Panggilan Sayang

16 3 0
                                    

Fikha terlebih dulu mengedrop mama dan ayah nya kerumah.

"Hati hati ya nak.." Rania melambaikan tangannya kearah mobil yang di kendarai Fikha.

Dan kini tinggal mereka berdua di dalam mobil. Hani terlihat enjoy mendengar lagu BTS yang di puter di radio. Sesekali Fikha melirik Hani yang bersenandung.

Ia kambali memikirkan apa hal yang baru ia ketahui tadi tentang Hani. Mulai sekarang ia harus mengurangi sifat cuek nya.

"Kak Fikha mikirin alergi Hani ya?" Fikha mengangguk.

"Hm... Aku harus jaga kamu dari hal berbahaya. Apapun itu."

"Santai kali kak... Hani juga selalu bawa obat antihistamin di tas, jadi kalo gak sengaja makan langsung bisa sedikit teratasi. Soalnya biasanya Hani bandel kalo lagi kepengen banget..."

"Tapi kan hari ini ada mamanya kak Fikha, jadi gak berani bandel. Takut malah bikin yang lain khawatir dan merusak suasana." Jelas Hani. Fikha hanya mengangguk paham. Tak ada respon lagi dari Fikha yang hanya fokus menyetir.

Hani pun hanya diam setelahnya. Bukan apa-apa, dia hanya berpikir diamnya Fikha karena pria itu butuh berpikir. Jadi ia gak mau mengganggu.

Saat mereka terjebak lampu merah, Fikha menoleh ke arah Hani. Hani yang melihat itu dari ekor matanya pun ikut menghadap ke Fikha.

"Aku ingin tahu semua tentang kamu. Jangan sembunyikan apapun dari ku, mengerti? Gak boleh ada yang terlewat
Apa lagi hal yang mungkin berbahaya, seperti alergi tadi." Ucap Fikha panjang yang akhirnya memutus keheningan beberapa saat lalu.

"Iya, kak Fikha juga kasih tau Hani semua tentang kakak yang belom Hani tau."
Fikha tersenyum lebar.

"Apa yang belum kamu tau dari aku?"

"Eum.... Ah.. lupa Hani mau tanya apa.." Fikha tertawa. Lalu kembali melajukan mobilnya.

"Masak lupa sih..." Ucap Fikha sembari mengacak poni Hani gemas tanpa mengurangi konsentrasi menyetirnya.

"Aku yang harusnya tau lebih banyak tentang kamu. Hari ulang tahunmu aja aku gak tau. Padahal kamu tau sendiri tanpa tanya langsung ke aku."

"28 Agustus 96."

"Ah.... Karena itu kamu manggil aku kakak, ku kira kamu cuma kebiasaan panggil kakak aja." Hani hanya terkekeh mendengarnya.

"Terus aku panggil kamu dek gitu?" Hani diam diam tersipu ketika kata "dek" di sebutkan Fikha. Ah.. saking sukanya ia baca webtoon, apa lagi mas Adimas jadi ia juga pengen kalo udah nikah manggilnya sama kayak gitu.

"Aamiin... Eh tapi jangan ding.."

"Eh? Kenapa amin terus jangan?"

"Kebanyakan, pasangan Jawa itu manggilnya mas sama adek.."

"Ya bener dong.. gak salah.."

"Tapi Pasangan pengantin kaak, rasanya tu gimanaaa gitu... Kayak lebih romantis dari pada panggilannya sayang" Hani menangkup pipinya yang memanas gara gara ucapannya sendiri.

Sekarang malah ganti Fikha yang malu malu setelah mendengar penjelasan Hani. Amin untuk menikah dengan ku maksud nya? Batin Fikha.

"Tapi kenapa jangan? Ucapan kan doa. Kamu gak mau nikah sama aku?" Ucap Fikha sedikit menggoda Hani.

"M-mau, tapi Hani takut aja terlalu baper. Dan menandai kak Fikha udah pasti bakal jadi suami Hani di masa depan. Tapi nanti giliran gak jadi nanti Hani kecewa."

"Iya.. aku ngerti. Jadi sekarang kamu mau panggilan sayang apa dari aku?"

"Gak ada, cukup panggil Hani dengan cara kakak aja."

[END] Be My Boyfriend for One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang