“Chaerin.”
Wanita berambut merah segera berdiri. Melihat ke sekitarnya, ke kanan dan ke kiri. Wajahnya semakin terlihat jelas dari persembunyian jiyong di belakang almari. Darah jiyong membeku. Itu benar. Demi apapun yang membuatnya kemari, itu Chaerinnya! Istrinya! Dan dia masih hidup!!
Jiyong yakin bahwa aliran darahnya berhenti sekarang. Apa dia sudah mati? Dia berteleportasi ke surga? Oh tidak. Jika itu memang benar, jiyong harus segera pulang. Ia belum siap mati.
“Jiyong?” wanita berambut merah itu berjalan ke arah lemari tempat persembunyian jiyong. Jiyong terpaku melihat chaerin memiringkan kepalanya untuk menengok ke arahnya. Dia mendekat. Jiyong harus apa? Jika dia mendekat, apa mungkin ayah Chaerin akan membunuhnya? Apa yang akan terjadi pada anaknya jika Chaerin tau dia disini? Oh tidak!
"Wah jadi kau wanita yang terbakar itu ya? Kau cantik sekali." jiyong dan Chaerin refleks memandang ke arah lemari di sebelahnya. Dengan tak diduga, Mino keluar dari lemari dan malah menyapa Chaerin dengan polosnya. Jiyong semakin gugup. Ia berkeringat semakin deras, dalam kebimbangan otaknya. Bagaimana ini? Ayah Chaerin akan menemukan Mino.
"Ah, kau.." Chaerin dengan refleks menutup bibirnya yang terkejut saat ia melihat anak remaja tampan kecil yang tersenyum dengan riang di depannya. Dia tak percaya dengan apa yang ia lihat, ia berbalik dan menghampiri Mino. Terlihat jika Chaerin mengenal betul akan sosok Mino. Jiyong melihatnya, linangan air mata menetes pada kedua mata merah "haerin.
Glodak.
"Sial." Jiyong mengumpat, kakinya tak sengaja menyenggol ujung bagian kaki meja kecil di sampingnya saat ia berusaha mengintip Chaerin dan Mino.
"Siapa?" Chaerin berteriak, ia berbalik kemudian segera berjalan cepat ke arah Jiyong.
"Kau?" Chaerin terbata, tangannya membuka paksa korden di samping lemari tempat jiyong mengintip. Jiyong terpaku, diam, matanya terbuka sepenuhnya, menatap dengan bodoh ke arah chaerin yang menangkap basah dirinya yang bersembunyi entah dari apa.
“Kau masih hidup?” tanya Chaerin, suaranya gemetar. Tangisnya tak terbendung lagi. Rambutnya mengeluarkan api saat deras air matanya seperti kebanjiran keluar dari kedua matanya. Jiyong tetap diam, bingung, ia bisa melihat Mino malah terpesona melihat Chaerin yang 'kebakaran'. “Tidak, ini tidak nyata. Aku pasti bermimpi.”
"Tidak tidak. A-aku.." jiyong gagap, tangannya bergerak-gerak mengisyratkan chaerin yang menangis untuk berhenti. Apa jadinya jika ibunya datang ketika mendengar tangisannya? Bagaimana?
"Kau masih hidup, dan anakku.. kenapa?" Chaerin terus menangis, beberapa bagian di tubuhnya mengeluarkan api. Jiyong semakin kewalahan menenangkannya.
“Chaerin tenang. Maukah kau diam? Ibumu akan tau kami di sini.” jiyong mulai panik, tapi chaerin samasekali tak menggubrisnya. Ia terus menangis.
"Aku, aku tak percaya aku menangis.."
Jiyong melirik ke pintu kamarnya sesekali, takut jika ibunya chaerin tiba-tiba datang dan melihat jiyong berada disini.
"Chaerin tenanglah. Iya aku di sini, Mino ada di sini. Bersamamu." Jiyong mengusap pelan rambut chaerin, seketika apinya padam. Chaerin mendongakkan kepalanya, menatap laki-laki gagah di hadapannya yag tersenyum manis untuknya.
"Jiyong.." chaerin bergumam, bibirnya masih bergetar.
"Ya sayang?" Mereka bertatapan, tatapan yang dalam, penuh kerinduan. Jiyong membawa tangannya menggengam chaerin dengan sayang, sesekali mengelus kepalanya dan membuat apinya padam. Mereka berdua tersenyum kemudian, saling berpelukan dalam kesunyian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fire in the Water✔
FanfictionGenre : Fantasy, Romance, Hurt/Comfort Length : Chaptered Rating : PG-17