"Maafin Chaeyeon ma."
"Yujin juga minta maaf ma."
Chaeyeon dan Yujin bersimpuh meminta maaf di hadapan Jihyo.
"Chaeyeon nyesel ma udah ngelakuin hal ini. Chaeyeon egois karena nggak mikirin keadaannya Hyewon."
"Yujin juga. Janji deh Yujin nggak bakal ngulangin hal ini lagi."
Jihyo tersenyum dan mengelus kepala mereka berdua. "Sebenarnya mama kecewa dengan rencana kalian ini. Seumur-umur dia sudah menderita dengan kekurangannya. Keadaannya seperti ini nggak akan pernah bisa disembuhkan. Dan sekarang kalian menambah beban pikirannya."
"Tapi dari sudut pandang positifnya, mama bisa lihat ingatan Hyewon sekarang nggak separah yang dulu. Meskipun masih jauh dari perubahan yang diharapkan. Tapi hal sekecil inipun sudah membuat mama bersyukur."
Jihyo mengusap air matanya. "Tapi mama harap ini yang terakhir kalinya kalian melakukan hal ini. Mama tau kalian tulus dan sabar menghadapi Hyewon. Karena kalian itu teman terdekatnya Hyewon, jadi mama mohon dengan sangat. Bantu dia, lindungi dia, jangan sampai orang lain juga melakukan hel seperti ini."
"Chaeyeon nggak mau berjanji karna takut nggak bisa nepatin janji itu. Tapi Chaeyeon akan usahain semampu Chaeyeon."
Sekarang dua manusia itu beralih ke hadapan Daniel. Hendak bersimpuh namun langsung direngkuh oleh kepala keluarga Kang itu.
"Udah nggak usah sujud-sujud. Papa tau maksud kalian baik. Tapi ingat, jangan diulangi lagi. Kalau nggak, kalian papa jadiin makanannya Rooney."
Chaeyeon dan Yujin bergidik. Masa ganteng begini dijadikan makanan peliharaannya Daniel. Daniel bilang Rooney itu kucing. Tapi faktanya adalah harimau. Ya walaupun harimau itu masih sebangsa kucing.
Tapi tenang, sudah ada izin kok untuk memeliharanya. Bukan ilegal.
Wonyoung yang sedari tadi diam mulai beranjak.
"Mau kemana?" tanya Yuri.
"Cari mas Hyewon. Tadi katanya ke kamar mandi, tapi nggak balik-balik."
"Loh mas Hyewon kemana?" heran Wonyoung karena tidak menemukan Hyewon di kamar mandi ataupun dapur. "Mungkin ke kamar."
Saat Wonyoung melewati ruang tengah hendak ke kamar mereka, nampaklah Hyewon yang tengah berdiri memandang pigura pernikahan.
"Mas Hyewon."
Hyewon menoleh dan merangkul sang istri ke pelukan.
"Wony nyariin mas karena nggak balik-balik, taunya disini" cemberut Wonyoung.
Hyewon terkekeh dan mengelus perut Wonyoung dengan tangannya yang bebas.
"Kenapa sih mandangin fotonya gitu amat?"
"Mas mau mengingat foto ini banyak-banyak supaya nggak ngelupain pernikahan kita lagi. Mas nyesel karena mudah banget dikerjain kek gini. Padahal bentar lagi baby lahir, tapi mas malah lupa sama kalian. Maafin mas ya."
"Padahal tadi mas yang bilang nggak ada yang perlu disalahin. Tapi sekarang kok mas yang minta maaf?"
"Ya mas merasa bersalah karena nyusahin kamu dengan kekurangan mas ini. Mas merasa nggak berguna. Pernikahan adalah hal yang sakral, tapi mas-"
Wonyoung membungkam bibir Hyewon dengan bibirnya. Bumil itu tidak senang dengan perkataan Hyewon.
"Wony nggak pernah mengeluh tentang hal itu. Wony nerima semua kekurangan dan kelebihan mas. Nggak peduli apa kata orang, karena yang ngejalanin itu kita. Kalau hal itu yang jadi masalahnya, sejak awal Wony udah nolak pernikahan ini."
"Wony tau mas udah berusaha keras untuk ngatasin kelebihan mas, walaupun semuanya nggak berjalan sempurna. Tapi bukan berarti juga menganggap diri mas itu nggak berguna. Wony nggak suka. Jadi jangan pernah mas ngomong kayak gini lagi."
Hyewon tersenyum dan mengecup kening Wonyoung. "Makasih sayang kamu sudah mau bertahan" Hyewon menyeka air mata yang mengumpul di sudut mata sang istri.
"Bukan aku atau kamu, tapi kita. Kita berjuang sama-sama."
"Tapi sumpah dua hari ini mas sama Sakura nggak ada ngapa-ngapain. Tidur seranjang aja nggak."
"Wony tau, mbak Sakura juga udah cerita."
Dibalik dinding, terlihat Yena mengusap air matanya. Suami Yuri itu terharu dengan ketulusan sang ipar.
Awalnya Yena ingin menyusul Hyewon dan Wonyoung yang tak kunjung balik ke taman belakang. Dan pria itu mendapati situasi sepasang suami istri yang justru mengundang air mata.
"Terima kasih Tuhan telah menciptakan Jang Wonyoung untuk Kang Hyewon."
"Ini dia nih bintang utama kita" sambut Yujin saat HyeWony balik ke taman belakang.
"Kok lama banget baliknya?" tanya Yuri. Yang ditanya cuma cengengesan.
"Ah papa punya hadiah buat Hyewon" Daniel mengeluarkan paperbag yang sedari tadi disembunyikannya. Lalu mengeluarkan isinya.
Sebuah papan nama.
CEO Kang Hyewon
"Tanpa papa jelasin kamu pasti tau apa maksud papa."
"Yena aja pa" tolak Hyewon.
"Jadi selama ini lo kata gue ngapain di King Corp? Ngepel?"
"Cocok itu, muka lo mendukung bek" ledek Chaeyeon.
"Diem. Gue pelintir ntar congor lo."
"Yena itu udah megang perusahaan cabang, King Corporation. Dan papa mau Kang Company kamu yang ambil alih. Kalau bukan kalian siapa lagi yang ngurus perusahaan keluarga? Kan anak papa cuma kalian berdua." Daniel menjelaskan.
Hyewon mengambil papan nama yang dipegang Daniel dan menatapnya sejenak.
"Hyewon terima hadiah dari papa. Tapi Hyewon mohon papa ngerti sekarang belum waktunya. Papa tau kan posisi Hyewon di perusahaan sekarang itu murni kerja kerasnya Hyewon. Tanpa embel-embel Kang atau status keluarga. Meskipun jabatannya nggak setinggi yang papa tawarin. Dan Hyewon masih pengen menikmati hal itu."
"Hyewon tau papa masih sanggup berada di posisi ini. Jadi sampai saatnya tiba, papa harus bersenang-senang dulu dengan posisi ini. Bukankah berbisnis itu menyenangkan?"
Daniel tertawa. "Kamu benar. Begitulah cara keluarga Kang menikmati hidup."
"Hahaha. Tantangan itu nama tengah kita" Yena merangkul Hyewon yang juga ikut tertawa.
"Lo aja. Gue enggak."
"Papa juga nggak mau. Hahaha."
"Jahat. Kalo gitu gue juga enggak deh."
"Keluarga kalian mengerikan" komentar Yujin, yang dibalas anggukan oleh Chaeyeon.
"Salut deh buat istri-istrinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fact or Fake
General FictionSuamiku Kang Hyewon, pria lugu dan polos yang terkadang masih tak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan. Meski begitu, ragaku, hatiku dan seluruh hidupku mencintainya.