C3.

52 7 0
                                    

"Kamu serius nanya kayak tadi?"Fikha melepas helmnya. Ia cukup terkejut mendengar pertanyaan seperti itu.

"Iya." Jawab Hani tegas.

Fikha mengusap wajahnya, ia melihat langit yang sudah mulai jingga.

"Aku punya pengalaman buruk soal pacaran. Yang membuat aku gak suka pacaran. Malah aku berniat malakukan ta'aruf atau perjodohan saat ibuku ingin aku memiliki istri." Fikha menjelaskan tanpa melihat Hani di sampingnya.

"1 bulan. Satu bulan saja jadi pacar Hani. Kalau kak Fikha gak memiliki perasaan apapun sampai satu bulan itu habis, kita selesai." Hani tak kehabisan akal.

Fikha menghela nafasnya berat ia menoleh ke arah wajah Hani. Sangat serius.

Tapi bukannya ini seperti mempermainkan hubungan?
"Terus kalau ternyata aku punya perasaan sama kamu, kamu bersedia langsung nikah sama aku?"

Hani menatap wajah Fikha kaget.
"Bersedia."

Mendengar jawaban Hani, Fikha tertawa. Haduh... Agak menghibur ternyata. Ya kali bulan depan langsung nikah... Mau dikasih makan apa anak orang.

Hani.. dia cengo. Pikirannya kosong mendengar tawa renyah Fikha.
"Aku bercanda."

Hani tersenyum kaku. Apa yang baru saja terjadi? Apa yang lucu? Apa kau salah bicara? Batin Hani.

"Baik. 1 bulan. Kalau sampe saat itu aku gak ada perasaan apapun, kita selesai kan."

"Ha?"Hani benar benar blank. Pikirannya belom genap. Sedangkan Fikha, dia tersenyum lagi.

"Hei. Mulai sekarang kita pacaran sampai satu bulan kedepan." Ucapnya, i langsung mengenakan kembali helmnya.

"Ah iya~"ucap Hani reflex.

Fikha tersenyum lagi.
"Yaudah aku pulang ya.." Fikha menutup kaca helmnya dan langsung melaju pergi.
Kuharap dia tak menyesal mengaku pacaran seperti ini. Batin Fikha.

Hani melambaikan tangannya seiring peginya Fikha.
.
.
.
.
.

Hani membuka pintu rumahnya langsung di sambut Nanda yang menunggu hadiah yang ia janjikan.

"Mana eskrim coklat ku mana?" Tagihnya.
Hani memeluk kakaknya.

"Apa ni..  duh dingin.." ucapnya merasakan dingin di punggungnya.

"Kak. Akhirnya aku pacaran sama kak Fikha." Nanda diam diam tersenyum.

"Tapi hanya berlaku 1 bulan." Nanda melepaskan pelukannya.

"Hey.. anda sinting? kenapa kau mau kalo gitu doang.."

"Aku yang nawarin. Dan kak Fikha terima terima aja."

Nanda memutar bola matanya. Ini adiknya ini bodoh apa gimana sih. Pengalaman pacaran pertama kali kenapa begini amat sih...

"Yaudah jalanin aja. Mana es krim ku." Nanda masih menagih jatahnya. Namun dibalik itu dia cuma mencoba menahan amarahnya pada adiknya yang kelewat pinter ini.

Hani menyerahkan es krimnya kesal.
"Kakak ih gak pengertian banget !" Omelnya dan langsung masuk ke kamarnya.

Nanda mengehela nafasnya kasar. Kalo ibunya tau adiknya pacaran seperti itu, dia ni yang bakal di ceramahi.

Tapi karena udah sering kena ceramah bundanya, jadi udah kebal dikit.

"Han... Tadi dapet capcay dari tetangga sebelah. Dimakan gih.."teriak Nanda. Tak ada jawaban, jadi yaudah..

Ia duduk di sofa menyalakan tv dan memakan es krimnya.

Sambil berpikir apa yang bisa ia bantu untuk adiknya. Kalau mereka putus Hani juga yang mewek galau Bombay kaya drama.
Dia yang pusing, belom ada persiapan juga.

[END] Be My Boyfriend for One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang