a

4K 250 25
                                    

Jungkook melonggarkan dasinya setelah meeting siang ini selesai, lagi-lagi Ia mendengus kecil karena kalah dari pesaingnya. Ruangan ber-AC ini mendadak panas baginya ketika melihat senyuman puas dari lelaki tua didepannya.

Beberapa pemilik saham sudah keluar lebih dulu, hanya tertinggal Ia dan Bae Yong Joon disana. "kau harus banyak belajar lagi Jungkook agar bisa mengalahkanku." Bae Yong Joon tersenyum kecil, seperti mengejek dimata Jungkook. Lelaki itu hanya berdehem menanggapi dengan senyuman tipis.

Hari ini begitu sial bagi Jungkook, bagaimana bisa Ia di jatuhkan dengan mudah oleh lelaki tua itu. Rasanya Ia ingin membunuh Bae Yong Joon saja, pasalnya ini bukan pertama kali dirinya dipermalukan di depan para pemegang saham oleh lelaki tua itu.

Jungkook bangkit dari kursinya setelah melihat Seok Jin di luar, begitu pun dengan Bae Yong Joon. Ia meninggakan ruang meeting setelah seseorang membantu membawa berkas miliknya.

"aku merindukan cucu dan putriku." lelaki muda di samping Yong Joon hanya tersenyum kecil. "dua minggu lagi kita akan bertemu mereka, aku ingin membeli sesuatu untuk Suzy dan Hoon. Aboeji ikut?" lelaki tua itu tersenyum yang membuat kerutan di sekitar matanya terlihat. "tentu, aku juga ingin membelikan sesuatu untuk cucuku."

Samar Jungkook dapat mendengar pembicaraan Yong Joon dengan pemuda disampingnya, mungkin anak atau menantu lelaki itu. Entahlah Jungkook tidak mau ambil pusing.

Jungkook menghentikan langkahnya dan berdecak kecil ketika melihat Seok Jin masih mematung di depan pintu ruang meeting. "Hyung.. Ayoo."
.
.
.
Jungkook menjatuhkan dirinya di sofa yang ada di ruangan miliknya, Ia melepas dasi yang melingkar di lehernya secara kasar. Helaan nafas kasar terdengar jelas, Seok Jin datang memberikan segelas wine untuk Jungkook. Lelaki itu tau, Jungkook perlu menenagkan diri jika sudah kalah seperti ini.

Jungkook meneguk sekali habis wine yang diberikan Seok Jin, Ia meringis sedikit ketika rasa pahit melewati tenggorokannya. Ia menyimpan gelas itu dengan kasar, meminta Seok Jin menuangkannya kembali.

"bagaimana bisa aku kalah lagi dari Bae Yong Joon?! Ini bahkan sudah ke-tiga kalinya Ia mempermalukanku didepan petinggi!" Jungkook meremas kuat gelas yang sudah terisi lalu meminumnya dengan cepat.

"sudah kukatakan tidak mudah jika ingin bekerja sama dengan perusahaan itu, kau hanya perlu mencari kelemahannya."

"kau benar Hyung, aku hanya perlu mencari kelemahannya." Jungkook tersenyum, yang tak bisa di artikan oleh Seok Jin.

"sepertinya aku butuh liburan beberapa hari ini, bisa kau carikan aku tiket pesawat hyung?" Jungkook mencoba merilekskan dirinya.

"jangan bertingkah bodoh!" Jungkook tertawa kecil, kenapa kepercayaan ayahnya selalu tahu jalan pikirannya sih.

"aku hanya ingin liburan, sepertinya menghabiskan beberapa hari di Australia menyenangkan."

~~~

Sekarang Jungkook menyesali menolak Seok Jin atau Jimin untuk menemaninya selama liburan. Ia terlihat seperti anak hilang di negri kangguru ini. Setelah check in hotel, Jungkook memilih berjalan-jalan di sekitar penginapan.

Jungkook sudah sampai di salah satu halte terdekat dari penginapannya, namun Ia belum memutuskan akan kemana tujuannya.

"excusme?" perempuan bermantel coklat dengan rambut sedikit bergelombang itu menghentikan aktifitas membacanya. Ia tersenyum hangat ke arah Jungkook. "can I help you, sir?"

Jungkook terpaku sesaat melihat senyuman perempuan itu, lalu Ia juga tersenyum membalasnya. " I want to see the city, but I.." belum sempat Jungkook selesai bertanya, perempuan didepannya tertawa kecil. Apa ada yang salah dengan bahasanya? Pikir Jungkook.

"I am so sorry, I did not mean it." perempuan itu menutup bukunya dan menepuk bangku di sebelahnya.

"duduklah." Jungkook terkejut, "kau orang korea?" perempuan itu mengangguk dengan pasti.

"ku pikir kau gadis Jepang." perempuan itu tidak bisa menghentikan tawanya atas ucapan Jungkook, membuat Jungkook ikut tertawa karenanya.

Jungkook bersyukur bertemu dengan Bae Suzy, gadis Korea yang tinggal di Melbourne dua tahun ini. Beberapa menit yang lalu gadis itu menawarkan untuk menemani Jungkook berkeliling di kota ini. Tentu saja Jungkook tanpa sungkan mengiyakan ajakannya, di samping Ia tidak tahu tempat ini keuntungan lainnya Ia mendapatkan teman baru.

"sudah?" Suzy mengangguk, sebelumnya gadis itu meminta izin untuk menghubungi seseorang sebelum mereka pergi. Mungkin orangtuanya atau keluarga lainnya, Jungkook tidak tahu.

"aku memiliki waktu sampai jam tujuh malam, itu artinya kita memiliki waktu lima jam bersama." Jungkook mengangguk paham dan mengikuti langkah Suzy.

Jungkook masih memandang Suzy yang terus bercerita tentang kota Melbourne, seolah gadis itu tinggal sejak lahir di kota ini. Sesekali Jungkook tersenyum kecil menanggapi, Jungkook suka ketika gadis itu sedang berbicara. Bibir kecilnya sangat lucu mata indahnya bergerak kesana kemari dan hidung mungilnya jadi penyempurna, membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan pernah bosan. Jungkook tahu Suzy gadis pintar, terlihat dari cara Ia berbicara.

Queen victoria market, tempat ke tiga yang mereka datangi. Suzy mempersilahkan Jungkook untuk membeli apa saja yang lelaki itu mau. Suzy membawa Jungkook ke salah satu pasar terbesar di kota itu, biasanya para turis selalu berbelanja di tempat ini.

"berapa lama disini?" Jungkook memberikan tisu ketika melihat saus di atas bibir Suzy.

"ah terimakasih." gadis itu menerima tisu dari Jungkook dan mengelap bibirnya.

"satu minggu, aku akan menghabiskan waktuku satu minggu disini." Suzy menyeruput habis minumannya, dimana di mata Jungkook itu sangat lucu. Padahal Ia tahu gadis di depannya ini dua tahun di atasnya.

"kalau begitu bersenang-senanglah disini Jungkook-ssi. Aku harus pulang sekarang, kau tak apa aku tinggal duluan? Kau bisa menaiki bus lagi, tapi aku sarankan kau pesan saja taxi dari sini ke penginapan melihat belanjaanmu sangat banyak. Ah ya sekali lagi, terimakasih atas makanannya." Suzy memberikan senyum termanisnya, Jungkook hanya tersenyum kecil.

"terimakasih juga untuk hari ini Suzy-ssi, maaf sudah mengambil waktu berhargamu. Tidak apa pulang sendiri?" Suzy menggerakan kedua tangannya seolah ini bukan hal besar.

"aku senang bertemu dengan orang yang satu bahasa denganku, jadi santai saja. Sebentar lagi seseorang akan menjemputku." Sesekali Suzy mengecek ponselnya takut ada pesan dari supirnya.

"maaf lancang, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?"
.
.
.
.
Tbc..

Ini sebagai pengganti I Believe, aku lagi buntu untuk cerita itu jadi di unpub.
Semoga ini selesai sampai akhir..
Dan semoga kalian suka

CrypticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang