part seven

120 67 22
                                    

Ruangan yang diliputi keheningan tak ada sepatah kata yang terucap di bibir satu sama lain. Saling bergulat dengan pemikirankalut dengan apa yang dirasakannya.

Tak menyangka bila semuanya hancur lebur seperti ini,emosi yang meluap memberikan dampak yang sangat mengerikan,sungguh. Tak memikirkan apa yang terjadi selanjutnya, hanya mementingkan emosi yang meluap - luap ingin dilampiaskan. Hanya sepatah kata yang keluar, tanpa ada fisik yang terluka membuat seseorang itu hancur berantakan.

Sungguh hanya ucapan saja membuat psikis orang itu tertekan. Ucapan yang mungkin menohok dan menusuk relung hatinya paling dalam. Membuat dirinya hilang ntah kemana,pergi sejauh mungkin untuk menghindari semua yang ada di semesta ini. Tapi, 'dia' tidak bisa dengan sengaja meninggalkan semesta.

Melakukan yang diinginkan dengan cara apapun agar mendapatkan hal yang dirinya mau. Ntah itu memang benar - benar dirinya ingin,, atau sekedar hanya ingin menyingkirkan salah satu orang dari pihak yang menyakiti dirinya itu.

Bertahan disini. Bertarung dengan puluhan bahkan milyaran orang memenuhi planet ini. Bukan sekedar hanya diam dan senyum bila disalahkan,bukan hanya menangis merasakan sakit yang dirasakannya. Diam tak berkutik hanya orang bodoh yang melakukannya.

Diam mungkin hanya untuk memikirkan strategi yang akan dibuat. Yang akan membalas semua itu ntah dengan cara apapun yang sekarang dia punya. Mempunyai senjata yang akan dipakai untuk melindungi dirinya sendiri.

Keadaan tak mendukung kita dalam situasi seperti ini. Ingin merangkul tapi ada jeda.

Jadi harus bagaimana?menuruti takdir dan keadaan?

Sumpah aera ingin menangis detik itu juga. Merasakan apa yang dirasakan ryuna. Betapa sakit dan hancur ryuna, bukan hanya fisik melain kan batin yang akan menggerogoti psikisnya.
Aera tahu,sangat tahu dimana hari itu ryuna memohon untuk tetap tinggal. Memohon hanya memohon, agar marganya masih LEE ryuna.

.

.

.

Tangan putih itu menyatu menimbulkan suara kulit bertemu kulit "terimakasih." Aera tak hentinya menggerakkan kedua kakinya sepeti ada rasa gatal yang dirinya rasakan.

Sumpah demi apapun, aera canggung sendiri. Seperti seseorang yang memergoki sepasang pengantin baru yang sedang melakukan ritual membuat anak, dan sialnya aera tertangkap basah sedang mengintip sejoli itu sedang basah - basahan.

Bukan hanya sekali saja. Dia memergoki taehyung dalam zona X itu. Aera tidak sengaja melihatnya.
Waktu birthday pria sialan itu. Aera tidak sengaja melihat tangan taehyung dengan lincah dibawah perut wanita itu. menjijikan sekali melihat ekspresi wanita itu, dan beberapa menit yang lalu kejadian itu terulang kembali. Tapi ini sebaliknya, wanita itu sedang menyelesaikan tugasnya dibawah pusar taehyung. Dan lebih menjijikan lagi melihat desahan taehyung dan eskpresinya itu.

"Untuk?"tanya taehyung tidak mengerti, tiba - tiba aera mengucapkan terimakasih.

Taehyung memang ceroboh bila sudah tidak kuat menahan hormonnya itu, diwajibkan dan harus diselesaikan saat itu dan detik itu juga. Dia tidak suka ditahan - tahan, terlalu sakit asetnya dan terlalu sesak bila tak dikeluarkan. Demi apapun, taehyung tak pernah melakukan hubungan pasutri dengan siapapun. mungkin dia hanya ingin melampiaskannya saja, seperti yang dia lakukan tadi. Blow job itu, sudah cukup baginya untuk merasakan. Mungkin bila tangannya gatal dan ingin bergerak lincah, dia hanya melakukan fingering di inti pusat para wanitanya.

Taehyung begini karena Aera. Aera yang membuat hormon nya meningkat pesat. Bertatap muka saja sudah membuat junior Kim ber ereksi,bukan. Bukan salah aera, hanya saja pikiran taehyung terlalu kotor yang selalu membayangkan fantasi liar terhadap tubuh aera.

STUCK (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang