"Jadi nama kamu Athella?"
"Iya Tante," Athella mengangguk. Berdiri di samping Kansa yang sedang memeriksa Capta. Mereka baru saja berkenalan.
Kansa tersenyum, menatap Athella hangat. Perempuan cantik berkulit putih dengan rambut pirang. Kansa tidak perlu bertanya bagaimana perempuan itu bisa di apartemen anaknya, rasanya terlalu pribadi jika Kansa bertanya alasan. Yang terpenting, Kansa berterima kasih karena Athella sudah menjaga Capta.
Kansa memberikan obat penurun demam. Mengompres Capta sampai tidak ada lagi ringisan yang di keluarkan Capta dalam tidurnya. Kansa mengusap wajah putranya, menatap pedih. Kansa tidak bisa seperti ini. Ia tidak bisa melihat Capta seperti orang asing tanpa semangat.
Dua hari yang lalu Kansa meminta Yuan mengantar bekal untuk Capta. Sepulang dari apartemen, Yuan menghampiri Kansa, menunjukkan sebuah foto yang Yuan temukan kemudian ia potret diam-diam karena Capta sedang tidak ada di apartemen. Dalam keheningan, Kansa teringat foto itu kembali. Hati Kansa terluka.
"Bisa tolong gantikan sebentar?" Tanya Kansa bergetar. Athella mengangguk, menggantikan posisi Kansa.
Kansa berjalan ke meja pribadi Capta yang terletak di samping tempat tidur dekat jendela. Kansa mencari kertas untuk memastikan jika Yuan tidak mengeditnya. Kansa berharap Yuan hanya mengerjainya. Namun semua harapan Kansa di hempaskan. Menemukan sebuah kertas yang terselip di tumpukkan buku lainnya.
Kansa menangis membekap mulutnya tanpa suara. Dadanya sesak membaca kertas tersebut.
Dalam surat tersebut tertulis biodata lengkap Capta. Capta memutuskan untuk menjadi anggota relawan dan akan mengabdi di Palestina.
Haruskah Capta melarikan diri lagi? Lalu kali ini sampai kapan? Berapa lama lagi Kansa menyaksikan penderitaan Capta. Sebesar itu pengaruh seorang perempuan untuk hidup Capta? Apa Capta tidak ingin bahagia seperti yang lainnya? Kansa terluka, bukan hanya Capta.
Kansa menghapus air matanya cepat. Mengambil kertas tersebut memasukkannya ke dalam tas. Bukan hanya kertas, tapi juga paspor agar Capta tidak bisa pergi kemanapun. Ia tidak akan membiarkan Capta pergi lagi. Kansa akan melarangnya kali ini.
"Kamu bermalam di sini?" Kansa kembali mendekati Athella.
"Nggak, aku pulang," Athella berdiri.
"Rumahnya dekat? Mau Tante antar saja? Soalnya di luar hujan deras. Apalagi kamu perempuan, malam-malam rawan sekali,"
Athella menggeleng cepat, menolak pelan. "Nggak perlu Tante, makasih,"
"Kalau jauh, lebih baik bermalam di sini, tante juga mau memastikan demam Alka turun," Kansa menatap Athella tersenyum. Melihat itu Athella terdiam beberapa detik lalu mengangguk pelan. "Sudah makan? Tante bawa makanan,"
"Sudah Tan, tadi Capta pesan makanan,"
"Ya sudah kalau kalau begitu, kamu bisa tidur di kamar sebelah,"
"Biar Athella aja Tan, Tante kayaknya capek banget," Athella mengambil pelan handuk kecil di tangan Kansa. "Nanti kita gantian aja, tante istirahat dulu," Katanya lembut sekali pada Kansa.
Kansa memang sangat lelah hari ini. Ia tersenyum pada Athella dan berpindah ke sofa panjang. Merebahkan tubuhnya di sana sambil memperhatikan Capta. Kansa berharap Capta segera sehat kembali.
**
Setiap kali membuka mata. Hanya satu yang Capta inginkan di dunia ini. Yaitu, yang terjadi padanya selama ini hanya sekedar mimpi buruk. Capta ingin kembali ke masa sekolah, bertemunya, melihat senyum dan tawanya. Mendengar godaan dan kejahilannya setiap hari yang tiada henti. Membuat hari-hari semakin berwarna karena dia sudah di hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]
RomanceKamu boleh pergi, bukan jiwamu. Kamu boleh pergi, bukan nafasmu. Kamu boleh kembali, bersama semangatmu. Kamu boleh kembali, bersama aku jejakmu. Bagaimana seorang Captaines bangkit setelah kepergian sosok perempuan bernama Pickaella. 2020. (Update...