Warning, ini ff jelek. Bikin gila *gue udah gila 100%
Warning NC konten! sedikittt... *di bagian paling bawah-bisa di skip 🤭
***
"Aku mencintaimu. Aku akan tetap berjuang untuk memilikimu, meskipun kita harus menderita untuk itu." -Jiyong.
***
Manusia tak pernah merasa puas. Makhluk lainnya pun begitu. Bahkan dewa, makhluk abadi yang disebut-sebut paling mulia, mereka tak pernah mencapai titik klimkas puas dalam hidup mereka.
"Ji.." chaerin bergumam lirih, saat matanya yang berlinang air mata bertemu dengan manik hitam kebiruan mata jiyong yang cemas memandanginya. Jiyong tetap tak angkat suara. Tangannya yang sudah terasa dingin karena gugup, mengenggam erat kedua tangan kekasih yang benar ia cintai. Di dalam hatinya, ia berayukur, bahwa kini ia mengerti bahwa yang dibutuhkan chaerin hanyalah kekuatannya. Chaerin akan tetap aman bersamanya, karena dia akan pulih karena kekuatannya.
"Kamar ayah diujung sana."
Jiyong mengangguk mengerti, lalu memantapkan langkahnya ke tempat tujuannya. Entah apa yang akan ia temui di sana, tapi ia berharap itu adalah sesuatu yang baik yang membuatnya tenang. Ia hanya ingin anaknya kembali. Kembali dengan baik saja. Oh ayolah, tak bisakah ia hanya hidup bahagia? Kenapa cobaan begitu kuat?
Chaerin terus melangkah gusar, walaupun kini dia pulih, kobaran apinya kembali, tapi ia tetap tak bisa berhenti mencemaskan kejadian beserta seluruh kemungkinan buruk yang akan terjadi terhadap anaknya. Ia memejamkan mata dengan keyakinan, menyentuh dadanya asal, mencoba berkonsentrasi dan terus berusaha merasakan energi anaknya.
"Ah, aku bisa mendengar suaranya Ji.." Chaerin terpekik oleh bayangan ilusi nuraninya sendiri. Ia hampir berteriak saat hormon kensenangan dan kelegaan mulai naik memenuhi kepalanya, saat ia mendengar suara anaknya seperti memanggil dirinya. Chaerin tau itu Mino. Setelah sekian lama tak bersentuhan, tak berkomunikasi dengannya, tapi ia tetap tau, itu adalah anaknya seorang.
"Ya bagus. Itu artinya anak kita baik-baik saja. Teruskan, sayang." Jiyong mengecup bibir Chaerin dengan yakin, mengacak rambutnya, sedikit membuatnya merasa tenang. Dalam hatinya, terusik satu pertanyaan,
Tapi kenapa?
Kenapa Mino masih hidup?
“Aku akan masuk lebih dulu,” seorang wanita anggun yang familiar datang dengan sebah kaca rias lumayan besar yang ia tenteng di dadanya dengan tangan kanan. Ia baru saja datang dari arah belokan sebaliknya dan langsung mengambil tempat berdiri di depan jiyong dan chaerin. Ia berdiam sebentar di depan jiyong dan chaerin yang terlihat ragu untuk masuk setelah mereka sampai di depan gerbang kamar ayah chaerin yang tampak hampir seperti penjara panas yang kebiruan dan berasap.
"Tapi, ibu.." chaerin hendak berujar, tergantung. Ia sungguh tak yakin dengan apa yang akan mereka lakukan. Ah bukan, dia belum siap melihat apa yang terjadi atas anaknya, ataupun pada ibunya ini, dewi penggoda, atau bahkan pada dirinya dan jiyong.
“Tunggu sebentar dan kemudian kalian baru masuk. Percayalah padaku.” ibu chaerin tersenyum manis, lalu mulai membuka pintunya. Chaerin dan jiyong terdiam. Menikmati aroma kelopak bunga yang semerbak di sela bau angus api yang mengerikan. Mereka minggir sesuai perintah ibunya. Lalu berdiri kikuk di depan jendela.
"Aku ingin masuk, aku tak bisa terus diam dan dibelenggu ketakutanku sendiri akan ayahku." Chaerin tak bisa menerima intruksi ibunya. Ia bahkan tak mengerti, dengan semua kegilaan ini, kehawatirannya akan anaknya, dan tempramennya, ia tak bisa lagi menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fire in the Water✔
FanfictionGenre : Fantasy, Romance, Hurt/Comfort Length : Chaptered Rating : PG-17