Bab 7. Tanpa Masa Lalu

13.9K 1.5K 559
                                    

Ada satu alasan kenapa Capta memutuskan menjadi seorang dokter. Bukan karena cita-cita atau keinginan. Menurut Capta hanya pekerjaan itu yang bisa mengalihkan semua fikirannya. Hanya pekerjaan itu Capta bisa menyibukkan diri dan sejenak lupa akan rasa sakit, bertugas untuk menyembuhkan orang lain. Meski ternyata semuanya sama saja. Setelah pulang dari semua aktivitasnya di rumah sakit atau tugas kuliah yang dulunya menumpuk, ujian, persentasi dan lain sebagainya tidak bisa membuat Capta lupa akan sosok yang ia rindukan setiap saat.

Mungkin orang lain menganggap Capta berlebihan. Silahkan berfikir seperti itu karena mereka tidak merasakan.

Capta baru saja berkenalan dengan karma. Bahwa hidup selalu ada sebab dan akibat. Karena manusia paling menyedihkan adalah manusia yang tidak memiliki harapan. Itu dirinya.

Capta menyelesaikan operasi terakhirnya hari ini, melepas masker tanpa bicara dan bekerja sesuai peraturan. Kembali ke ruangan kemudian menulis catatan medis sebelum keluar untuk makan siang.

"dok, ada yang mau ketemu," Seorang perempuan mengetuk dan membuka pintu ruang kerjanya. Capta mengangguk mempersilahkan.

"Hei," Athella muncul, menutup pintu kemudian menghampiri Capta yang menatapnya sekilas. Membawakan sebuah bekal makan siang. "Aku bawa bekal, buat kamu,"

Capta menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu, membiarkan Athella menyusun bekal tersebut di meja tamu ruangannya.

"Sebagai tambahan, aku bisa masak buat kamu. Aku bisa antar setiap hari dan buat sarapan pagi," Ujar Athella menunggu Capta menyelesaikan pekerjaan. "Hari ini aku masak soto ayam, jamur goreng, tumis kangkung dan salad,"

Capta melepas jas putih, menggantungnya lalu duduk di sofa. Menerima sendok yang Athella berikan. Capta menatap makan tersebut lama. Tiba-tiba suara yang Capta rindukkan terdengar lagi di telinga.

"Kangkung idiot,"

"Hah?" Picka mengaduk pecel. "Masa sih? Perasaan kangkung itu bentuknya panjang, emang bisa berubah ya?"

"Bisa."

"Terus kangkung bertelur apa melahirkan?"

Mendengar pertanyaan itu Capta terteguh. Picka dengan polosnya menunggu jawaban Capta. "Membelah diri." Jawab Capta sedikit emosi.

"Cap?" Panggil Athella pelan menyentuh lengan Capta. "Kenapa? Nggak suka ya?"

Capta menggeleng pelan. Hanya ada satu perempuan yang tidak bisa membedakan yang mana kangkung dan kol. Perempuan idiot yang terus berputar dalam ingatannya sampai saat ini. Capta mulai berfikir, dari mana perempuan itu mendapatkan sertifikat kelulusan TK. Otaknya sungguh lemah dan terbatas.

Athella tersenyum senang melihat Capta menghabiskan makanan yang ia buat. Rasanya tidak sia-sia ia masak. Capta menyukainya. Menjadi semangat untuk memasak bagi Athella.

"Kamu, masih lama pulangnya?" Tanya Athella membereskan bekal ketika Capta selesai.

"Nggak,"

"Mau ke supermarket bentar nggak? Beli bahan makanan, tadi aku belinya sedikit,"

Keduanya keluar dari area rumah sakit menuju pusat perbelanjaan. Perlahan suasana yang tegang mencair. Athella banyak bertanya dan Capta mulai menunjukkan kemajuan untuk menjawab pertanyaannya meski hanya sepatah kata. Itu sudah membuat Athella senang. Rasanya ingin sekali berbagi luka. Entah apa luka yang di miliki Capta, Athella ingin sekali Capta menceritakannya agar beban sedikit berkurang.

CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang