PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pasca trauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan. PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.
Trauma. Satu kata yang selalu terlintas di pikiran Rayhan. Tidak lama setelah Rayhan mengurus pekerjaannya dikantor hari ini. Tiba-tiba dering telepon mengganggu konsentrasinya yang sedang fokus dengan berkas-berkas yang sedang ia amati di tangannya. Tertera disana nomor telepon yang tidak Ia kenali.
"Hallo," jawab Rayhan setelah menggeser tombol panel berwarna hijau di layar handphonenya, terdengar suara perempuan yang sangat asing di sebrang sana.
"Dengan Bapak Rayhan?"
"Iya, saya sendiri,"
"Maaf Pak, mengganggu waktunya. Saya salah satu suster dari RS. Harapan, ingin menyampaikan pesan dari Dr. Rinda yang ingin bertemu dengan bapak, untuk membahas perihal keadaan istri bapak yang sedang di rawat di RS. Harapan saat ini,"
'Istri' satu kata yang berhasil membuat Rayhan bingung dan heran. Setelah terdiam selama beberapa menit, ia baru sadar kalau pihak rumah sakit masih beranggapan kalau Sabia--- pembantu muda yang bekerja di rumahnya itu adalah istrinya.
"Kapan?" Ujar Rayhan dengan singkat.
"Kalau bisa hari ini, Pak, itupun kalau Pak Rayhan punya waktu luang,"
"Baik, sebentar lagi saya akan datang,"
"Baik Pak,"
Sambungan telpon langsung terputus. Entah dorongan dari mana Rayhan langsung beranjak dari meja kerjanya, dan langsung keluar meninggalkan ruangan kerja yang masih berantakan dengan dokumen-dokumen yang belum selesai Ia kerjakan. Bahkan Rayhan hanya pergi menggunakan kemeja putih, tanpa memakai jas kerjanya.
Sedangkan untuk sekertaris Rayhan, yang melihat Bosnya sedang buru-buru, cuman bisa menatapnya tanpa ingin mengejar, atau bahkan mengajukan pertanyaan kepada sang Bos. Merasa bingung dan penasaran, tentu saja, itu di karenakan Rayhan tidak mengucapkan sepatah katapun kepadanya, tapi sekertarisnya langsung bersikap acuh dan langsung fokus dengan pekerjaan yang sebelumnya sedang Ia kerjakan.
Hospital...
"Silakan duduk Pak Rayhan," Ujar Dr Rinda ramah.
"Terima kasih,"
"Maaf sebelumnya Pak mengganggu waktunya, saya memanggil Pak Rayhan untuk bertemu dengan saya, ingin membahas masalah kondisi istri Pak Rayhan saat ini," jelas Dr. Rinda, sedangkan Rayhan hanya diam dan menyimak ucapan dari sang Dokter.
"Saya sarankan, untuk istri Pak Rayhan segera di berikan penanganan oleh pihak Psikiater. Karna dari pemeriksaan saya, taruma yang dialami oleh istri Bapak sudah parah Pak. Di takutkannya Pak, nanti trauma dari Ibu Sabia akan semakin parah jika tidak segera ditangani,"
"Kalau boleh tau Dok, trauma yang dialami oleh pasien sudah berapa lama?"
"Dari perkiraan saya, trauma yang dialami oleh pasien sudah lama Pak, mungkin sekitar tiga sampai empat tahun yang lalu. Kalau untuk penyebab traumanya, kami kurang mengetahuinya pak. Itu karna pasien masih tidak mau bercerita kepada kami. Kalau bisa, kami mau meminta bantuan dari Pak Rayhan, untuk membujuk sang istri agar mau bercerita, atau pak Rayhan bisa mengulik lebih dalam lagi, dengan bertanya-tanya kepada sang istri untuk mengetahui masa lalu yang membuatnya bisa trauma Pak,"
"Baik Dok, nanti akan saya usahakan. Masih ada yang ingin disampaikan, Dok?"
"Ohh, tidak ada Pak. Untuk saat ini cuman itu yang ingin saya sampaikan,"
"Kalau begitu terima kasih, Dok." Setelah mengucapkan terima kasih, Rayhan langsung bergegas keluar dari ruangan tersebut.
Langkah Rayhan melangkah menuju ruang rawat, yang di dalam nya ada sosok wanita yang sedang berbaring dengan tatapan kosongnya. Tapi, jari jemarinya tak berhenti bergerak, menggerakkan seuntai tasbih yang ada di tangannya.
Rayhan langsung membuka pintu tanpa mengucapkan salam. Sedangkan sang penghuni kamar langsung terduduk karena terkejut. Serangan panik Sabia kumat, tubuhnya kembali gemetar, rasa takut itu lagi-lagi datang. Rayhan yang melihat Sabia yang ketakutan menghentikan langkahnya sekitar dua meter dari Sabia.
"Hiks... Jangan sakiti saya tuan," Ujar Sabia dengan pilu, "Maaf tuan, maaf. Saya mohon maaf, kalau saya punya kesalahan, tapi tolong jangan sakiti saya, Tuan."
Rayhan mendengar tangisan dari Sabia, entah kenapa dadanya jadi ikut sesak mendengarnya. Rasa simpatik itu tiba-tiba hadir, padahal selama ini Rayhan dikenal dengan sosok yang tak punya hati terhadap orang lain, kecuali dengan orang yang ia sayangi. Sayang? Tidak mungkin kan Rayhan menyayangi pembantu mudanya itu. Mustahil bagi Rayhan untuk menyayanginya, bahkan sampai mencintai sosok yang sedang berada di hadapannya saat ini. Dilihat dari luarnya saja, sudah bukan tipe Rayhan, apa lagi untuk menyayangi perempuan itu, benar-benar tidak masuk akal.
"Saya datang, hanya ingin bertanya. Apa kamu mempunyai trauma?" Tanya Rayhan. Sedangkan yang ditanya hanya diam, dan ketakutannya semakin menjadi.
Rayhan yang bertanya tidak ada jawaban dari Sabia, membuat ia sedikit kesal. Rayhan yang berjarak sekita dua meter dari Sabia, kini Ia kembali melangkah. Sedangkan Sabia yang melihat Rayhan mendekatinya, ketakutannya semakin menjadi.
"BERHENTI!" Teriak Sabia.
Karna terlalu kesal dengan Sabia yang tidak menjawab pertanyaan nya, Rayhan seolah-olah menulikan telinganya. Sabia langsung melempar bantal yang ada di dekatnya kepada Rayhan, sambil berteriak untuk menyuruh Rayhan berhenti. Tapi Rayhan berhasil mengelak dari lemparan-lemparan itu. Rayhan semakin mendekat, dan Sabia tidak menyerah mencari barang untuk melemparkannya kembali kepada Rayhan. Matanya tertuju ke vas bunga yang berada disampingnya. Sedikit lagi Vas bunga itu akan di lemparkannya kepada Rayhan, Rayhan langsung merebut vas bunga yang sudah siap di lemparkan oleh Sabia kepada dirinya. Untung saja Rayhan tahu apa yang ada dipikiran Sabia.
Rayhan langsung merebut vas bunga yang ada di tangan Sabia, dan melemparnya ke dinding Rumah Sakit sampai Vas tersebut pecah tak berbentuk lagi. Sabia yang melihat itu semakin ketakutan, dan tidak tau mau berbuat apa-apa lagi. Sabia langsung turun dari brankar rumah sakit, Ia ingin melarikan diri dari Rayhan. Tapi Rayhan langsung menarik lengan Sabia yang di balut oleh gamis yang sedang Sabia kenakan.
"Hey, mau kemana, kamu?! Disini saya cuman ingin bertanya, bukan ingin menyakiti kamu!" Ujar Rayhan, menekankan perkataannya.
"Tolong tuan jangan sakiti saya, hiks.. hiks..." lirih Sabia dengan tangisnya.
"Kamu dengar tidak, saya tidak akan menyakiti kamu, saya hanya ingin bertanya dan membantu kamu, Sabia!" Ujar Rayhan, dengan nada suara yang sudah mulai merendah.
Sedangkan Sabia yang masih mengontrol rasa takutnya tiba-tiba tubuhnya mulai melemah, kepalanya terasa berat seakan banyak ribuan jarum yang menusuk kepalanya, dunia seakan menggoncang dirinya dengan cepat, dan tiba-tiba penglihatannya menjadi gelap. Sabia tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya, ia harap semoga Allah melindunginya.
Bersambung....
🌻🌻🌻
Jangan lupa vote and komennya ya guys 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Tabir Cinta Dibalik Sehelai Kain
RomanceSebuah acident membawa sosok gadis yang berpakaian tertutup dengan wajahnya dihiasi oleh sehelai kain terlepas begitu saja tanpa izin tuannya dimuka umum. Tidak pernah dia duga sebuah acident itu ternyata membawa kehidupan gadis yang malang itu keda...