C5

38 5 0
                                    

Pagi hari ini sangat cerah berseri. Burung burung riang gembira keluar dari sarangnya. Fikha keluar dari rumahnya. Dengan pakaian santai bercelana training.  Dan sepatu olahraga.

Kemudian ia mulai berlari keliling komplek rumahnya.  Beberapa putaran. Ya sekiranya cukup membuatnya berkeringat dan Segeran.

Sesekali ia tersenyum menyapa orang orang yang di lewatinya.

"Mas! mas pika'" Fikha yang merasa di panggil menoleh, dan berjalan mundur menuju pria paruh baya ke depan rumahnya. Umm.. dia RT nya Fikha sih.

"Pagi pak RT, ada apa ya pak?"
"Kita ngobrolnya di dalem aja. Gimana? Bu Rania pak Leon sehat di Surabaya?"tanya pak RT sembari menggiring Fikha masuk kedalam rumahnya.

"Mama sama ayah Sehat, Alhamdulillah.."

"Syukurlah.. silahkan duduk. Mau minum apa?"
"Eeh.. gak usah repot-repot pak.."
"Halah.. gak repot.. yang bikin minum kan bukan saya.. teh? Kopi?"

"Ahh.. air putih aja pak.." ucap Fikha tak enak, sekaligus kan dia habis olahraga sayang aja gitu kalau alngsung dimasukin minuman lain selain air putih...

"Na! Bikinin teh buat nak Pika'.."

"Eh.. lho pak kok.."

"Udah.. gak papa gak usah sungkan" ucap pak RT.

"Iya pak!"  Teriakan suara seorang gadis dari dalam.

"Gini nak Pika, bapak denger dari pak ustadz. Kamu memilih ta'aruf buat cari istri? Benar begitu?" Fikha terkejut mendengar pertanyaan itu. Kenapa bisa sampai..

"Iya pak rencana saya begitu. Tapi gak dalam waktu dekat sih pak.." Jawab Fikha. Pak RT mengangguk.

"Terus seandainya bapak meminta nak Pika ta'aruf dengan anak bapak , mau?"

"He?!" Ucap Fikha semakin terkejut
"Lho kok he ..."
"Ah.. maksud saya..."

"Ini tehnya.." seorang gadis berjilbab mendatangi mereka dan menaruh dua cangkir teh ke hadapan mereka.

Fikha memperhatikan nya sejenak. Sampai akhirnya gadis itu kembali masuk.
"Itu Nana. Anak bapak. Bapak berencana, nak Pika bertaaruf dengan Nana" Ucap pak RT.

Fikha tersenyum kecil menanggapi. Ia menautkan tangannya sembari berpikir bagai mana caranya ia menolak.

"Gimana? Kamu setuju ya? Senyum gitu.."

"Umm... Begini pak. Untuk sekarang saya belum bisa. "

"Kenapa kalo bapak boleh tau? Apa anak bapak gak masuk kriteria? Apa udah ada pacar?"

"Banyak faktor dari diri saya pak. Bukan masalah kriteria. Saya gak mementingkan masalah itu." Fikha berusaha merangkai kata yang tak menyinggung

"Ini masalah dalam keluarga saya. Saya juga belum berkerja. Dan masalah utamanya, ada seorang gadis yang meminta pada saya untuk berusaha mencintainya. Dan saya tidak bisa menolak. Jika saya menerima permintaan bapak, saya akan menyakiti gadis itu dan saya pasti dimarahi oleh mama karena mama sudah saya beri tau soal itu."

Pak RT diam. Entah seperti apa yang ada di pikiran pak RT, Fikha sama sekali tidak bisa membacanya dari raut wajahnya.

" Begitu.." pak RT menyesap teh yang telah di suguhkan anak perempuannya.
"Maaf pak."

"Wah... Seandainya bapak nembung lebih cepat ya nak pika hehe.."

∆∆∆∆∆∆∆∆∆\\∆

Filha keluar dari rumahnya, mengunci pintu dan segera menaiki motornya. Bukan ke kampus, janjian sama Nicko. Nicko minta Fikha nemenin dia kemana mana buat beli sesuatu buat pacarnya.

[END] Be My Boyfriend for One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang