Suzy membuka pintu rumahnya, baru saja Ia membuka mantel suara tangisan anak kecil memasuki pendengarannya. Perempuan itu tersenyum kecil, melangkahkan kakinya menuju kamar anaknya.
"eomma.." tangisan anak lelaki itu semakin menjadi ketika melihat Ibunya.
Suzy memangku anak kecil dengan tempelan penurun panas di dahinya, "aigoo.. Anak eomma, kenapa menangis?" perempuan itu mengusap air mata anaknya lalu berdiri mengusap punggung Hoon, berharap tangisan Hoon berhenti.
"panasnya belum turun, sejak tadi Ia menangis menayakan keberadaanmu." Suzy mengusap rambut anaknya, sesekali mengecupnya pelan. "maafkan eomma hm." tangisan Hoon sudah mereda, matanya mulai terpejam. Mungkin lelah karena terus menangis.
Suzy menidurkan Hoon di kasurnya lalu mengecup kening putranya. "bibi Nam, tolong jaga Hoon dulu ya. Aku akan mandi." wanita berumur yang sejak tadi diam itu mengangguk paham, membuat Suzy tersenyum kecil.
.
.
.
Jungkook baru saja selesai membersihkan diri, Ia mendudukan dirinya di atas kasur membuka laptop berniat mengecek beberapa laporan yang masuk ke emailnya.Jungkook meraih ponselnya, Ia teringat akan menghubungi seseorang. Senyumnya terbentuk ketika telponnya tersambung.
"kau sudah mengecek pesanku?"
"..."
"bagus, jangan ada yang tau tentang hal ini. Termasuk Kim Seok Jin, kau ikuti saja dulu lelaki tua itu. Jangan melakukan apapun jika bukan perintahku." Jungkook menutup telponnya, seringai kecil terbentuk menatap lurus keluar jendela hotel.
Jungkook sudah mematikan lampu kamarnya Ia berniat tidur, lelah rasanya berjalan-jalan di kota ini padahal baru tiga tempat yang Ia kunjungi. Wajah gadis yang menemaninya sore tadi tiba-tiba muncul membuat Jungkook membuka kembali matanya. Ia tersenyum kecil mengambil ponselnya mengetikan sesuatu dan mengirimkannya pada Suzy.
10 menit
15 menit
Belum ada balasan hingga Jungkook tertidur menunggu balasan dari Suzy.
.
.
.
Hoon terus merengek di pangkuan Suzy, anak itu tidak bisa tidur karena hidungnya mampet. Suzy dengan sabar merawat Jae Hoon, perempuan itu tidak lelah menggendong Jae Hoon. Suhu tubuh Hoon sudah turun namun hidung Hoon memerah karena flu yang menyerangnya.Suzy melirik jam di dinding kamar putranya. Pukul satu malam, Ia menatap Hoon khawatir. Meski pun matanya terpejam tapi Ia yakin anaknya tidak tidur dengan nyenyak, Ia mengusap punggung Hoon berharap ada kenyamanan disana.
Perempuan itu berniat menidurkan Hoon kembali setelah dirasa anaknya sudah tidur pulas, baru saja Ia melepasnya Hoon kembali menangis. Dengan sabar Suzy menggendong kembali Hoon, "sst jangan menangis ada eomma disini."
Raut wajah lelah jelas terlihat, tidak hanya Hoon yang tidak bisa tidur. Suzy pun tidak bisa tidur karena harus merawat Hoon, Ia bisa saja membangunkan bibi Nam. Namun Ia tidak tega, seharian ini bibi Nam sudah merawat Hoon biarkan wanita yang sudah Ia anggap seperti Ibunya itu istirahat.
.
.
.
'maaf Jungkook, aku tidak menemanimu hari ini. Anakku sakit.'Jungkook masih ingat balasan yang diberikan Suzy dua hari yang lalu, Ia shock tentu saja. Ternyata gadis polos yang ditemuinya adalah perempuan bersuami yang sudah memiliki anak. Jungkook sedikit kecewa akan itu.
Namun entah apa yang terjadi pada lelaki bermarga Jeon itu, sekarang Ia sudah berdiri di salah satu rumah mewah di kota Melbourne. Setelah meminta izin untuk mengunjungi kediaman Suzy, lelaki itu langsung pergi ke alamat yang diberikannya lewat pesan. Setengah jam dari tempat penginapannya.
Jungkook menatap ragu bell di depannya, Ia mengacak pelan rambutnya. Menyesali kenapa memilih berkunjung ke rumah Suzy, bagaimana jika ada suaminya. Apa yang harus Ia katakan? Apa suaminya tidak akan marah? Dan kenapa Jungkook baru memikirkannya sekarang?
Lelaki itu menghenal nafas kecil setelah mendapati pesan dari Suzy yang menanyakan keberadaannya. Dengan ragu di tekannya bell rumah itu.
Jika kemarin Jungkook melihat gadis polos, maka sekarang Jungkook melihat wanita dewasa yang cantik. Sekali lagi Jungkook terpesona melihat Suzy. Rambut yang diikat asal dan wajah tanpa polesan make up menambah kecantikan wanita itu.
Jae Hoon tidak lepas dari Suzy, panasnya sudah mulai turun begitu pun pileknya yang perlahan sembuh hanya tinggal batuknya saja. Namun Hoon tetap bermanja pada Ibunya, Ia tidak mau turun dari pangkuan Suzy. "Hoon-ah, ini paman Jeon. Ia berasal dari Korea, sama seperti kita." Jae Hoon hanya melirik Jungkook dan kembali memeluk ibunya. Meski pun Jae Hoon mendapat kewarganegaraan disana-karena lahir di sana-tetap Suzy mengenalkan bahwa anaknya berasal-keturunan-dari Korea.
Jungkook tersenyum, perasaan hangat menyelimuti dirinya melihat Suzy dan anaknya. Bolehkan berharap Jungkook menjadi bagian dari keduanya? Jungkook tertawa kecil dengan pemikiran bodohnya. Jelas Suzy sudah memiliki suami, dilihat dari kediaman wanita ini suaminya pasti dari kalangan orang berada. Namun Jungkook belum bertemu dengan suaminya, bahkan Ia tidak melihat satu pun foto yang tergantung di dinding. Mungkin keluarga ini tidak suka memajang foto anggota keluarganya. Pikir Jungkook.
"anyeong.. Hoon?" Jungkook melambaikan tangannya berharap ada respon dari Hoon.
Suzy tersenyum melihat tingkah Jungook, "Kim Jae Hoon, dia baru berumur satu tahun delapan bulan. Maaf dia sedikit rewel sekarang."
"tidak apa-apa, bukan hanya anak kecil saja yang rewel saat sakit. Orang dewasa pun sama." Suzy mengangguk membenarkan ucapan Jungkook dan sesekali mengusap menenangkan Hoon.
"dimana suamimu Ny. Kim? Ah pasti belum pulang kerja." Jungkook ingin bertemu dengan suami Suzy hanya untuk sekedar mengobrol santai, tapi Ia baru ingat ini belum waktunya pulang kerja. Dilihat dari nama anaknya Jungkook yakin, suami perempuan itu orang Korea sama sepertinya.
Suzy hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Jungkook. Jae Hoon merengek dalam pangkuan Suzy, anak itu mulai menangis "Appa.." Suzy berdiri membawa Hoon sedikit menjauh dari Jungkook untuk menenangkannya. Perempuan itu memberi isarat untuk menunggu pada Jungkook.
Jungkook mengangguk tanda paham, Ia jadi merasa bersalah. Karena Ia menanyakan suami Suzy, Hoon jadi menangis. Anak itu pasti merindukan Ayahnya.
Pintu terbuka, pria dewasa keturunan Asia masuk dengan membawa beberapa tas kecil di tangannya yang Jungkook duga berisi makanan. Lelaki itu berjalan mendekati Suzy tidak menyadari keberadaan Jungkook, terlalu khawatir melihat Hoon yang menangis.
"sst sayang jangan menangis.." lelaki itu mengambil Hoon dari Suzy setelah menyimpan tas yang dibawanya. Jungkook memperhatikan ketiganya, ada rasa iri dihatinya. Mungkinkah itu suami Suzy? Tapi kenapa Jungkook merasa tidak asing? Tapi Ia lupa pernah bertemu dengan lelaki itu dimana.
Tangisan Hoon sudah berhenti, "kau terlihat kurang istirahat. Istirahatlah, biar Hoon bersamaku." lelaki itu membenarkan rambut Suzy yang sedikit berantakan.
"kemana bibi Nam?"
"bibi Nam memita izin untuk pergi ke luar, ah.." Suzy teringat ada Jungkook, Ia berbalik untuk melihat lelaki itu diikuti oleh lelaki di sampingnya.
"oh ada tamu? Jungkook?" keduanya sama-sama terkejut ketika mengenal satu sama lain, begitu pun dengan Suzy.
"Hoseok Hyung?"
.
.
.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptic
Fanfic"Kim Jae Hoon, dia baru berumur satu tahun delapan bulan. Maaf dia sedikit rewel sekarang." Suzy