The Story of Red Balloons

116 9 1
                                    

Montana, 1994

"Rick, Rick Poston." Rick memperkenalkan namanya sembari membungkukkan sedikit badan di hadapan Walter dan Elly, sepasang suami istri yang mengundangnya datang ke desa ini. Rick, pria kurus itu tampak begitu bersemangat. Rambutnya sedikit basah dan mengkilap. Jauh berbeda dengan Walter dan Elly, yang mana rambut keduanya tampak hampir putih merata disemua bagian.

"Dia detektif terbaik yang ada di Montana," sambung Morris, pria gemuk yang sedari tadi berdiri di samping Rick. Dialah yang ditugasi Walter untuk membawa Rick ke rumahnya. Morris  adalah putra Walter dan Elly.

"Oke, kita mulai saja. Aku sudah mendengar sebagian tentang kasus ini dari Morris. Tapi aku ingin kalian menceritakan apa yang kalian tahu secara penuh. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Oke?" Rick menatap wajah pasangan tua di hadapannya secara bergantian.

Pasangan itu tampak mengangguk hampir bersamaan. Walter kemudian memberi suatu isyarat pada istrinya.

"Ikutlah denganku Rick," ajak Elly lirih. Wanita itu tampak kepayahan untuk sekedar berdiri dari kursinya.

Elly membawa Rick menuju sebuah kamar  di bagian belakang. Rumah ini cukup besar namun begitu sederhana khas rumah-rumah pertanian di Montana. Rick terus mengikuti langkah Elly sembari melemparkan pandangannya mengamati seisi rumah dan beberapa foto hitam putih yang sepertinya diambil di sekitaran rumah dan ladang.

"Namanya Emmely. Dia putri kami yang cantik. Ia empat tahun lebih muda dari Morris." Elly memulai cerita sembari membuka lebar-lebar jendela besar yang tepat menghadap ke bekas ladang gandum di belakang rumah mereka. Elly tampak beberapa kali menghirup nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya. Sementara Rick hening memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama setiap kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu.

"8 tahun yang lalu Emmely hilang begitu saja saat bermain di ladang gandum. Saat itu ia baru merayakan ulang tahunnya yang ke 15. Dia gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Meskipun....." Kata-kata Elly terhenti. Lagi-lagi ia menarik nafas panjang.

"Meskipun apa?" Timpal Rick.

"Dia punya gangguan mental. Dia tidak bicara tapi bisa mendengar. Prilakunya pun tak sesuai usianya. Emmely gadis yang sangat aktif. Dia suka bermain mengitari seluruh ladang seharian. Kami terpaksa mengikatkan beberapa balon berwarna merah dengan seutas tali di pakaiannya, agar kami bisa memantau Emmely dari jauh." Sampai di sini, Elly menyeka genangan air matanya. Kedua tangannya kini sedikit gemetar.

Rick tak berkata-kata. Ia kemudian ikut berdiri di sisi Elly lalu membiarkan matanya menjelajahi seluruh ladang. Ia berharap dapat menangkap bayangan yang sama dengan apa yang  Elly rasakan, tentang peristiwa masa lalu itu. Tapi yang ia lihat hanya sinar matahari sore yang masih terik, yang menimpa rumput dan ilalang liar yang kini tumbuh sangat nyaman di sana, dibekas ladang gandum.

"Bagaimana dengan balonnya?" Tanya Rick tiba-tiba.

"Walter melihat balon itu sudah melayang tinggi di udara. Saat itu ia baru keluar gudang yang jaraknya cukup jauh dari ladang. Walter dan Morris segera menyisir seluruh ladang dan sekitar rumah kami. Tapi Emmely hilang begitu saja. Tak ada jejak apapun."

"Bagaimana dengan polisi?" Lanjut Rick.

Elly menggeleng. "Kami tak akan menunggumu selama 8 tahun bila polisi mampu menemukan Emmely."

Rick mengangguk-angguk.

"Oh ya Ini akan menjadi kamarmu selama di sini. Istirahatlah. Semoga kau betah," sambung Elly sebelum berlalu meninggalkan Rick yang tampak  masih meraba-raba kasus ini.

**

Malamnya, Rick tak bisa tidur. Lewat tengah malam ia masih memandangi satu persatu foto Emmely yang terpajang di dinding kamar. Sepertinya ini adalah kamar Emmely sebelum menghilang.

Conundrum : Kumpulan Cerpen dan Flash Fiction Misteri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang