Setelah lahir, Capta di rawat oleh Mami dan Papi. Kansa melanjutkan sekolah ke luar negeri sedangkan Xalio sibuk dengan tugas kemiliteran. Capta tumbuh di bawah pengawasan mereka sampai umur kurang lebih tiga tahun. Waktu sekolah Capta juga masih sering tidur dan tinggal bersama keduanya.
Kabar yang baru saja di sampaikan Mama membuat dunia Capta terhenti. Ia pernah kehilangan, dan Capta merasakan sakit yang teramat dalam. Di saat Capta baru memulai hidupnya, kenapa kabar seperti itu datang di waktu yang salah?
"Aku aja yang bawa mobil," Picka mengambil kunci mobil di genggaman tangan Capta yang gemetar.
Setelah menerima telpon yang kedua, Picka merasa Capta berubah. Pasti sesuatu sedang terjadi karena Capta langsung meminta untuk pulang. Fokus Capta hilang, Picka bisa melihatnya.
Di balik kemudi, Picka melirik Capta yang duduk gelisah di sebelahnya. Picka penasaran tapi ia takut untuk bertanya. Capta seperti terpukul sekali. Setidaknya Picka membantu untuk menenangkan bukan membuat panik.
Tiba di rumah. Capta berlari ke kamar meninggalkan Picka yang terdiam di depan pintu masuk. Picka menghampiri kedua orang tuanya yang baru saja muncul, Picka tidak tahu jika orang tuanya ada di rumah.
"Mom?" Picka melihat sebuah koper di samping Aluna. "Mau pergi lagi?"
Aluna menggenggam tangan Picka. "Capta mana?"
"Di kamarnya. Sepertinya terjadi sesuatu sama Capta," Kata Picka khawatir.
"Kakeknya Capta meninggal," Kata Romeo membuat Picka menoleh kaget. "Om nya Capta, teman baik daddy sama mommy. Kita sangat dekat,"
"Kalian mau kesana?" Tanya Picka ikut merasakan kesedihan Capta. Romeo dan Aluna mengangguk.
"Kamu mau ikut?"
Pertanyaan Romeo menggantung karena Capta muncul sambil berlari kecil membawa kopernya. "Pulang sama saya," Romeo menahan Capta. "Kita pergi sekarang."
"Dad, aku ikut." Picka menggenggam tangan Capta.
Tidak banyak barang yang Picka bawa karena harus terburu-buru. Jet pribadi keluarganya sudah menunggu dan langsung lepas landas dari Canberra menuju Indonesia. Picka duduk menghadap Capta yang terlihat sangat terpukul. Capta sama sekali tidak membuka suaranya sedikitpun. Picka bingung harus menghiburnya dengan apa, jokes tolol di otaknya tidak pantas jika di situasi sekarang.
Picka berjalan ke dapur, melihat chef sedang membuat makanan ringan. Picka mengambil satu piring puding yang akan di sediakan. Sebelum memberikannya pada Capta, Picka meminta cream coklat. Menuliskan sebuah kata di pinggiran piring.
Setelah rapi, Picka membawa piring tersebut pada Capta. Ia berjongkok layaknya seorang pramugari. Senyuman yang tercetak indah di bibirnya membuat Capta ikut tersenyum kecil.
"Keep smile Captain," Kata Picka pelan.
"Thanks," Gumam Capta mengelus rambut Picka.
Picka kembali ke tempatnya, merebahkan tubuhnya menghadap Capta. Sebenarnya banyak yang ingin Picka lalukan ketika pulang ke Indonesia. Tapi sepertinya sesuatu yang mendadak membuat Picka tidak bisa mempersiapkan kejutan. Ada rasa takut, senang dan rindu pada negara kelahirannya. Gugup sekaligus bahagia Picka rasakan saat ini.
Kehilangan seseorang pasti sangat sakit, Picka tidak tahu caranya untuk mengurangi kepedihan yang di rasakan Capta. Semua orang berhak untuk sedih dan menangis. Tidak tega melihatnya, akhirnya Picka bangkit dari tempat duduk dan duduk di sebelah Capta. Picka memeluknya membuat Capta kaget.
"Kamu pasti butuh pelukkan sekarang," Picka melingkarkan tangannya di pinggang Capta, meletakkan dagunya di pundak kekar lelaki itu.
Sentuhan yang selalu menenangkan. Capta terpejam dan bisa merasakan ketenangan. Menyandarkan kepalanya di kepala Picka, memeluk perempuan itu dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]
RomanceKamu boleh pergi, bukan jiwamu. Kamu boleh pergi, bukan nafasmu. Kamu boleh kembali, bersama semangatmu. Kamu boleh kembali, bersama aku jejakmu. Bagaimana seorang Captaines bangkit setelah kepergian sosok perempuan bernama Pickaella. 2020. (Update...