10

112 10 1
                                    









Hoho ditunggu ya 😂 Maaf lama, lagi banyak banget tugas nih apalagi ini lagi ditengah" wabah COVID-19
Semoga semuanya tetap sehat ya 🙏🏼

Part ini santai, menurutku, kalian juga jangan panik bacanya ya, part selanjutnya akan segera update ^^ keep comment, make me cheers ~

Enjoy ^^












***










Satu lagi pagi yang panas di ujung lautan. Matahari tetap terik seperti biasanya, mengelurkan kehangatan yang tak habis-habisnya untuk seluruh makhluk di bumi. Deru angin pantai dan desiran ombak diatas pasir membuat suara khas yang selalu menenangkan. Pagi yang hangat, pagi yang indah.

Jiyong berdiri di wastafel dapur yang sedikit berantakan, wajahnya yang masih terlihat sama dan tak bertambah tua sedikitpun, terlihat memancarkan ketenangan di luar tubuhnya. ia sedang mencuci sayuran dan buah-buahan dari kebun. Dia sibuk mempersiapkan makan siang untuk orang-orang yang semakin ramai saja bermain di halaman. Ini baru saja pukul 8 pagi, dan mereka sudah membuat onar dengan macam-macam kelakuan mereka yang tak karuan. Beberapa anak berlarian, dan orang-orang dewasa lainnya terlihat sedang duduk-duduk dan berbincang. Beberapa memilih bermain pasir dan sisanya memetik buah.

"Hei!" Jiyong melihat keluar lewat jendela. Ia berteriak pada salah satu laki-laki remaja yang berlarian di sekitar kebunnya. "Hati-hati! Jangan sampai kau merusak sayuranku lagi!" Jiyong mengibas-ngibaskan tangannya saat laki-laki yang lebih muda itu menengok ke arahnya, mengisyratkan untuk 'menjauh dari kebunnya'.

"Baik ayah...." Jawab laki-laki itu malas, lalu menghentikan larinya untuk mengejar perempuan kecil di depannya yang tampak cekikikan. Jiyong menggeleng, lalu melanjutkan pekerjaannya mencuci sayur. Ia tersenyum sekilas sebelum seseorang menepuk pundaknya.

"Boleh kubantu?" Seorang perempuan tembem dengan rambut kemerahan tersenyum ke arahnya sambil membawa beberapa buah tambahan di tangannya. Senyumannya yang ramah membuat pipi-pipi chubbynya naik hingga menyembunyikan matanya yang kini hanya terlihat segaris saja.

"Oh Bom, tentu.." Jiyong tersrnyum lalu menggeser posisinya agar dapat berbagi wastafel dengannya. Dalam memasak dan memanen apapun, Bom yang terbaik. Ia selalu bisa diandalkan.

"Aku ingat betapa malasnya dirimu saat di kerajaan." Jiyong berceloteh lalu tertawa kecil, tangannya terus mencuci daun selada besar sambil mengupasinya menjadi beberapa helai dengan tangannya. Bom ikut tertawa. Mereka ingat masa lalu mereka, akan selalu mereka ingat.

"Ya, tentu. Di Bumi, kekuatanku tak berfungsi baik, jadi kita harus melakukannya drngan cara seperti 'manusia' normal. Tapi sejauh ini, aku tetap yang terbaik kan? " sombong Bom sambil sesekali mengeluarkan sihirnya untuk membuat apel di tangannya langsung bersih. Ini lebih praktis.

"Yah, sudah lama sekali rasanya kita tak kembali. Apa jadinya istana sekarang, setelah kejadian buruk itu. Kurasa semuanya menjadi lebih baik ketika kita memilih tinggal di Bumi. Bahkan Dara dan Seungri, mereka juga di sini. Aku merasa sedikit bersemangat." Jiyong tak mau kalah. Ia mengarahkan tangannya ke ujung keran lalu membuat airnya mengalir mengikuti ayunan tangannya dan membuat bentuk seperti kantung yang dengan mudahnya langsung membersihnkan seluruh sayur di dalam pancinya. Ia terkekeh kemudian.

"Kau curang." Bom tertawa.

"Curang atau kau kalah?" Jawab Jiyong enteng. Ia kemudian menyudahi mencucinya lalu kembali menatap keluar jendela.

Fire in the Water✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang