14.༣ Permulaan

19 6 0
                                    

Seorang lelaki tinggi berjalan tergesa menyusuri koridor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang lelaki tinggi berjalan tergesa menyusuri koridor. Dia menyapu pandang sekitar. Matanya menyipit, guna melihat keramaian di depan gerbang sekolah. Ketua OSIS yang diberikan tugas layaknya 'wakil kepala sekolah' SMA HIS itu berdecak sambil membuang nafas pelan.

Lagi-lagi Galang berulah. Dia menghabisi sepuluh murid laki-laki sekaligus. Meski badan mereka jauh lebih besar dari Galang, tetap saja menghabisi mereka sama mudahnya seperti membalikan telapak tangan.

Galang duduk diatas trotoar jalan. Menatap rendah sepuluh cowok didepannya yang sudah babak belur. Semuanya tengkurap, mereka tidak bisa bergerak. Sekali lagi, Galang menginjak kepala salah satu dari para cowok itu, lalu meludah sembarangan. Masa bodoh dengan tanggapan orang-orang di samping jalan yang menatap heran. Karena diantara mereka, tidak ada satupun yang berani menegur seorang Galang Gavin Genandra.

Galang mengusap darah yang mengalir disudut bibirnya yang sobek. Dia membuka kancing atas kemeja biru mudanya, kemudian mengibaskan kencang.

Panas.

Galang terdiam beberapa saat, dia mendongak saat ada lelaki tinggi berdiri didepannya. Tinggi sekali, sudah mirip seperti tiang listrik.

"Selamat siang, Galang Gavin Genandra." Aldo tersenyum manis, sedangkan Galang terlihat menaikan sebelah alis. Sudah pasti dia merasa terganggu dengan kehadiran Aldo si iblis.

"Bisa kita bicara berdua aja?"

Aldo menautkan kedua jemarinya. Kelereng abu itu masih saja menatap Galang ramah. Namun Galang malah membuang muka, bibirnya merapat sempurna, tidak ingin mengucapkan barang sepatah kata saja.

"Hm, Galang ya?"

"Pemuda SMA yang pandai dalam semua mata pelajaran, tapi otaknya menjadi dangkal jika itu tentang kesopanan." Aldo berdehem satu kali. Dia melambaikan tangan lalu mengangguk saat banyak murid yang menyapa.

"Anak kandung dari seorang pengusaha kaya. Memiliki dua perusahaan dan hotel mewah yang bercabang dimana-mana."

"Tambang emas keluarga, tapi tidak pernah hadir ketika ada pertemuan klien penting, bahkan sekedar makan bersama untuk diperkenalkan pada tamu orang tuanya."

Galang mengeratkan rahangnya, menahan kesal. Sementara disana, para siswa yang melewati mereka sempat melirik. Ada juga yang berusaha mendekat, ingin curi dengar percakapan antara Aldo dengan berandal paling garang disekolah.

"Calon ahli waris Giovanni Genandra yang kedua, soalnya...." Seringaian Aldo kian melebar. "Yang pertama udah diambil alih sama Kakak tirinya."

AMARALOKAⁿᵉʷ ᵛᵉʳˢⁱᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang