-Agus
💞💞💞
Tante Dahayu dan Vio menangis sesenggukan sepanjang jalan dari pintu masuk areal pemakaman hingga selesai berdoa. Beruntung papi Vio dan Aimee, adiknya mendapatkan makam yang berdampingan. Terdengar berkali-kali Vio memohon ampun Allah atas semua yang terjadi terutama keputusan Aimee untuk bunuh diri.
"Ikhlaskan, Vi. Ikhlas," kataku sambil mengusap rambutnya yang hari ini dikuncir ekor kuda.
Vio mengangguk. "Aku cuma ingin menangis aja. Selama ini aku berusaha untuk nggak menangis tapi hari ini aku nggak tahan lagi. Maaf," ucap Vio masih sesenggukan.
Dalam posisi yang masih jongkok, aku meraihnya ke dalam pelukan dan memberikan bahuku agar ia menangis lega. Tiba-tiba aku teringat wajah judes Rashad. Bakalan kena setrap tahu aku memeluk Vio.
Ah, sudahlah. Ditanggung nanti!
Tapi ... Tuhan Maha Melihat ...
Aduh, kacau!
Perlahan kuurai pelukanku setelah tangisannya reda. Kuusap bekas air matanya dengan kedua tanganku.
"Dengar, Vi, kamu nggak sendirian. Oke? Yang terpenting, kamu punya Mamamu. Itu jauh lebih dari cukup," kataku sambil mengusap kepalanya lembut.
Vio mengangguk. "Ya. Terima kasih. Maaf bajumu jadi basah."
Aku tersenyum lalu menggeleng. "Nanti juga kering." Setelah itu ganti aku jongkok di depan mami Vio. "Tante, Tante juga nggak perlu sedih ya? Di Surabaya, Tante ada keluarga baru yang peduli dengan Tante dan Vio."
Tante Dahayu tampak hanya sanggup mengangguk kepadaku. Lalu ia mencoba meraih dan memelukku. "Terima kasih sudah bawa kami ke sini. Terima kasih," bisiknya.
Setelah puas, kami pun pulang.
Sementara Vio dan Tante Dahayu berganti baju, aku yang masih di teras depan ditemani Ibu. Aku tadi hanya cuci tangan dan kaki di kran air depan rumah.
"Kamu serius sama Vio?" tanya Ibu.
Aku terdiam. Pertanyaan Ibu mengusik hatiku.
"Gus, berapa lama pun kamu suka sama Vio tapi kalau nggak serius lebih baik kamu tinggalin dia. Kasihan Vio. Jangan nambah hancur hatinya," kata Ibuku dengan wajah serius.
Aku menghela napas dalam. Kembali wajah galak Rashad muncul. "Bu, bisa nggak sih penjajakan nggak pakai pacaran segala? Aku sama Vio kan baru ketemu lagi. Baru dekat. Kalau langsung serius nanti takutnya nggak sesuai harapan. Itu juga nyakitin dia kan?"
"Kenapa nggak pakai pacaran? Ta'aruf? Yakin sanggup?"
Tuh kan, Ibu punya pemahaman yang sama denganku. Ilmu agama kami masih sedikit. Hanya sebatas yang kami tahu.
"Bingung." Aku kembali terdiam lalu rasanya aku butuh bicara dengan 'orang itu'. "Aku ganti baju dulu sama mau hubungi seseorang. Minta pencerahan."
Aku pun masuk. Setelah ganti baju segera aku duduk di atas tempat tidur dan menghubunginya. Dantonku. Lettu Rashad Aditya, bapaknya Ai.
"Assalamu'alaikum," sapa di seberang. "Ada apa?"
"Wa'alaikumussalam. Siap, mohon izin bicara. Shad, gue bingung."
"Kenape lo?"
"Gue nggak bisa melepas Vio tapi nggak sanggup kalau ta'aruf," akuku sedikit takut. Rashad itu auranya suka menyeramkan terkadang.
Tak ada sahutan di seberang. Kenapa rasanya seperti menunggu vonis mati ya? Sial! "Sertu Agus, begitu anda kembali ke Surabaya, lepas dinas silahkan turun satu set dan berdiri di depan rumah sampai saya suruh berhenti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agustus Cinta
General FictionCinta Violetta Ayu Soediro namanya. Dia seayu namanya. Anak seorang pengusaha travel besar di Jakarta. Sedang aku hanyalah anak seorang pegawai pabrik biasa. Aku tahu diri untuk berani naksir dia. Tapi sejak bertemu dengannya lagi di kereta Jakarta...