18. Menang

12.1K 2K 503
                                    

(Ps : Kalian membuatku nggak tega meneruskan ide awal cerita ini.

Btw kalau chapter ini bagus dan ramai aku mau up cepet hehe)
.

Terimakasih sudah menemukan book ini, dan terimakasih juga karena sudah mau meluangkan waktu untuk membaca dan mendukung book ini

...

Hari ini tidak ada larik puisi tercipta, terlalu mendung untuk menjadi puitis. Terlalu banyak penat untuk dapat ruang kosong bagi si puisi.

Bukan... Ini bukan Jeno Anugerah yang tengah bergulung dengan rasa diatas, ia hanya merasa ada sedikit rasa khawatir, tenang, ini tentang si bujang yang galau karena mantan kekasihnya pulang, bukan tentang dia yang bimbang memilih, ia hanya takut dengan sikap mantan kekasihnya, ia takut euy, si Mina ganggu Jaemin, dunianya.

Hari Jumat, matahari masih malu-malu, seakan membantu kelas Jeno yang jam kedua ada pelajaran olahraga.

"Nggak mau ke lapangan aja? Emang nggak mau lihat pacarnya main futsal?" Tanya Jeno pada Jaemin yang tengah bersiap menuju perpustakaan, ingat Jaemin tidak bisa ikut kelas olahraga.

"Eum..." Jaemin meletakkan telunjuknya di bawah bibir, membuat parasnya nampak lucu, tentu saja di mata Jeno,

Memangnya di mata siapa lagi?

Sini lawan Jeno, kalau berani lihat-lihat kesayanganya!!!

"Yah... Padahal pacar kamu ganteng sampai melebihi batas wajar loh Na kalau lagi main futsal" Tanya Jeno, tangannya dengan gemas mencubit pelan pipi Jaemin.

Jaemin terkikik "Eum... Boleh, tapi aku ke perpustakaan dulu ya? Mau balikin buku"

"Mau diantar?" Tawar Jeno.

"Kan perpustakaan dekat"

"Kan aku nggak bisa jauh dari kamu"

Halah...bucin...

"Alay. Enggak Jeno, kamu ke lapangan aja dulu" Tolak Jaemin,

"Yah... nanti kamu kangen aku. Gimana?" Tanya Jeno.

"Sebentar aja Jeno" lagi-lagi Jaemin menolak diantara, memang kenapa sih? Jeno tidak bau badan padahal.

Jeno mengngguk lalu mengusak surai milik kekasihnya, "Duluan ya, kalau kangen telepati ya bilang 'Jenoo...Nana kangen' gitu ya?"

Jaemin hanya tertawa lalu mengguk, jika di ladeni tidak akan habis celotehan Jeno.

Walau sudah jadi kekasih, ternyata gombalan Jeno masih sering diabaikan...

...


Jeno nampak berjalan angkuh di koridor, kesan sangar si panglima tempur masih tercetak jelas di wajahnya. Punten lur image garang mah harus tetap di perlihatkan dong, masa ketua geng ketemu orang senyum-senyum?

"Jeno..." Panggil seseorang, cukup nyaring sampai-sampai membuat telinganya berdengung.

Jeno menoleh malas, ia berkacak pinggang ketika si 'dia' yang memanggil namanya sudah berdiri dengan sempurna di depanya, senyuman penuh juga nampak jelas tergambar.

"Jenooo" Ucap orang tersebut, bahkan sampai menarik tangan Jeno untuk ia goyang-goyangkan.

"Bukan muhrim" Sentak Jeno sambil menarik tanganya "Tuh kan tanganku kotor" lanjut Jeno, sorot malas nampak sekali pada raut Jeno.

Panglima Tempur []✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang