2.༣ Unexpected

107 32 3
                                    

Gadis yang sedari tadi mondar-mandir itu hampir menangis, perkara tersesat di lorong SMA HIS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis yang sedari tadi mondar-mandir itu hampir menangis, perkara tersesat di lorong SMA HIS. Niat hati ingin menghampiri ruang kepala sekolah, malah nyasar dan tak tahu arah. Dan sialnya, handphone milik Arra tertinggal dalam mobil.

Arra menggigit ujung jarinya sambil melihat sekeliling, tapi tidak ada satupun manusia sana. Pencahayaan yang remang-remang semakin membuat Arra paranoid, bibir mungilnya berkomat-kamit, merapalkan doa dan ayat kursi.

"Ya ampun, ini dimana?" Arra masih melihat ke sekeliling, meraba dinding tua yang mengelupas. Bau kayu lapuk menganggu indera penciuman Arra, memberikan kesan angker. Lagi-lagi, dia merinding sembari melirik kanan-kiri.

Bukannya cerita ini bergenre komedi?

Mata Arra menerawang jauh, mencari sesuatu yang bisa diajak bicara, agar dia bisa tahu keberadaannya dimana.

"Hai, apa kabar?" Arra membuka percakapan pada dinding di sampingnya. Akal sehatnya memang sudah hilang sajak dia lahir. Fernando sampai berpikir, apakah Arra ini keturunan alien?

"Permisi om dinding, aku mau nanya, sebenarnya ini dimana ya? Aku tersesat dan tak tahu arah pulang."

Hening.

"Om dinding kok diem aja?" Arra cemberut karena merasa diabaikan. Ternyata laki-laki dan dinding itu sama saja, sama-sama menyebalkan. Arra pun memantapkan hatinya agar tidak mengajak bicara dinding manapun lagi. Arra sakit hati!

Lorong dengan pencahayaan temaram membuatnya seperti di film horor, pikirannya pun jadi mengelana. Arra was-was dan sudah siap memasang kuda-kuda, barangkali ada zombie yang muncul secara tiba-tiba, jadi dia bisa meninju seperti di film action yang pernah dia tonton.

Tanpa disengaja, matanya melihat ada secercah cahaya di ujung lorong. Bagai melihat petunjuk dari sang ilahi, Arra langsung sujud syukur ditempat.

Kedua kaki yang dibungkus sepatu converse itu melangkah mendekati. Namun tak disangka, bukannya melihat lapangan sekolah, tapi malah melihat taman tua dengan beberapa pohon beringin. Daun-daunnya terlihat berguguran, menumpuk dan berwarna cokelat muda. Bau tanah basah yang bercampur daun lapuk membuat Arra bernostalgia, tenang sekali rasanya.

Sangat sejuk, namun menyeramkan.

Dari semuanya, ada satu objek yang sangat menarik perhatian Arra, yaitu kursi panjang yang bertengger di bawah pohon yang sangat rindang. Disana terdapat lelaki memakai baju khas anak SMA, sedang sibuk membaca ditemani buku-buku tebal di sampingnya.

Arra ingat pepatah yang sering diucapkan papanya, 'malu bertanya sesat dijalan'. Buru-buru Arra membuka suara, ingin mempertanyakan jalan keluar dari masalah ini.

"Hallo?" Arra sedikit berteriak, guna yang dipanggil terdengar. Namun tak ada sahutan, cowok itu masih fokus membaca buku.

"Halloo manusia yang disana. . . ." Sekali lagi Arra berteriak, cowok tersebut masih diam dan tetap tak bergerak. Sangat enggan untuk menjawab, dia hanya menganggap Arra sebagai angin lewat.

AMARALOKAⁿᵉʷ ᵛᵉʳˢⁱᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang