Over Thinking

2.8K 362 12
                                    


Hari kamis malam aku pulang. Jumat adalah tanggal merah makanya aku sempatkan pulang mumpung jadi bisa libur 3 hari. Beberapa hari ini aku merasa pikiranku sedang kalut. Aku sedang butuh pelukan mama barangkali.

Kami menonton TV di ruang tengah. Hanya Aku dan mama karena papa sudah tidur karena capek habis bikin kolam ikan tadi di depan. Hari ini jadwal Arsyaka rilis album, makanya aku bisa lihat dia di tv.

"Jam berapa mulainya?" tanya Mama.

"Ini katanya bentar lagi Mam, abis iklan ini katanya." Aku memasukkan kacang yang sudah kukupas kulitnya ke mulut. Kedua mataku mengamati layar hape yang menampilkan chatroom Arsyaka. Ia sedang mengetik. "Salam nih, Mam. Katanya kudu nonton sampai abis. Tapi terutama.. eh apa nih ngetiknya.. ooohh terutama yang pegang gitar pake jas hitam. Jas hitam Mam, bukan yang abu-abu atau coklat. Bahahhahaha." Aku membacakan chat dari Arsyaka itu sampe ketawa. Gini banget nyari perhatian.

"Ganteng yang jas abu abu. Namanya siapa?" Begitu mulai acaranya Mama malah kesengsem sama yang lain.

"Kevin."

"Udah punya pacar dia?"

"Udah."

"Yaaah."

"Kok yah sih, Mam?"

"Ya siapa tau bisa dijadiin mantu." Ada-ada saja mama orang anaknya 2 cewek-cewek udah punya pacar semua.

"Mam, Arsyaka tuh juga ganteng tau."

"Kaya om-om." Aku menahan tawaku karena demi Tuhan ini kenapa jadi lucu banget. Arsyaka kamu dikatain kaya om-om sama mama!

"Ih dia juga ganteng kok, nggak kalah sama yang lain," belaku tidak terima.

Sebenarnya, mamaku juga baru sekali bertemu Arsyaka, itu pun nggak lama dan hanya gara-gara ada 'masalah' yang itu. Nah, sama anggota yang lain mama juga belum terlalu hafal karena belum bertemu langsung. Pernah kutunjukkan foto mereka semua dulu saat masih muda, saat gaya mereka masih emo dengan rambut berdiri dan eyeliner tebal, tidak sedewasa dan serapi sekarang ini. Mungkin karena sudah glow up, ketampanan Arsyaka jadi kalah di mata mama.

"Iya iya, kamu tuh bucin." Mak-mak jaman sekarang, ngatain anaknya gitu banget mentang-mentang aku emang beneran bucin.


Kami menonton penampilan mereka sampai habis. Lagunya ngebeat yang sebenarnya bukan seleraku. Tapi pasar lagu saat ini juga sedang menyukai lagu-lagu yang hype. Yang bisa bikin semangat dan bisa dinyanyiin bareng-bareng sambil teriak. Tapi gitu-gitu Mama mau nonton sampai kelar. Entah emang suka atau memang menghargai pacar anaknya ini.

"Mama ngantuk. Mau tidur." Nggak berapa lama Mama pamit. 

"Mam." Mama udah bersiap berdiri untuk ke kamar. "Aku malam ini tidur sama Mama ya?" pintaku. Mama mengangguk. Beliau tidak masuk kamarnya sendiri tapi ikut bersamaku masuk ke kamarku.

Aku berbaring dipeluk Mama di kasur. Entah sudah berapa lama ini tidak terjadi. Mungkin dulu sekali saat masih sekolah aku ingat aku sering minta peluk Mama. Kenapa rasanya jadi cepat sekali? Aku cepat sekali tumbuh mendewasa. Mama dan Papa cepat sekali menua.

"Mam, aku sebenernya takut.."

"Takut kenapa?"

"Mama dulu kenapa ngebolehin aku pacaran sama Arsyaka?"

"Ya karena ini hidup kamu, kamu yang ngejalani, kamu yang merasakan. Toh anak Mama udah gede kan udah tahu dan bisa menimbang-nimbang baik buruknya buat diri sendiri." Mama mengelus rambutku berkali kali. Mamaku memang enggak anti anak band kalau anak band-nya kayak Arsyaka. Aku menghela napas.

Dari JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang