28. Jeno Anugerah

8.3K 1.5K 429
                                    

Sebelum kalian baca chapter ini, saya cuma mau mengingatkan untuk jangan meninggalkan komentar buruk (lagi) ya. Alasan saya berhenti up beberapa waktu ini karena hal² tsb. Jadi tolong jangan komentar buruk ❤️
.
.
.
.
.
.
.




 Jadi tolong jangan komentar buruk ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Jeno tak pernah tahu dan menolak mengeri tentang ketentuan takdir Tuhan. Ia pikir yang jahat adalah golongan manusia yang akan selalu hidup penuh kesusahan dan penuh rasa sakit. Begitu juga sebaliknya untuk orang-orang yang baik.

Namun ternyata tidak...

Bagaimana dengan Jaemin? Dimana letak tidak baiknya anak itu? Kenapa pula rasa sebegitu menyakitkannya malah ada dan selalu dirasa oleh Jaemin?





^

Ia terduduk di balik dinding, tak tahan untuk sekedar menoleh ke depan ruang operasi. Disana ada ibu Dino dan juga Haechan yang tengah dirundung pilu, dengan ibu Dino yang tak henti memanjatkan doa dengan tasbih kecil ditangannya.

"Jeno..." Jeno mendongak dan mendapati orang yang diam-diam ia perhatikan sudah berdiri disana, menatapnya dengan senyum namun matanya sayu. 'Tante nggak perlu pura-pura senyum buat kami' Ujarnya dalam hati saat mendapat senyum menawan dari ibu Dino.

Perempuan cantik tersebut berjongkok dengan memegang lutut Jeno "Jangan nangis" beliau mengusap air maya diwajah Jeno.

"Nanti diketawain Dino" ibu Dino tertawa setelahnya, meski air mata malah jatuh dari mata beliau.

"Ini namanya tasbih" ibu Dini memberikan tasbih tersebut peda Jeno. "Kalau nangis aja, Tuhan nggak mungkin bertindak Jeno. Jeno harus meminta ampun dan berdoa sungguh-sungguh supaya Tuhan mau mengabulkan doa Jeno"



"Memang Tuhan mau ngabulin doa Jeno?"


"Mau. Selama ini kebaikan yang kamu dapat ya datangnya dari Tuhan. Dari ucapan-ucapan kamu kan? Coba! itu hanya keinginan kamu yang kecil dan bahkan kamu berdoa tanpa berniat bersungguh-sungguh. Tapi Tuhan sudah mau mengabulkan. Kalau sekarang kamu mau berdua sungguh-sungguh, pasti Tuhan dengan senang hati mengabulkan" beliau mengusap kepala Jeno.


"Terimakasih sudah mau jadi kawan Dino. Terimakasih sudah selalu nemenin Dino. Terimakasih sudah mau kenal anak ibu, ya? Hiks..." biar bagaimanapun perempuan yang sejak dulu hidup sendiri tanpa suami itu lebih butuh dukungan daripada Jeno, perempuan tersebut menangis tersedu-sedu.





"Kalau Dino punya salah, tolong di maafin ya?hiks..."











^





Hari ketiga, belum ada perkembangan signifikan baik dari Dino yang menurut dokter akibat benturan dikepala tersebut membuat gumpalan darah di kepala Dino, dan operasi pertama kemarin ternyata belum menunjukan hasil baik.

Panglima Tempur []✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang