7. Hujan di Bandung

18K 3.2K 380
                                    

Terimakasih  sudah menemukan  book ini,  dan  terimakasih  juga karena sudah mau meluangkan waktu untuk  membaca dan mendukung book ini

Terimakasih  sudah menemukan  book ini,  dan  terimakasih  juga karena sudah mau meluangkan waktu untuk  membaca dan mendukung book ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⌐╦╦═─


Selamat pagi, semoga semua orang diberikan berkat oleh Tuhanya masing-masing untuk tetap bersyukur.

Untuk menunjukan pada manusia lain di luar hidupnya, bahwa kita bahagia dan lebih baik hari ini daripada hari kemarin.

Seperti si Jeno misalnya.
Subuh tadi Jeno sudah tampan untuk shalat subuh berjamaah masjid depan rumahnya.
Sama si Woojin tentunya.

Lalu setelahnya Jeno tiduran lagi di kamar. Eh sudah mandi dia mah, sudah tampan. Sudah tidak sabar menanti waktu menjemput Jaemin Hasibuan.

Tapi...

Sepertinya Jeno ini hanya modus rajin shalatnya, ada niat terselubung dari dia bersujud di hadapan Tuhan.

Alhasil saat ia tiduran sambil menunggu waktu menjemput Jaemin, dia malah babalas tidur lagi sampai pukul tujuh kurang lima.

Bahkan sampai diamuk si bunda yang tengah siap-siap mengantar Jisung sekolah.

Lalu ia dengan buru-buru mendatangi rumah Jaemin, kan.. mungkin saja Jaemin masih mau menunggu Jeno di depan rumahnya.

Mungkin...

“Udah berangkat sama Mark!”
Jelas papa Jaemin yang tengah sibuk mencuci sepatu hitamnya di depan rumah.

Jeno mau bantu,  tapi takut telat sekolahnya.

“Oh yasudah. Maafin saya ya”
Si papa Jaemin hanya mengangguk tanpa mau menatap raut penuh penyesalan Jeno.

⌐╦╦═─

Sudah dipastikan kalau sibujang ini telat dan berakhir di bawah tiang bendera.

Sudah langganan Jeno mah. Lagian dia tidak takut hitam kalau lama-lama di jemur di bawah matahari.

Yang dia takutkan hanya jika Jaemin jadi malas untuk merepotkan Jeno.

“Jangan telat lagi!”
Sebuah suara manis didengar Jeno.
Lalu ia membuka matanya, nampak Jaemin Hasibuan tengah berdiri di sampingnya sembari membawa sebotol air mineral dingin.

“Maaf”
Kata Jeno menyesal.

“Enggak apa-apa, ada Mark kok. Maaf ya, malah aku kan yang ngerepotin kamu?”
Jaemin memberikan air mineral pada Jeno.

“Nanti pulang sama aku ya?”
Ajak Jeno.  Antusias dia mah kalau persoalan Jaemin.

“Kenapa?”
Tanya Jaemin.

“Untuk permintaan maaf. Nanti aku beliin es krim deh, mau?”
Tawar Jeno.  Tawanya tertahan saat menanti jawaban pujaan hatinya.

“Boleh. Nanti aku bilang Mark dulu ya?” Ujar Jaemin.

Panglima Tempur []✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang