tidak selalu diukur melalui anak yang dikandung dari rahimnya sendiri. Melainkan bagaimana dia mendidik dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Bagaimana dia mencintai dan menyayangi seorang anak."
"Banyak anak diluar sana yang terlahir dari rahim seorang perempuan, tapi dengan kejinya mereka dibuang. Yang paling parahnya dibunuh. Dan perempuan seperti itu tidak pantas dipanggil ibu."
"Jadi jangan pernah menganggap kamu bukan anak mama. Terlebih kalau sampai hal ini didengar Hyewon."
"Jangan sampai" geleng Yena. "Yena nggak mau nambah beban pikiran Hyewon."
"Yen, gue udah masak bebek panggang nih bu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fact or Fake
General FictionSuamiku Kang Hyewon, pria lugu dan polos yang terkadang masih tak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan. Meski begitu, ragaku, hatiku dan seluruh hidupku mencintainya.