"TELAT LU AH" pekik Lia melihat pesan Naresh yang isi nya Chandra menanyakan jadi atau tidak untuk Ia antar.
"Kenapa?"tanya Feby
Lia memberikan ponselnya pada gadis itu."gua udah nge iya in Adimas aja baru nongol ni curut"
"Ihhh plis suruh anter gua aja"pinta Feby.
Jadi malam itu Chandra mengantar Feby dan Adimas mengantar Lia.
"Byee, duluan"pamit Feby begitu duduk diatas motor Chandra.
"Ka Liaaa aku duluan"pamit kekasih Naresh.
Lia yang masih berdiri disebelah motor Adimas melambaikan tangannya. Masih sibuk mengangkat telfon.
"Ehh iyaiya hati-hati" katanyaa
"Bentaran ya"ucap Lia pada Adimas sembari menjawab telfon.
"Iya ntar gua kasih tau kalo pada nanyain."
"Iyaa,bawel. Balik lu nanti"
"Iya yaudah"
Lia mematikan sambungan telfon itu.
"Udah?" Tanya Adimas.
Terasa asing, rasa nya sudah lama tidak mendengar suara laki-laki ini
"Iya udah. Maaf lama" jawab Lia sembari naik keatas motor.
Rasa nya asing dan aneh. Lia tak mungkin bersikap seperti biasa disaat kenyataan nya pun mereka tak lagi sama seperti dulu.
Lalu tiba-tiba saja perasaan rindu menyeruak memenuhi rongga dada Lia secara tiba-tiba.
Sederhana.
Mereka pernah begitu sederhana, ketika yang Lia butuhkan hanyalah punggung tegap pria itu yang nyata nya bahkan sampai sekarang akan tetap sama seperti itu.
Malam itu ditengah cahaya kendaraan lain, Lia merasa kembali lengkap. Dimotor berdua dengan Adimas, memandang punggungnya tanpa pembicaraan berarti— yang berbeda hanyalah kenyataan mereka bukan lagi 'kita' yang dulu pernah ada.
Lantas mata Lia memanas saat mengingatnya— mereka pernah bersama, cukup lama dirinya hanya terdiam sembari menatap punggung Adimas hingga akhirnya tangan Liamaju mencengkram bagian pinggir jaket Adimas.
Membuang jauh ego nya detik itu juga
Dada nya tiba-tiba sesak, Ia ingin menangis. Lia rindu sekaligus merasa bersalah.
Adimas tulus pada nya dan Lia meninggalkannya. Lalu saat tetes pertama airmata nya turun, saat itu juga Lia luruh, tubuhnya maju dan memeluk punggung yang sedari tadi dipandangnya.
"Maaf" gumam nya parau.
Lia bisa merasakan Adimas yang tersentak.
"Kenapa?"tanya Adimas.
Lia menggeleng sembari menyembunyikan wajahnya dibahu pria itu. Lia sangat rindu.
Malam itu Lia setuju apa yang pernah Dilan katakan pada Milea; bahwa rindu itu berat.
"Hey, kenapa? Jangan nangis" bujuk Adimas
Lia tahu jelas Adimas mengarahkan spion motornya kearah Lia, itu sebabnya Ia menyembunyikan wajahnya.
"Gapapa. Aku cuman minta maaf. Harusnya aku denger penjelasan kamu dulu. Maaf" jelas Lia. Lia bisa merasakan tangan kiri Adimas menggenggan tangan kiri nya.
"Iyaa, gapapa. Aku selalu maafin kamu"sahut Adimas.
— malam itu, heejin kembali pada Sunwoo
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Feelings | Jeon Heejin, Kim Sunwoo
Historia CortaIni tentang aku, kamu, dia dan kita. Tentang bagaimana kamu menghancurkan kita. Tentang bagaimana kita pernah ada. Disclaimer: mohon maaf apabila ada kesamaan dalam penulisan cerita entah sifat tokoh,latar tempat,visualisasi, atau hal-hal lain. cer...