10.༣ Sebuah Makna

36 12 2
                                    

"Arra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arra. . ."

"Harus berapa kali gue bilang. Poster tadi itu bohongan. Lo udah kena tipu. Kalaupun emang bener, mana mungkin Galang mau temenan sama lo, kan?" Nafas Amanda terdengar naik turun. Tangannya berusaha menggapai bahu Arra yang semakin menjauh. Namun gadis itu malah berlari sambil tertawa, memperlihatkan giginya. Seolah sedang bermain kejar-kejaran saja.

Arra memang keras kepala. Dia polos dan menyusahkan. Namun Amanda tidak akan membiarkan Arra pergi sendirian. Arra sudah memberikan banyak hal untuknya. Seperti kehangatan dan cinta layaknya keluarga, bahkan secara cuma-cuma.

Jika gadis itu terluka, Amanda berjanji tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Arra menengok kebelakang, lalu melengkungkan senyuman. "Manda.. Manda.. Aku yakin Galang itu nggak semengerikan yang kamu kira. Suatu saat nanti, aku pasti bakal temenan sama dia."

"Prinsipnya nih ya, kejar terus sampai jodoh."

Amanda memijit pangkal hidungnya, dia terlihat frustasi siang-siang begini. Pusing dengan Arra yang susah sekali setiap kali dibilangi. Cewek itu pun memutar bola mata jengah lalu membuang nafas kasar. Suka-suka Arra saja deh.

Namun tetap saja Amanda mengkhawatirkan Arra. Yang gadis itu incar adalah Galang. Bukan hanya mengerikan, Galang juga merupakan sosok yang berbahaya. "Gue sering liat Galang hajar orang ampe babak belur, Ra."

"Dia nggak punya belas kasih, Galang itu jelmaan setan, astaga!" Amanda tidak mau menyerah begitu saja, ditariknya lengan Arra, menyuruh gadis itu untuk masuk kelas sama-sama.

"Ya ampun, Amanda ini negatif thinking sekali sih. Aku jadi makin penasaran deh sama si Galang itu." Arra melepaskan lengan mungilnya dari genggaman Amanda. Dia menjulurkan lidah kemudian langsung pergi berlari menuju kantin.

Arra tampak menggaruk kepala, melihat banyaknya murid di kantin ternyata membuat kepala jadi pusing juga. Gadis itu pun menyapu pandang, matanya dia lebarkan, mencari keberadaan Agam. Arra bahkan tidak tahu rupa Agam itu sendiri bagaimana. Namun semangat Arra tidak hilang, dia tetap melanjutkan perjalanan meski tidak tahu jalan.

"Arra?"

Si pemilik nama otomatis membalikan badan ketika ada tangan besar yang menyentuh pundaknya. Arra pun tersenyum ketika mengetahui bahwa orang yang menyapanya adalah Irina. Cewek itu sedang memegang dua botol kaleng minuman cola dingin. Dia balas tersenyum lalu menepuki puncak kepala Arra.

"Meong. . . ." Arra mengeong sambil mengelap pipi menggunakan punggung tangan, mirip seperti kucing.

Irina terkekeh pelan.

AMARALOKAⁿᵉʷ ᵛᵉʳˢⁱᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang