"Mau di jemput jam berapa?" Tanya Capta memakirkan mobilnya di pinggir jalan, membiarkan mesin mobil dan lampu sen kiri menyala.
Picka memakai topi baret hitam untuk mendukung penampilannya yang semakin stylish. Tidak lupa masker hitam karena Picka akan memberikan kejutan pada Ayesha. Hati Picka bergemuruh ricuh ingin segera bertemu.
"Kamu lama nggak?" Picka merapikan penampilannya di depan kaca mobil Capta.
"Nanti telpon aja, aku jemput,"
Picka mengangguk, keluar dari mobil sambil melambaikan tangannya. Membawa sesuatu di tangannya memasuki sebuah klinik hewan. Picka berhenti sejenak untuk melihat gedung bertingkat yang sekarang menjadi tempat kerja sahabatnya.
Menghembuskan napasnya, Picka berjalan mendorong pintu kaca. Langkah kakinya menemui seorang petugas, Picka meletakkan kandang kecil yang ia bawa ke atas meja.
"Ada yang bisa di bantu?" Tanya petugas medis ramah.
Picka mengelus kandang miliknya yang tertutup kain. "Mickey saya sedang sakit," Kata Picka sedih. Petugas medis mengajak Picka ke sebuah tempat pemeriksaan. "Saya mau ketemu dokternya dulu," Picka menahan tangan petugas medis yang ingin membuka penutup kandang.
"Biar saya cek dulu agar bisa melapor ke dokternya,"
"Nggak, saya mau dokternya."
Terjadi perdebatan sampai akhirnya petugas tersebut mengalah dan memanggil sang dokter. Picka bersiap, jantungnya berdegup kencang melihat sosok tubuh dari jendela kaca berjalan menghampirinya. Picka tidak bisa menyembunyikan rasa rindu dan bangga melihat Ayesha saat ini. Sahabatnya itu tidak banyak berubah, dari segi penampilan dan gayanya masih sama seperti SMA.
"Hallo, boleh saya lihat dulu?" Sapa Ayesha sopan.
Picka mengangguk kaku, mendorong kandang pada Ayesha. Rambut perempuan itu di potong pendek sebahu, riasan di wajahnya membuat Ayesha semakin cantik dan bersinar. Picka tidak bisa melepaskan tatapan matanya. Rindu dan rindu.
Ayesha mengerjapkan matanya, bersama rekannya hanya bisa terdiam kaku setelah melihat hewan yang di bawa oleh seorang perempuan ke klinik miliknya.
"Tikus?" Tunjuk Ayesha tidak percaya.
Picka berdeham, ia tersadar dari lamunannya. "Mickey saya nggak papa? Dia muntah-muntah, takutnya hamil di luar nikah,"
Ayesha mengerutkan keningnya, suara perempuan di hadapannya saat ini mengingatkan Ayesha pada seseorang.
"Tolong di cek," Kata Picka melipat tangannya di dada. Mengulum senyum di balik masker.
Sebelum pergi, Picka meminta Capta mencari hewan untuk Picka bawa ke klinik, awalnya Picka akan membawa cicak. Picka berubah pikiran saat pembantu Capta menangkap sebuah tikus di rumah.
"Ini tikus got." Kata Ayesha mulai kesal menunjuk tikus yang bertubuh lebih besar dari tikus lainnya. "Hewan ini bukan untuk di pelihara, banyak mendatangkan penyakit." Ayesha merasa waktunya sudah banyak terbuang, melepas handscoon lalu membuang ke tong sampah kesal.
Picka bahagia sekali melihat Ayesha tersulit emosi. "Ay," Panggil Picka saat sahabatnya itu berjalan meninggalkannya. Picka melihat langkah Ayesha terhenti di ambang pintu. "Heh, goblok."
Ayesha memejamkan kedua matanya. Karena kelelahan Ayesha mulai halusinasi sekarang. Bagaimana bisa telinganya mendengar suara yang sangat jelas dengan intonasi yang sama padahal orang itu sudah meninggal. Menghembuskan napasnya, Ayesha kembali melangkah.
Picka membuka masker di wajahnya. "Woy," Panggil Picka lagi. "Ayesha." Langkah Ayesha terhenti kaku. "Lo udah lupa sama suara sexy gue?"
Tidak mungkin. Kenapa seluruh tubuh Ayesha merinding sekarang. Tubuhnya mendadak lemas sambil berbalik perlahan. Ayesha terduduk di lantai dengan mulut terbuka lebar melihat sosok sahabatnya berdiri di hadapannya saat ini. Hantu? Apa Ayesha bisa melihat hantu sekarang? Bagaimana bisa? Picka?
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]
RomansKamu boleh pergi, bukan jiwamu. Kamu boleh pergi, bukan nafasmu. Kamu boleh kembali, bersama semangatmu. Kamu boleh kembali, bersama aku jejakmu. Bagaimana seorang Captaines bangkit setelah kepergian sosok perempuan bernama Pickaella. 2020. (Update...