9

171 12 5
                                    

Sorry telat guys, i hope you like it 💋















Jiyong terduduk di lantai, pandangannya kosong. ia menekuk kedua kakinya hingga lututnya menyentuh wajahnya. Jelas ia sangat frustasi dan sedih. Ia mencoba menutup matanya, merasakan kesakitan yang chaerin alami diatas sana. bukan, ia tak merasakan sakit chaerin diperutnya, tapi ia merasakannya. Ketakutan chaerin, kepanikan, dan kesedihannya. Jiyong sangat tersiksa. Chaerin benar membutuhkannya.

Jiyong menatap cermin kembali, bayangan chaerin yang mash terus berjuang melahirkan Mino-nya, terus membuat jiyong tersiksa. ia menangis lagi, ia tak sanggup merasakan kesakitan yang dialami kekasihnya. Ia bisa mendengar jeritan Chaerin di telinganya.

Kenapa dia begitu lemah? Bukan, kenapa jiyong begitu lemah? Hei, dia Dewa Murni kan? Kenapa kekuatannya benar-benar tak berguna. Apa karena ibunya? Itu benar bahwa dia sangat lembut dan mengontrol emosi dengan sangat baik. Tapi, kenapa itu membuatnya mempengaruhi kekuatan dan emosinya? Kenapa?

Ia tak tahan lagi, ia harus berada disana.. Apapun yang terjadi!

"Kumohon, aku harus keluar dari sini..." Jiyong memohon. "Dia sedang kesakitan, kalian pasti tahu kan, aku harus disana saat dia melahirkan."

"Maaf, Jiyong, kami tak bisa mengambil resiko itu. Jangan egois, itu benar jika kau akan menenangkan Chaerin, tapi saat itu juga, ia akan segera mati setelah ayahnya menemukannya." ujar Daesung meminta maaf.

"Tapi..." jiyong mulai membantah, tapi terganggu oleh suara ledakan keras yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka.

"Dia semakin dekat dengan kita," Daesung berbisik, kemudian segera menyapukan pandangan di sekitarnya. "Kita tak bisa bertahan terlalu lama. Kita harus menyerang."

Sebelum jiyong sempat membuka mulutnya untuk protes sekali lagi, daesung segera melemparkan tangannya keatas dan seketika waktu seolah berhenti, setelah satu dentuman keras terasa meledak dari dalam ruangan.

"Portal ini tak bisa menahan dewa api, hanya saja ini bisa memperlambat dia kesini.ini pelambat waktu." jiyong diam. Ia merasa telinganya seperti tersumbat. Semua benda di sekitarnya tampak diam, bahkan jam, api, aliran air yang keluar dari tubuhnya. Semuanya berhenti, kecuali cermin yang menghubungkannya dengan chaerin.

"Daesung!!" Teriak Daesung tiba-tiba lalu segera membulatkan matanya terkejut.

"Aku Minzy, kau mendengarku? Cerminmu kedap suara, aku sulit berbicara padamu." Daesung kembali berbicara dengan 'dirinya sendiri' sambil menatap Jiyong dengan bodoh.

"Itu Minzy. Ia menggunakan suaramu Daesung. Ia mencoba memberitahu sesuatu." Ujar jiyong kemudian segera menatap cermin. "Ruangan ini kedap suara, dan sepertinya mereka kesulitan menghubungi kita."

"Aku diutus untuk memperingatkan kalian. Dewa api tidak datang sendiri, ia membawa ribuan pasukan api nya. Mereka sudah membakar bagian depan labirin. Semua orang sedang berjuang. Kita harus pergi dari sini!"

"Dimana dewa api sekarang?" tanya Daesung. "Dia sudah dekat dengan tempat persembunyian chaerin. Yang lain mencoba untuk melawan, Dae bisakah kau memperlambat waktu? Dan..." kata-kata Minzy terputus saat ia mendengar suara retakan besar yang bergemuruh.

"Gawat, portalnya hampir rusak!!" Daesung berteriak cemas. "jiyong kita harus memindahkanmu ke tempat yang lebih aman!"

"Ah ya, Bagaimana dengan bumi? Dewa api tak bisa merasakan kekuatan kita di bumi kan?" jiyong berujar dengan sekenanya.

"Pertama, kita tidak bisa teleport ke bumi. Hanya chaerin dan dewa penuh yang bisa." Kdaesung mengacak rambutnya frustasi.

"Aku Dewa Murni. Aku bisa teleport, kan?" jawab jiyong yang sepertinya baru sadar.

Fire in the Water✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang