Conundrum : Kumpulan Cerpen dan Flash Fiction Misteri

Lala

Bapak adalah satu-satunya orang yang belum bisa menerima bahwasanya Lala sudah pergi.
Polisi memang sempat menduga Lala diculik. Tapi, penemuan mayat gadis perempuan kecil di sumur samping rumah kami, menyudahi semuanya. Bapak tahu itu mayat Lala. Tapi sampai sekarang, beliau tetap tak rela melepasnya. Yang bapak percaya, suatu saat nanti Lala pasti kembali.

Setelah Lala tidak ada, bapak sering mengeluh sakit. Semenjak kepergian ibu 4 tahun yang lalu, di rumah bapak hanya tinggal berdua dengan Lala. Sedangkan aku harus berkuliah di kota yang jauh dari mereka berdua.

Sabtu ini aku akan pulang. Mendengar bapak yang sudah tak bisa berjalan lagi, membuatku sungguh khawatir. Beliau bilang, kakinya terasa berat. Aku beberapa hari ini mencari pinjaman uang, karena aku tahu bapak sudah tidak punya simpanan lagi. Dan dulu, kaki bapak juga sempat sakit dan butuh biaya yang besar sampai akhirnya sembuh. Mungkin sedang kambuh lagi.

Jam 11 malam, aku sampai di depan pintu rumah. Dari deras reruntuhan hujan, aku  mendengar bapak menjawab salamku dari dalam. Pintu ini sepertinya tak pernah dikunci lagi. Bapak bilang, ada tetangga yang datang tiap pagi mengantarkan sarapan untuk bapak.

Terbayang di pikiranku bapak yang sedang tidur lemas di ranjang. Tubuhnya kian kurus dan tidak terurus. Mungkin aku akan membawa bapak tinggal bersamaku di kota. Walau aku tidak tahu, kosan kecil dan sempit itu bisa membuat bapak nyaman.

Kulihat kamar bapak gelap. Memang, kata bapak lampu di kamarnya mati dan belum ada yang memperbaiki. Beruntung lampu teras tetangga cukup terang. Sehingga, remang-remang masih bisa kulihat bapak tersenyum menyambutku.

Kulirik kaki bapak, seperti ada yang aneh di sana. Aku menajamkan pengelihatanku. Tiba-tiba, cahaya kilat datang menerobos jendela. Seketika seisi kamar ini begitu terang dalam sesaat. Di sana, kulihat jelas. Sesosok gadis kecil berkulit pucat, tengah merangkul ke dua kaki bapak.

"Lala," bisikku sendiri.