Prolog

274 61 44
                                    

Happy Reading!
Eitss! Vote dulu yahh

Happy Reading!Eitss! Vote dulu yahh❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teet teeet teeet..

Suara bel menandakan waktu istirahat untuk para siswa dan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

Siswa siswi SMA Tunas Bakti mulai berhamburan keluar dari kelas masing-masing, ada yang menuju kantin dan ada juga yang menuju Mushalla, tentunya untuk melaksanakan Shalat Dhuha. Bagi mereka yang rajin.

"Ra, Kantin yuk!" ajak Nadia sembari menarik tangan Zahra.

"Duluan deh Nad, gue ada urusan bentar, ntar gue nyusul deh," jawab Zahra menolak ajakan Nadia, sahabatnya.

"Yaudah, gue sama Aisyah nunggu di Kantin, ya." Kemudian Nadia berlalu pergi.

"Awas ya! Lo jangan caper sama adek kelas," kata Aisyah dengan senyum mengejeknya.

Zahra memang dikenal oleh sahabatnya sebagai playgirl padahal Zahra sendiri belum pernah mempunyai pacar terutama saat SMA. Tapi alasan mereka menyebut Zahra seperti itu karena dari mereka kelas 10, zahra sudah mulai disukai oleh beberapa cowok di setiap angkatan, mulai dari angkatan mereka sampai kelas 12 saat itu. Padahal menurut para cewek disekolah mereka, Zahra bukanlah yang paling cantik disekolah, dia juga bukan most wanted di sekolahnya. Tapi begitulah nasib Zahra.

Zahra memiliki tubuh yang tidak tinggi dan juga tidak pendek, tingginya sekitar 160 cm. Gadis berambut sebahu itu juga bertahan menjadi juara kelas sejak di bangku kelas 10, meskipun tidak tetap di posisi pertama. Kelemahan Zahra ada pada pelajaran matematika. Gadis itu sangat tidak menyukai matematika. Katanya jika belajar matematika akan membuat kepalanya pusing lima puluh keliling. Sangat berbeda dengan Haris, teman dekat Zahra. Laki-laki itu sangat suka dengan mata pelajaran yang dibenci gadis itu.

"Iih paansi lo!" balas Zahra kesal.

Kemudian Zahra berlalu menuju Mushalla. Terlihat seorang siswa menuruni anak tangga Mushalla.

"Reyhan!" teriak gadis itu memanggil nama Reyhan.

"Ya kak?" jawab Reyhan

Reyhan membalikkan badan dan berjalan mendekati Zahra. Reyhan adalah adik kelas Zahra yang berada di bangku kelas 11. Tetapi, Reyhan dan Zahra memiliki usia yang sama.

"Nih, dari Nuha."

Zahra memberikan sebuah surat kepada Reyhan dari temannya, yaitu Nuha. Nuha menyukai Reyhan belum lama. Nuha pernah menceritakan perihal dia yang menyukai Reyhan kepada Zahra sang ketua osis, menyukai adik kelas sudah menjadi hal yang sangat biasa terjadi di sekolah mereka.

"Thanks, kak," jawab Reyhan sembari mengambil surat tersebut dari Zahra.

Kedekatan Nuha dan Reyhan sudah mulai terlihat oleh siswa siswi jurusannya, tapi itu sudah jadi hal yang biasa. Begitu juga dengan Zahra, Zahra juga memiliki teman dekat siswa dari kelas yang sama dengan Reyhan, dia Haris. Menurut Zahra, Haris adalah sosok yang baik, lucu dan bisa membuat Zahra selalu bahagia.

Zahra dan Haris semakin dekat tetapi masih banyak batasan jika mereka ingin bermain-main karena Zahra masih memegang jabatan sebagai ketua osis, dan sebagai ketua osis dia harus bersikap layaknya seorang pemimpin. Tetapi dalam kedekatan mereka masih ada yang membuat Haris sedikit kesal, yaitu Zahra yang diam-diam mengagumi Rizki, teman kelas Haris. Sebelum Zahra dekat dengan Haris, dia sudah mengagumi Rizki dan Haris juga tau tentang itu dan ketika Rizki ulang tahun pun Zahra memberikannya kado.

"Rian, tolong kasih ini ke Rizki, dong," pinta Zahra seraya memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Rian, teman kelas Zahra.

Ya, Zahra telah menyiapkan kado untuk hadiah ulang tahun Rizki dari beberapa hari yang lalu, dia sangat antusias menyiapkan kado itu. Sederhana, tapi itu sangat cocok untuk kepribadian Rizki yang sangat irit bicara dan rajin ibadah.

"Dibayar dulu gak nih?" balas Rian sambil nyengir.

"Ihh, bantuin temen sendiri minta bayaran."

"Yaelah, Ra, canda doang, gue kan selalu ikhlas bantu lo," kata Rian sambil terkekeh.

Rian dan Zahra memang dekat sama seperti teman-temannya yang lain, mereka sekelas sudah seperti keluarga.

Setelah selesai dengan urusannya, Zahra bergegas pergi menuju kantin, sudah pasti sahabat-sahabatnya akan ngomel-ngomel karena Zahra begitu lama dengan urusannya.

Sesampainya di kantin, langsung saja gadis itu disambut dengan gerutuan Aisyah dan Nadia.

"Lo udah kemana sih, Ra. Lama banget!" protes Aisyah dan Nadia bersamaan.

"Itu, tadi gue abis ketemu sama si Reyhan," jawab Zahra santai sembari duduk di dektan Salsa, Salsabila juga merupakan sahabatnya.

"Lah, kok sekarang sama si Reyhan sih! Satu-satu oy, jangan diembat semuanya juga kali, Ra," celetuk Salsa sambil menampakkan muka herannya.

"Si Reyhan yang pinter itu, ya?" tanya Nadia

Reyhan memang terkenal sebagai murid yang cerdas di sekolah mereka, banyak macam Olimpiade yang telah ia ikuti dan itu semua membuahkan hasil, walaupun tidak semuanya mendapatkan juara pertama, tapi jika dihitung ada puluhan Olimpiade yang ia ikuti dan sebagian besar mendapatkan juara pertama.

"Ihh. kok kalian nethink sih, sama gue!" balas Zahra mulai kesal dengan sahabat sahabatnya itu yang selalu saja menggoda Zahra, yah karena memang Zahra banyak yang suka.

"Siapa tau kan, Ra. Ya kan, Sal, Nad?" balas Aisyah, seraya bertanya pada kedua sahabatnya.

"Udah ah, gue laper banget nih," Zahra beranjak dari tempat duduknya dan memesan makanan di Kantin. Sedangkan ketiga sahabatnya itu memandangnya sambil menggelengkan kepala.

🌙

Terimakasih semuaa udah mau baca cerita ini🖤❤🥺

Jangan lupa vote nya ya Readers
Biar Author lebih semangat lagi lanjutin ceritanya.
Jangan lupa tinggalkan komentarnya yaahh..

Jangan cuma kasih vote ya, yang main feedback an, bener-bener baca dan ngasih krisar itu yang diperlukan bukan cuma boomvote doang. Makasih.

January, 2020

Z A H R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang