♡39

1K 99 9
                                    

Seokjin sudah memakai kaus lebar dengan panjang selutut dan celana hamil hitam khusus. Ia tampak lebih nyaman bergerak dan bahkan bisa berlari-lari kecil sambil membawa dua anak didalam perutnya itu. Namjoon yang malah tampak gelisah, khawatir jika Seokjin terjatuh atau tersandung mengikuti Seokjin berjalan-jalan di ruangan Namjoon, bukannya bekerja mengerjakan pekerjaan pertamanya.

"Hati-hati sayang, jangan berlari seperti ituuuu" kata Namjoon lalu mendekap paksa Seokjin dari belakang. Seokjin mengembungkan pipinya dan sedikit mendengus, "uuh, tapi kan aku ingin lihat-lihat namuuu" rengeknya.

"tidak dengan berlarian seperti itu ya?" kata Namjoon lalu membalikkan tubuh Seokjin dan ia sedikit membungkuk menyamakan tinggi wajah dirinya dan Seokjin. Namjoon menepuk rambut Seokjin dan lanjut mengelus pipinya. Seokjin melipat kedua tangannya diatas dadanya, "Aku mau makan" katanya dengan ketus. Namjoon pun mengangguk, "ayo ke kafetar---"

"Sendiri" potong Seokjin. Namjoon mengusap mukanya, sedikit frustasi namun harus tetap sabar, pasalnya Namjoon tidak bisa memarahi Seokjin yang sedang banyak maunya dan mood swing karena kehamilannya. "Jinseok, kalau kamu kenapa-napa gimana?"

Seokjin menggidikkan bahunya, "Pokoknya aku mau sendiri, namu ngga boleh ikut! Sana kerja!" katanya sambil mengibaskan rambutnya, kebiasannya kalau sedang kesal. Sambil mengembungkan pipinya yang malah membuat Namjoon makin gemas ingin mengigit pipi Seokjin, Seokjin melangkah keluar ruangan Namjoon dan Namjoon hanya mengehela nafas beratnya.

"Kendalikan dirimu, Kim. Sebagai seorang Suami, Kepala keluarga, Direktur utama dan calon daddy nya anak-anak kau harus banyak sabar" gumam Namjoon menghela nafas lalu menelepon salah satu ajudannya untuk mengikuti Seokjin, Namjoon pun mulai bekerja menyicil pekerjaannya yang sempat tertunda karena mengikuti Seokjin dari tadi.

😤😤😤😤

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Namjoon segera meregangkan badannya sebelum istirahat dan menyusul Seokjin yang ceritanya sedang merajuk dan makan di kafetaria kantor. Ia menghela nafas kemudian berdiri dan mulai berjalan keluar dari ruangannya, turun menggunkan lift ke lantai dasar untuk menemui Seokjin.

Saat sampai dilantai dasar, Namjoon banyak di sambut dengan lirikan dari para karyawan yang meliriknya sambil berbisik-bisik sesuatu, juga ada yang membungkuk dan ada beberapa karyawan yang mukanya tampak... kesal? Kecewa? Sedih?

Sambil berjalan, Namjoon samar-samar mendengar keluhan beberapa karyawan yang sedang mengeluh kepada temannya ataupun sekedar menghela nafas.

"aku rela-rela kabur dari rapat divisi hanya karena ingin beli tteokboki tapi---"

"Oy sudahlah, itu suami direktur kau tak bisa menyalahkannya..."

"kau dengar? Hanya dengan 30 menit habis, apa dia gila??"

"mulutmu sampah.. direktur ada disini, bodoh"

"ssst jangan berisik sudah lupakan saja, lihat direktur datang, jangan macam-macam atau kau dipecat"

Begitu. Namjoon langsung paham saat para karyawan itu mengeluh soal tteokboki. Ia menghela nafasnya dan pura-pura tidak mendengar apapun, padahal aslinya ia ingin sekali merontokkan mulut orang-orang yang sudah mengatai jinseoknya itu.

Namjoon masuk ke kafetaria dan melihat Seokjin masih makan dengan piring yang sudah menumpuk entah berapa banyak lapis piring dimeja tempat ia makan. Ajudan yang melihat Namjoon serempak langsung mundur dan Namjoon menyuruh mereka pergi dari sana. Seokjin masih tak peduli, ia hanya terus menyantap makanannya sambil bergumam menggerutu saat ia mengunyah kue beras itu.

BABY JINSEOK and HIS MOONCHILDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang