#5 Gejolak Rasa

3.7K 569 52
                                    

-Agus-

💨💨💨

"Eh, Danton gelo belegug sia!" Desisku begitu istirahat dari segala kesibukan.

Kesempatan yang sudah lama kutunggu akhirnya datang juga.

Rashad yang ada di depanku langsung menoleh kaget.

"Apa-apaan lo? Tiba-tiba gitu. Lo sakit?" Tanya Rashad sambil meraba keningku.

"Wah...beneran minta ditelen manusia satu ini." Geramku. Kesal sekali tapi bukan marah apalagi benci. Malunya itu lho...

Ditambah Rashad menatapku datar-datar polos kan minta ditampol namanya. Oke, lupakan pangkat!

Tampol. Tidak. Tampol. Tidak. Tampol...

Aku yang sudah keburu ingin melegakan perasaan sebalku padanya langsung memitingnya.

"Lo bikin malu gue aja deh."

Bugg!

Aaargh! Kok gue bodoh sih? Rashad kan bela dirinya jago dan dengan lihai tanpa kesulitan berarti aku berhasil dijatuhkan di tanah yang langsung ditertawakan rekan-rekan yang lain yang mengira kami main-main saling serang.

Rashad berdecak. "Lo mau bunuh gue?"

"Lebay!" Cibirku.

"Lo kenapa sih?"

"Malu gue! Masa sampai istri lo dan Danyon tahu sih! Kampret emang lo!" Rutukku.

Rashad terdiam, mencerna lalu tertawa. "Vio? Ya Allah, Gus...gue kira apaan?"

"Eh, gue masih tahu batas ya nggak ngurusin hal lain di luar itu. Tentang Vio, kita teman. Di luar itu, lo atasan gue. Komandan gue. Nggak mungkin gue kurang ajar sama lo."

Rashad manggut-manggut sambil merangkul dan menepuk-nepuk bahuku. "Pinter."

"Lo emang nyebelin ya jadi orang?"

Rashad tertawa. Kan...memang minta ditampol. Lalu ia menggiringku ke parkiran. Mengajak makan di luar.

"Eh, lo tuh harusnya mikir positifnya. Pertama, istri gue tuh pengertian dan peduli termasuk pada kesejahteraan anggota gue. Kalau anggota gue nggak sejahterah, gue juga kan yang pusing. Nanti istri gue juga ikutan pusing." Kata Rashad di tengah perjalanan singkat kami.

Aku langsung mencibir.

"Kedua, istri gue kasih lo jalan buat deketin Vio. Emang lo mau nongkrongin Vio saban hari gitu? Yang ada dianya risih. Bego mah jangan dipiara. Kasino aja bilang mending kita piara kambing."

"Kok lo ngatain sih?" Ujarku keki.

"Ya lo ngerasa ape kagak?"

"Gue tampol beneran nih..."

Rashad tertawa. "Emang lo berani?"

"Nantangin nih?" Dumelku. "Terus Danyon?"

"Danyon kenapa?" Tanya Rashad santai.

"Wah...hilang ingatan anda? Masa Letkol Arman sampai nanyain progres gue sama Vio? Nadanya bersimpati pula. Gue kan malu, dodol!"

"Gue nggak dodol apa pun ya, gue tentara. (Jual)" lalu Rashad tertawa.

Inginku membalas tapi kami sudah sampai dan setelah parkir, kami masuk ke warung langsung pesan.

"Gini loh ma bro..." Rashad menepuk bahuku. "Lo tahu masa lalu Vio..."

"Ya terus? Perasaan gue nggak dangkal ya? Walau pun dia bangkrut dan jatuh miskin, gue mau terima dia apa adanya." Sahutku agak kesal.

"Ck! Makanya jadi orang jangan keburu nafsu. Setan doang kan isinya?" Katanya entah mengejek entah tidak. "Gue belom selesai ngomong juga."

Agustus CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang