Keanehan

123 11 0
                                    

"Berserah hanya kepada-Nya, dan memasrahkan seluruhnya hanya kepada-Nya"

~WikaPratesya~
🌻🌻🌻

Daun-daun yang basah karna embun pagi. Cahaya mentari mulai menampakkan sinarnya. Kicauan burung seakan menyambut pagi yang nan indah ini. Terdengar suara lantunan ayat demi ayat yang di lantunkan dengan sangat merdu dan menenangkan oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Sabia. Sosok wanita yang selalu berusaha taat kepada Sang Penciptanya.

Setelah mengakhiri bacaan Al-Qur'an nya Sabia langsung beranjak keluar untuk mengerjakan pekerjaannya. Sabia melangkah kedapur niatnya ingin mengambil air untuk mengelap istri dari tuan besarnya. Tapi langkahnya terhenti ketika matanya bertemu dengan sosok seseorang yang sudah berusia di depannya, dengan tatapan yang entah kenapa. Entah ada maksud apa tuannya itu menatap Sabia dengan tatapan seperti itu. Sabia yang ditatap seperti itu merasa risih dan sedikit takut.

"A-apa ada yang bisa saya bantu tuan," Tanya sabia untuk menghilangkan rasa takutnya.

"Emmm sepertinya ada, Coba kamu buatkan saya kopi," ujar Bram dengan mata yang tidak lepas menatap Sabia, "baik tuan. Apa ada lagi tuan," tanyanya kembali.

"Tidak hanya itu saja. Saya mau mencoba kopi buatan wanita cantik maksudnya buatan kamu," ujar Bram dengan senyum miringnya.

Sabia yang mendengar penuturan Bram langsung kaget kata-kata 'cantik' terus terngiang ditelinganya apa maksud dari majikannya itu, dari mana dia tau, apa dia pernah melihat wajahnya, tapi dimana kapan pikir Sabia. Sabia langsung menepis pemikiran yang menurutnya tidak masuk akal. Ia langsung menghiraukan perkataan Bram, ia harus berhusnuzon kepada majikannya itu mungkin saja maksud dari perkataan majikannya sebelumnya itu hanya gurauan biasa. Ia langsung berlalu dan menuju kedapur.

Setelah kopinya sudah jadi Sabia langsung beranjak memberikan Kopi kepada tuannya yang sedang duduk di meja  makan. "Silakan tuan," ujar sabia.

Tiba-tiba pergelangan tangan sabia langsung ditahan oleh Bram. Sabia yang mendapatkan perlakuan sperti itu merasa takut dan mencoba melepaskannya.

"Le..lepaskan tuan," berontak sabia.

"Tidak usah takut Sabia saya tidak ngapain-ngapain kamu. Tapi saya hanya ingin kamu membuka kain yang menutupi wajah cantik mu itu. Saya hanya ingin melihatnya sebentar saja," paksa Bram yang ingin menarik cadar yang di kenakan Sabia.

Sabia yang melihat Bram mengulurkan tangannya untuk melepaskan cadarnya ia langsung menolak dan memberontak, untuk menghentikan niat majikannya. Tetapi, tenaganya tidak sebanding dengan tenaga majikannya itu. Sabia hanya bisa berharap agar Allah mengirimkan seseorang untuk membantunya.

"J-jangan tuan saya mohon jangan, tolong lepaskan saya. Ini tidak baik tuan, tolong lepaskan saya," rintih sabia yang masih berusaha melepaskan pegangan ditangannya yang sangat erat itu, membuat tangannya memerah dan rasa perih yang dirasakannya.

Bram hanya tertawa sumbang bukannya merasa simpati dengan penuturan Sabia, Bram semakin gentar menjalankan aksinya yang ingin melihat wajah Sabia yang tertutup kain. Tidak bisa Sabia pungkiri lagi. Nafsu sedang menguasai majikannya saat ini.

Usaha Sabia berhasil, sekarang tangannya sudah terlepas dari genggaman majikannya itu. Disaat Sabia ingin berlari menyelamatkan dirinya, lagi-lagi Bram berhasil membuat Sabia terjatuh kelantai. Dan sekarang Bram tidak menghentikan niatnya, kini Bram sudah berada di depan Sabia.

Tabir Cinta Dibalik Sehelai KainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang