Bab 17. Dua penguasa dipertemukan

18.8K 1.9K 547
                                    

"Nggak mau di antar aja? Bentar lagi aku pulang," Tanya Capta sekali lagi. Menatap perempuan yang kini duduk di balik kemudi.

"Aku nggak yakin kamu mau berjam-jam keliling Mall," Picka menatap sinis. "Meskipun aku nggak tau kamu itu dulunya gimana, dalam sekali lihat aku udah paham kamu tipe orang seperti apa,"

Capta tersenyum kecil, menepuk kepala Picka. "Pulangnya jangan malam-malam,"

Picka mengangguk patuh. Kemudian ia teringat sesuatu. "Aku nggak bawa kartu kredit," Picka mengerucutkan bibirnya menghadap Capta manja. "Ketinggalan di Canberra,"

Capta mendengus pelan membuat Picka tertawa melihat Capta mengeluarkan dompetnya. "Jangan di habisin, itu modal kita nikah,"

Mendengar itu Picka tertawa, mengambil dua kartu debit milik Capta. "Itu masih ada tiga lagi," Tunjuk Picka tidak sengaja melihatnya saat Capta menutup dompet.

Capta memukul punggung tangan Picka yang ingin mengambil dompetnya. Dengan cepat memasukkan ke saku celana. "Udah, itu aja,"

"Siap bos." Picka hormat sambil tertawa geli. Sebelum pergi, ia memperingati Capta sekali lagi. "Awas kalau lirik-lirik. Bilangin yang punya galak,"

"Emang siapa yang punya?"

"Pickachu,"

"Pickachu nggak ada galaknya sama sekali," Capta mencubit pipi Picka gemas. "Udah sana pergi, nanti kemalaman,"

Picka mengangguk, melambaikan tangannya pada Capta. Hari ini Picka akan pergi bersama Ayesha. Keduanya membuat janji semalam. Capta masih ada beberapa pekerjaan di rumah sakit sehingga tidak bisa ikut. Padahal, tadinya Picka berharap ada yang bisa membawa tas belanjaannya, pengganti Norey.

Meminjam mobil Capta, Picka menjemput Ayesha di klinik hewan. Lalu keduanya langsung menuju pusat perbelanjaan.

"Lo sampai kapan di Indo?" Tanya Ayesha sambil memilih beberapa stel pakaian.

"Sampai di usir sama presiden."

"Gue dengar lo punya brand sendiri? Brand apa? Otak goblok kayak lo bisa punya brand," Ayesha mendecih pelan, mendapat lirikan maut dari Picka.

"Otak goblok lo aja bisa jadi dokter, masa gue nggak. Kesuksesan bukan di tentukan oleh pintarnya seseorang, tapi nasib,"

"Terus lo nggak bawa sesuatu buat gue? Buat bukti kalau omongan lo bukan mimpi,"

"Ada, tapi gue lupa bawa." Picka mencoba pakaian di kamar ganti, lalu memperlihatkan pada Ayesha. "Bagus nggak?"

Ayesha mengangguk. "Nggak perlu sombong yang punya badan ideal,"

Picka tersenyum, menatap dirinya di cermin. "Gue emang ideal dari SMA, makanya lo diet. Pipi makin chubby, lo nggak hamil kan?"

"Sinting, hamil anak siapa? Kucing?!"

"Anjing lah, Btw, si anjing di mana sekarang?"

"Mana gue tau, mati mungkin,"

"Terus lo sama siapa sekarang?"

Ayesha memutar tubuhnya menatap Picka, kemudian tersenyum manis. "Nggak ada yang lebih bahagia saat kita sendiri,"

"Masa lo belum move on? Emang Rean ngelakuin apa sampai seorang Ayesha nggak lagi pacaran sejak putus dari Rean?"

"Gue emang nggak mau pacaran,"

Picka merapikan penampilannya. "Sama kakak gue, mau?" Ayesha menoleh dengan kening berkerut, kemudian Picka menggeleng. "Tapi si Norey nggak bisa di percaya,"

CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang