29. Last Chapter

9.8K 1.6K 712
                                    

-Yang aktif komentar ya, chapter besok udah end loh😔-

Kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan.

°

Kehidupan, semua manusia pasti dan akan melewati segala fase kehidupan. Tidak bisa si bahagia terus bahagia, dan begitupun sebaliknya.

Semua tangis dan kesakitan yang dilewati penuh rasa percaya bahwa Tuhan tak mungkin selalu menjadikan umatnya penuh rasa sakit, pasti Tuhan akan memberikan lembaran bahagia.

Bahagia, dengan bagaimanapun bentuk dan kisahnya.














°

Puluhan awan bergulung cantik berwarna putih, dengan langit biru membentang. Memiliki harapan bahwa setidaknya tidak ada hujan hari ini. Tidak ada air mata atau kisah sedih yang terjadi.

Jeno Anugerah, lelaki berparas tampan tersebut tengah duduk diantara bangku didalam kelas. Setelah kelulusannya di sekolah menengah atas, ia sudah memilih menyerah menjadi tentara, ada beberapa hal terjadi kala itu, membuat ia terlambat mengikuti pendaftaran. Ada beberapa hal terjadi membuat mintanya untuk sekedar hidup saja menguap entah kemana.



Ia kini mencoba hidup kembali, dengan cita-cita baru dan masa depan yang baru.

"Jeno buruan, kelas bahasa pengenalan pemrograman web udah mau mulai" Jeno menoleh saat salah satu temannya memanggil.

Ia tertawa sejenak, pasti banyak anak-anak Arogan yang akan menertawainya. Jeno Anugerah, memilih mendaftar disalah satu kampus swasta di Bandung, dan siapa sangka ia mendaftar di jurusan Sistem Informasi yang pastinya akan menyita waktu dan pikirannya.

"Iya" Jawabnya singkat lalu mengikuti langkah temanya.

Beberapa manusia bergerombol menjadi perhatian Jeno, beberapa tawa mereka juga terdengar oleh Jeno. Seperti kata penjual kopi kaki lima waktu itu, bahwa dunia tidak menunggu kita baik-baik saja dulu baru ia kembali berputar.

Bahwa tidak melulu hidupnya selalu tentang mendapat pengertian dari manusia lainya.

Bahwa hanya dunianya saja yang sedang kiamat.





°

Jeno tidak pernah menyangka bagaimana Tuhan menciptakan alur kehidupan manusia. Jika ditarik kebelakang Jeno adalah manusia yang bahkan tidak punya mimpi apapun untuk melanjutkan hidup, ia mana pernah berpikir kalau melepas masa putih abu-abu adalah kali pertama baginya untuk tahu bahwa hidup memang tak mudah?

Beberapa hal mendewasakan, atau bahkan lebih tepatnya memaksa ia menjadi dewasa dalam kurun waktu yang terbilang cepat.

"Jeno, gue mau ke makam. Mau ikut?" Itu Mark, temanya yang juga memutuskan untuk tetap hidup di Bandung dan tidak mengambil beasiswanya, tapi tak masalah kampus tersohor Bandung juga mau mau saja sih menerima otak cemerlangnya.

"Ke makam ya?" Tanyanya kemudian, ada rasa berdesir yang selalu saja menyiksanya saat kata makam disebut

"Semua udah terjadi Jeno, loe nggak bisa pulang ke masa lalu dan ngerubah semua hal. Kan? Gue juga sedih dengan keadaan yang begini" Mark beranjak meninggalkan Jeno yang sama sekali tak mau melihat atau bahkan mengiyakan ajakannya ke makam.

Panglima Tempur []✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang