25. Kebohongan 2

687 29 0
                                    

Setelah memantapkan hatinya, kini Varo akan berterus terang kepada Risa untuk memilih Risa sebagai perempuan terakhir dihatinya.

Varo sadar ia seharusnya mulai memperjuangkan seseorang yang selalu ada di sisinya, perempuan yang menerima apa adanya. Perempuan yang baru saja menempati ruang kosong dihatinya, perempuan yang mencoret kan berbagai warna dalam kehidupannya, perempuan itu Risa.

Ia seharusnya sadar bahwa ia sudah sepatutnya mengabaikan seseorang yang menjadi bagian dari masa lalunya, seseorang yang seharusnya ia abaikan sejak 4 tahun yang lalu.

Hari minggu ini Varo dan Risa mampir ke toko buku yang biasanya setiap weekend Risa selalu mengajak Varo untuk ketoko buku itu.

"sebentar ya, aku pilih pilih buku dulu. Kamu tunggu disini aja" Risa segera bergegas menuju ke rak rak buku fiksi yang diminatinya setelah berbicara kepada Varo yang menunggunya.

Sebenarnya sedang menunggu waktu yang tepat bagi varo untuk mengatakan semuanya, ia akan menjelaskannya janji.

10 menit menunggu Risa yang belum selesai memilih, tiba tiba ada panggilan masuk ke ponsel Varo.

Bunda calling..

"Halo Varo?!!" Terdengar suara khawatir disebrang sana yang membuat kening Varo berkerut.

"Kenapa Bun?"

"Ody!!" Mendengar namanya saja sudah bikin Varo khawatir akan keadaan melody saat ini.

"Melody kenapa?!" Tanya varo tak sabaran

"Melody kambuh lagi Var! Sekarang bunda sama ayah lagi dirumah sakit!" Mendengar penjelasan bundanya Varo langsung saja beranjak pergi dari toko buku untuk bergegas ke rumah sakit dengan kecepatan motor diatas rata rata.

Lagi lagi ia meninggalkan gadis yang ia bawa.

Pergi tanpa berpamitan.

Baru saja ia bergegas pergi, Risa yang sudah selesai membeli buku pun keluar toko. Ia mencari-cari keberadaan Varo yang entah dimana.

"Yaampun kamu kemana var?"

"Apa kamu ninggalin aku lagi?"

Pertanyaan itu muncul di otak Risa. Ia pun mengelilingi sekitaran mall yang luas itu, sambil berkali kali menghubungi Varo. Ia tidak mau Varo sakit, apalagi diluar hujan deras.

Sudah berpuluh puluh misscall dan pesan tak kunjung dibalas oleh Varo. Dengan nekat, Risa menerobos derasnya hujan untuk sampai diparkiran.

Dilihatnya parkiran itu tidak ada motor dan pemiliknya, Varo.

Kecewa? Pasti.

Semua pakaian yang dikenakannya basah. Yang ada dipikirannya kali ini adalah

"Apa kamu harus kembali melakukan ini? Pergi tanpa pamit sudah menjadi hobby baru kamu ya var?"

****

Varo datang terburu buru ke rumah sakit, sesekali ia sempat menabrak beberapa orang didepannya.

Ia sungguh khawatir.

"Gimana keadaannya?!" Intonasinya sedikit tinggi karena orang yang ia khawatiri sedang lemas tak berdaya di ranjang rumah sakit.

"Belum ada perubahan." Ucap sang bunda yang kini melihat anaknya yang basah kuyup.

"Varo lebih baik kamu ganti baju, bunda gak mau liat kamu sakit. Baju kamu udah bunda siapkan! Dan ya, tadi bunda sempat pulang kerumah dan bibi langsung memberikan paket ini. Katanya ada orang yang mengirimnya ke rumah, untuk kamu." Varo langsung mengangguk singkat meskipun ia bingung paket apa? Dan dari siapa?

Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang