4.༣ Kelam

102 33 6
                                    

(Flash back)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Flash back)

"Cewek kayak kamu emang pantes dibuli."

"Soalnya muka kamu buruk rupa, sih. Bikin jijik ih."

Gadis berkuncir kuda itu menautkan kedua alisnya, merasa tidak suka. Dia pun berjongkok dan menatap Arra yang masih berusia 10 tahun, sedang bersimpuh dilantai dengan pakaian yang berantakan. Arra menangis, air matanya luar biasa deras. Tangan mungilnya menutupi sebagian wajah yang basah. Sesekali dia juga menggelengkan kepala, tidak terima.

"Nyokap lo aja ampe ninggalin lo sendirian, mungkin dia  nggak kuat punya anak jelek macem lo. Mending lo nyusul aja deh ke neraka." Gadis yang disebelahnya ikut angkat suara, dia memiringkan kepala sembari menatap tajam.

"Manusia buruk rupa itu ngga layak hidup, kenapa ngga mati aja sih?!" Untuk kesekian kalinya dia berteriak menyumpahi, menyuruh Arra untuk lenyap dari muka bumi. Dia berdecak kesal lalu menginjak kaki Arra, kemudian jeritan pun terdengar. Tubuh Arra bergetar hebat, nafasnya tersendat-sendat. Dia mengucek matanya yang bengkak karena terlalu banyak mengeluarkan air, perih.

"Sa-kit" Ucap Arra parau, kakinya mulai merah lebam dan mengeluarkan sedikit darah. Namun gadis didepannya malah berdesis dan melotot marah. "BERISIK TOLOL!" Surai cokelatnya kembali di tarik, Arra memekik. Dua gadis didepannya kompak memegangi tangan Arra, mereka tertawa ketika melihat Arra memasang ekspresi memohon untuk diampuni.

"Rui, Aldo beneran lagi ke luar negeri kan?" Si kuncir dua berbisik, sekadar memastikan. Mata sipitnya melirik Arra kasihan. "Aldo berangkat dari dua hari yang lalu, dan udah gue pastiin dia ngga bakal pulang sampe dua Minggu, tenang aja." Dia tersenyum miring sambil mengangguk mantap.

Sembari tersenyum dia memperkuat tarikan di rambut Arra, membuat gadis itu kian meraung. Panas, Arra merasa kepalanya sangat panas dan perih. Gadis didepannya terkikik geli ketika melihat beberapa helai rambut rontok yang jatuh di lantai. Tidak perduli akan teriakan Arra, dia makin bersemangat melanjutkan aksi sadisnya.

"Udah Rui, aku takut dia ngaduin kita." Melihat gadis yang dipanggil Rui itu menggila, dia mulai panik. Tangan kanannya bergetar, takut ada orang lain yang mendengar.

"Bentar sialan! Kalo mau nyiksa orang jangan setengah-setengah, gue belum puas!" Suaranya menggema, dia mengambil botol berisi air minum lalu menyiramkannya ke tubuh Arra.

"Ini balesan karena lo udah nolak jadi babu kita, sialan! Buruk rupa sialan!" Dia menginjak-injak jari tangan gadis didepannya sembari tertawa senang. Tidak sampai disitu, dia mengambil tanah basah yang sudah disiapkan sejak tadi, lalu mengusapkan ke wajah Arra.

Arra mencoba berdiri dengan dinding sebagai tumpuannya. Namun sebelum sampai 30 cm, Rui langsung memukul perut Arra kuat. Gadis itu sangat terkejut, dia pun ambruk sambil memegangi perutnya yang sakit.

AMARALOKAⁿᵉʷ ᵛᵉʳˢⁱᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang