26. Sebenarnya..

807 26 5
                                    

Varo, laki laki itu kini masih saja setia duduk di samping ranjang rumah sakit untuk menemani melody yang tak kunjung membuka matanya.

Tiba tiba suara pintu ruangan dibuka oleh bundanya, yang hendak mengambil tas untuk pulang terlebih dahulu menyiapkan keperluan suaminya--arya.

"Bun Ody sakit apa?" Tanya varo kepada sang bunda

"Kata dokter melody itu kecapean, dia kurang darah makanya tadi dia pingsan. Kalo gak salah hariini atau besok dia boleh pulang var. Kamu jaga dia dulu ya? Bunda mau pulang, mau nyiapin keperluan ayah."

Mendengar jawaban dari sang bunda, Varo menganggukkan kepalanya singkat sambil menghela nafas panjang. Syukurlah Melody tidak sakit parah seperti yang sudah sudah.

Setelah kepergian bundanya, Varo jadi teringat sesuatu. Oh ya, paket! Dia harus segera membuka apa isi paket itu dan dari siapa yang mengirimkannya.

Ia mengambil paket itu kemudian membukanya, isinya adalah kertas? Oh ya, dan foto. Varo membuka gambar foto itu, dan..

"Risa?"

Pandangan laki laki itu berubah menjadi tajam dan dingin, tangannya mengepal kuat hingga kuku kukunya memutih. Foto yang di lihatnya adalah foto Risa, wanita yang selama ini ia cintai bersama laki laki lain di mall. Foto kedua menunjukan bahwa Risa sedang menaiki motor yang dikendarai laki laki tersebut dengan memeluk pinggangnya erat. Sayangnya muka laki laki itu tidak jelas dan membelakangi arah kamera.

Motor itu? Sepertinya Varo pernah melihat motor itu. Varo berfikir keras mengingat plat dan motor yang membuat emosi Varo memuncak.

Itu motor Dimas.
Batinnya

Gigi Varo bergemeletuk kuat membuat rahangnya mengeras. Hingga ia menemukan selembar kertas yang isinya..

"GIMANAA? BAGUSKAN KEJUTAN GUE? TERNYATA CEWEK YANG LO ANGGAP BERHARGA ITU SAMPAH."

Cukup sudah! Varo sekarang sudah murka! Tidak tau yang ada fikirannya apa, yang jelas kini ia marah dan kecewa atas semuanya.

Di tengah kemarahannya. Dengan mata tajamnya Varo memperhatikan Melody, tiba tiba tangan perempuan itu bergerak. Varo langsung menggenggam erat tangannya dan segera memanggil dokter.

Mungkin ini jawabannya. Memperjuangkan melody bukan hal yang buruk bukan?

****


Risa sama sekali tidak peduli tentang apapun saat ini, baju basah kuyup, wajahnya pucat, dan matanya kentara sembab. Sesekali ia menabrak seseorang dilorong rumah sakit, Aksa sudah benar benar kelimpungan melihat Risa tampak seperti mayat hidup hilang tujuan.

Mereka berdua terhenti di ruangan rumah sakit. Risa seakan ragu untuk memasuki ruangan itu, air matanya sudah membanjiri pipi mulusnya sedari tadi. Tapi ia ingin semuanya terungkap, ia ingin tidak ada lagi kebohongan yang semakin menyakiti hatinya.

Dengan gerakan tangan perlahan, Risa membuka kenop pintu ruangan dengan tangan yang bergetar.

Setelah pintu itu terbuka, hatinya sakit sekali melihat orang yang selama ini ia percaya berpelukan dengan wanita lain? Risa membekap mulutnya menggunakan tangannya sendiri. Ia tak kuasa melihat semua itu dihadapannya.

Aksa yang melihat tubuh Risa hampir terhuyung segera menangkapnya.

"Eh ris..ris.."

Suara Aksa seakan menyadarkan Varo akan seseorang yang membuatnya naik pitam. Varo menoleh kearah pintu dan ternyata bukannya terkejut, tapi ia malah semakin emosi melihat orang yang ada dihadapannya. Ia cepat cepat melepaskan pelukannya dan segera mencengkram kuat tangan Risa untuk mengajaknya pergi keluar ruangan.

Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang