🌧️8🌧️

167 24 1
                                    

Hari - harinya terlewati seperti biasa. Sekolah namun ia pulang lebih awal ,pergi ke rumah sakit bahkan sudah 2 hari belakangan ini dia menginap.

Eunsang tidak pernah datang semenjak hari Selasa. Pria itu bilang bahwa ia akan datang seusai lomba,namun sampai hari ini belum juga datang.

Junho? Jangan ditanya.
Pria itu tidak di harapkan Yuri untuk datang. Karna Yuri tau pria itu enggan bahkan benci dirinya. Junho juga tidak tau keadaan keluarga nya saat ini,dan dirasa dia tidak perlu tau.

Kondisi orang tua nya belum ada perkembangan sama sekali. Dokter pun hanya membicarakan perihal kedua orang tuanya pada Yohan. Saat ditanya,kakaknya itu menjawab bahwa orang tua mereka akan baik-baik saja dan tidak ada perlu yang di khawatirkan. Namun,Yuri tidak begitu yakin melihat wajah kakaknya yang gelisah.

Ia masih berfikiran positif,mungkin kakaknya terlalu banyak pikiran. Mengerjakan skripsi,membayar uang administrasi rumah sakit yang tidak sedikit. Meski uang pembayaran rumah sakit menggunakan tabungan kedua orang tua mereka,hal itu akan habis seiring waktu. Dan kakaknya itu bilang akan mencari pekerjaan meski ia tidak begitu yakin mendapatkan secepat itu.

Terlebih ia belum lulus S1 dan hanya memiliki ijazah SMA. Paling-paling menjadi pelayan restoran atau penjaga minimarket.

Yuri tentu merasa kasihan kepada saudara kandungnya itu. Kakaknya sudah melakukan banyak hal untuknya sampai saat ini. Dan menakjubkannya lagi,pria itu masih bisa tersenyum dan tertawa lepas di bawah tekanan yang berat.

Pernah sekali kakaknya itu tertidur sangat pulas di sofa rumah sakit dan mengigau hal-hal yang sepertinya mengerikan. Tentu Yuri khawatir.

Sambil mengapit ponsel ditelinga dengan bahunya,tangannya sibuk mengelap meja di ruangan yang lengket karna tumpahan kopinya pagi ini. Baru sekali teguk, satu cup penuh kopi itu harus berakhir di meja dan lantai.

"Hai,Yena,kenapa?"

"Turunlah ke bawah,aku tidak paham seluk beluk rumah sakit ini. Aku belum pernah kesini,"

Yuri menghempaskan lap begitu saja dan beralih memegang ponsel,"Kamu disini? Dari mana tau?"

"Pentingkah itu sekarang? Ayolah,aku seperti anak ayam yang kehilangan induk. Sedari tadi aku dilihat oleh pasien disini,"

"Kenapa tidak tanya resepsionis?"

"Bagaimana mau tanya,aku tidak tau nama orang tua mu. Si bocah itu juga tidak memberitahuku ruangannya. Sialan!"

"Naik ke lantai 3, kamar lavender no 303,"

"Oke,aku meluncur. Oh ya jangan tutup teleponnya. Siapa tau kan aku nyasar,"

"Dasar,"

Yuri melanjutkan mengelap lantai dengan ponselnya yang masih tersambung dengan yena. Suara derap langkah yang terpantul oleh dinding rumah sakit jelas terdengar di telinganya.

"Ada dua cabang,aku harus ke mana? Sama-sama lavender. Kiri atau kanan?"

"Kanan,kamar ketiga dari ujung,"

"Baiklah aku matikan ya,"

"Hai yuri!" Pintu kamar orang tua nya terbuka cukup kasar oleh orang yang saat ini tengah tersenyum lebar di palang pintu

"Ini bukan kelas yena. Ini rumah sakit," tegurnya

"Ah,maaf,aku tidak bermaksud begitu. Diriku terlalu bersemangat ingin menemuimu," Yena melangkah masuk dengan derap langkah pelan.

Lalu ia dengan tiba-tiba memeluk Yuri membuat gadis itu terkejut sekaligus senang karna masih ada teman yang perduli padanya.

"Maaf,aku baru datang sekarang. Kau kenapa sih tidak memberitahuku. Aku seperti teman yang sangat kejam membiarkan temanku sendirian saat keadaan seperti ini," Yena mengusap punggung Yuri

boys who hate smart girl•Cha Jun Ho•/HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang