1

484 24 4
                                    





















Jiyong selalu mencintai laut. Sebagai anak yang dilahirkan bahkan tumbuh besar bersama sebuah keluarga nelayan sederhana yang bahagia, membuat rasa sukanya terhadap lautan sangat besar. Ia menggunakan hampir separuh waktu hidupnya untuk menatap laut, berjalan di sepanjang pantai dan menenggelamkan dirinya ke dalam air, seolah menyatu dengan lautan yang dikaguminya itu. Ia dapat mendengar deru ombak yang memanggilnya, menyerukan namanya, seperti menyuruhnya untuk masuk ke dalam lautan samudera. Ia bahkan merasa jika dirinya adalah bagian dari lautan. ia selalu ingin menyatu dengan lautan suatu hari nanti. Tapi sayang, satu-satunya masalahnya adalah, dia tidak bisa berenang. aneh memang, mengingat dia sudah berusia hampir 25 tahun dan terjebak di pinggiran laut seumur hidupnya, tapi dia tetap tidak bisa berenang.

Lautan itu indah tapi juga berbahaya. Jiyong tahu persis akan hal ini. semua keindahan, menyimpan satu kesakitan. Seperti halnya lautan. Ayahnya seorang nelayan handa, tetapi laut telah merenggut nyawanya dalam sebuah badai dan obak besar di lautan, meninggalkan dirinya dan ibunya seorang diri. Kematian ayahnya menghantuinya dan mengantarnya menjauh dari laut yang ia cintai. Itu salah satu alasan mengapa dia tidak bisa—tidak mau, berenang. Baginya sekarang, lautan itu jahat, berbahaya, gelap dan dingin. Laut telah mengambil sesuatu yang sangat berharga baginya dan ia tak bisa memaafkannya.

Jiyong kini takut akan laut, dan memilih untuk tidak terlalu mendekatinya. Tapi,walaupun begitu, setiap tahun sekali, ia selalu datang ke lautan dan menatap ombak, mencoba mengingat kembali kenangan ayahnya, menikmati bau pantai sore hari, sinar matahari redup dan bau garam laut, seperti hari ini,Hari yang indah. Dan hari ini adalah peringatan kematian ayahnya.

"Ah.." Jiyong mendesah sedikit. Ia sudah berdiri di pinggir pantai selama berjam-jam dan hanya menatap lurus ketengah lautan yang luas. Berombak tenang. wajahnya yang tampan seolah meredup, cahaya di wajahnya memancarkan kesedihan yang mendalam. dengan susah payah jiyong terus menahan air mata yang ingin mengalir diwajahnya. Setiap melihat lautan, jiyong selalu teringat akan ayahnya, sehingga ia berpikiran untuk menenggelamkan dirinya disana dan bergabung dengan ayahnya. Tapi menurutnya, itu tindakan bodoh. jiyong tau persis apa yang harus dia lakukan disaat yang sulit seperti ini. ia memilih mencari sebuah kehangatan.

jress

Jiyong mengambil sebuah korek api batangan dari saku celananya dan menyalakannya. Hawa panasnya selalu membantu meringankan pikirannya. Ini ritual kecil yang selalu jiyong lakukan. Panas api akan menyadarkannya bahwa kehangatan masih akan ada menyelimutinya walaupun ia berada di tempat paling dingin dan menakutkan sekalipun. Jiyong akan sadar, lalu ia akan menjadi lebih kuat.

“Mengapa aku disini?” jiyong bertanya pada dirinya sendiri dengan keras. Mencoba berteriak pada lautan.

“Ayah mencintai laut, aku juga mencintai laut. tapi, Mengapa kalian merenggut semuanya dariku?”

Tiba-tiba api kecil yang dinyalakan oleh jiyong mulai tumbuh besar dan bersinar terang, api berhembus hampir membakar jari nya. Ia tersentak lalu dengan refleks melemparkan korek api nya.

“Akh! Sial!” umpat jiyong kesal yang melihat korek apinya kini jatuh dan terbawa arus pantai. Jiyong berjalan mendekati laut, mencoba mengambil kotak korek apinya yang mulai menjauh. Ia memasukkan kaki-kakinya ke dalam air dan mulai mengejar kotaknya, hingga akhirnya dia hampir mencapainya. Saat hendak menggapainya, tiba-tiba api menyala dari kotak korek apinya dan mulai membesar, membakar air. Jiyong langsung tersentak kaget dan berusaha menjauh, tapi berat sekali rasanya. Akhirnya dia terdiam dan menatap bingung dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Sungguh api itu semakin membesar dan menari-nari, meliuk-liuk dengan bebas di udara, membuat gemericik air dan kehangatan yang membara. Jiyong ternganga, kagum. bagaimana bisa api tidak padam terhadap air?

Fire in the Water✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang