5

166 15 2
                                        






















“Aku perlu bicara denganmu dan Jiyong!” Dara berdiri dari duduknya. Matanya yang tajam menatap awas ke kanan dan ke kiri, ketika semua orang serius menatapnya dengan berdebar. Suasana makan tak lagi menjadi baik. Semua khawatir. Mereka butuh penjelasan.

"Seungri, tolong awasi anak-anak.”

“Ya. tentu.” Angguk seungri perlahan, lalu mengajak kedua anaknya keluar ruangan, dengan wajah masam. “Bicara dengan hati-hati, sayang. Aku akan membantumu jika tiba-tiba Chaerin dengan keangkuhannya akan membakar sesuatu.”

“Apa maksudmu?” Chaerin mengerutkan keningnya, nada bicaranya mulai naik. Marah.

“Mengapa? Apakah aku harus membakar sesuatu? Dara, kau lebih baik bicara denganku sekarang! Apa yang terjadi?!”

"Chaerin, tenang,” Laki-laki di sebelahnya, Jiyong, yang selalu bemenatap Chaerin cemas, lalu mengelus bahunya lembut berusaha menenangkannya.

“Aku yakin itu bukan hal yang buruk”




***




Chaerin, Jiyong dan Dara berjalan bersama dalam keheningan yang tidak nyaman. mereka hanya begitu saja melewati ruangan-ruangan di sekitar lorong tanpa memilih salah satu untuk memasukinya. Mereka dilingkupi rasa canggung dan kekhawatiran akan suatu hal berdampak besar.

"Ah..." Chaerin meringis sambil terus memegangi perutnya yang mual. Setelah muntahnya yang terakhir, rasa sakit perutnya malah semakin parah. Api-api berkilauan muncul di matanya, di rambutnya, dan kadang di pundaknya, tanda kemarahan yang ia pendam sedang mencoba meloloskan diri. Chaerin memejamkan mata, mencoba untuk tenang, ia tidak ingin membuat dirinya mengamuk atau membakar apapun, bahkan membunuh siapapun. Sungguh.

Dara terus berjalan dengan diam. Ia mengabaikan Chaerin yang semakin sebal saja mengikutinya berjalan tanpa arah. Sedang jiyong mengekor di belakang mereka. Jiyong terdiam, manik matanya melirik Dara yang berjalan didepannya. Jiyong masih tidak mengerti dengan situasi aneh apa yang ia alami sekarang, ia tak tau bahwa dewi bisa hamil seperti manusia normal umunya. Bahkan perut Dara tampak lebih besar dari sebelumnya.

Mereka terus berjalan hingga sampai di depan sebuah ruangan kecil. sebuah Bilik minum teh dena set meja kursi dengan dekorasi indah kuno dan beberapa karpet besar di samping vas dan patung-patung mahal yang terpajang rapi di pinggiran temboknya, seperti milik kerjaan.

Mereka tetap mengekor ketika Dara melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan itu setelah membuka pintunya dengan mudah. ketegangan dan kecemasan semakin timbul di raut wajah mereka.

“Kalian mungkin ingin duduk,” Dara menawarkan. Ia berjalan ke pojok ruangan yang terlihat berantakan dengan semacam mainan anak-anak warna-warni, lalu menyingkirkannya agar tidak membuatnya terpeleset dengan hati-hati. Mainannya aneh, tak akan kalian temui di dunia nyata.

“Dara, apa yang terjadi?” tanya Chaerin dengan tidak sabar. Sepertinya emosinya mulai akan meledak, ia sudah tak stabil.

"Kau sedang sakit, tenanglah dulu" Jiyong menggengam tangan chaerin dengan erat lalu mengajaknya duduk dengan hati-hati diatas salah satu kursi di sekitar meja.

“Anak-anakmu perlu membereskan mainannya. Berantakan sekali.” ucap Jiyong sedikit mencairkan suasana yang tegang seperti hendak terjadi peperangan.

"Tak apa, Daesung biasa datang kesini untuk mengaca di kaca besar di belakangmu, yang memang tidak diijinkan Taeyang untuk diletakkan di kamarnya. Dia terlalu narsis, kau tau. Dan dia akan terpeleset atau tersandung beberapa mainan, sehingga akhirnya dia kesal dan akan membersihkannya dengan secepat kilat.” Dara tertawa kecil, ia lalu pergi ke semacam bar atau dapur kecil di pojok ruangan, lalu membuatkan secangkir teh dan mengambil sebotol cairan berwarna hitam berkilauan yang diletakkan di atas nampan disamping teh mereka.

Fire in the Water✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang